Aku menundukkan kepalaku dan melihat lumut itu dengan lebih seksama.
Warnanya sangat terang, tidak seperti lumut tua di jembatan yang menunjukkan jejak hijau tua.
Mau tak mau aku mengulurkan tangan untuk menyentuhnya. Itu sehalus cermin. Jika aku menginjaknya dengan sembarangan, tidak mengherankan jika aku akan jatuh ke dalam jurang.
Akhirnya aku menundukkan kepalaku untuk mencium baunya. Saat itu juga aku tiba-tiba menyadari ada sesuatu yang salah.
Sepertinya ini… bukan lumut.
Seketika itu juga aku buru-buru berteriak kepada ayah dan anak yang sedang bertempur, "Raja Neraka! Yang Mulia Pangeran! Berhentilah berperang! Kemari dan lihatlah!"
Mereka sepertinya tidak mendengarnya dan masih terus melawan satu sama lain.
Akhirnya aku bangkit dari tanah, dengan hati-hati menghindari tanaman yang licin, dan mengeraskan suaraku, "Jangan berkelahi! Aku menemukan petunjuk si pembunuh!"