Ye Lingcang?
Ternyata rubah itu masih memiliki nama. Aku memelototi rubah rambut putih itu untuk mengekspresikan amarahku.
Saat ini, Bei Mingyan sedang memelukku dan itu membuatku merasa aman. Aku tahu selama ia berada di dekatku, aku tidak akan berada dalam bahaya lagi.
Ye Lingcang tidak menunjukkan ekspresi marah sama sekali. Luka yang membuat tangannya berdarah hanya luka segaris dan tidak terlalu dalam.
Sorot mata Bei Mingyan semakin gelap. Tanpa aba-aba ia melemparkan pisau tajam ke arah rubah itu. Gagang pisau mengenai lutut Lingcang, memaksanya untuk berlutut di tanah.
"Ketika melihat Yang Mulia, kamu tidak berlutut dan memberi hormat." Suara Bei Mingyan terdengar datar, tetapi masih menunjukkan wibawa dan kekuatan dari seorang raja. Aura itu membuat tubuh yang ada di hadapannya mau tidak mau gemetar ketakutan.
"Salam Yang Mulia." Ye Lingcang dengan enggan menjawab.
Aku mencibir dalam hati, ternyata posisi raja hantu Fengdu tidak setinggi Bei Mingyan, tetapi berani sekali ia bertingkah begitu sombong. Di hadapan Bei Mingyan saat ini, ia hanya diam tak berkutik.
Ye Lingcang masih berlutut, tetapi dengan bangga ia masih mengangkat kepalanya. Tidak ada penyesalan dan rasa bersalah yang ia tunjukkan.
Bei Mingyan mengamatinya dengan dingin dan berkata dengan suara yang dalam, "Raja hantu Fengdu, Ye Lingcang, yang memiliki kejahatan tersembunyi dengan membuat tungku Yin Yang pribadi untuk menyaring hantu yang tidak bersalah. Kamu akan dihukum oleh 100 pekerja dan tidak akan mendapat gaji selama 500 tahun. Mulai sekarang, kamu tidak akan dapat lagi meninggalkan istanamu sendiri selangkah pun."
Setelah terdiam beberapa saat, Bei Mingyan melanjutkan dengan mengatakan, "Menipu Yang Mulia, tidak menghormati istri Yang Mulia, dan sekarang segera jalankan hukuman dengan memotong rambutmu."
Saat ia mendengar tentang pekerja, hukuman gaji, dan tidak diizinkan untuk melangkahkan kaki pergi dari istana, Ye Lincang tidak menunjukkan ekspresi apapun. Tetapi saat ia mendengar kata memotong rambut, ia mengangkat matanya dengan tajam untuk melihat Bei Mingyan dan menunjukkan kepanikan yang luar biasa.
Bei Mingyan menyipitkan mata elangnya dan tersenyum mengejek, "Apakah kamu mau melakukannya sendiri? Atau kamu ingin orang-orangmu membantumu?"
Ketika aku melihat sekeliling, aku menemukan ada banyak hantu kecil berdiri dalam kegelapan. Mereka semua hanya diam berlutut.
Bibir tipis Ye Lingcang tertutup rapat, seolah-olah ia sedang berusaha menahan amarahnya, "Lingcang mengakui kesalahan yang sudah diperbuat, tetapi Yang Mulia tidak seharusnya bertindak terlalu jauh. Rambut adalah martabat keluarga rubah iblis. Lingcang tidak pernah dipermalukan dengan memotong rambut seperti ini."
Bei Mingyan tiba-tiba melangkah maju dan menarik kerah Lingcang. Ia berkata dengan suara mengancam, "Aku masih sangat bermurah hati dengan tidak mengirimmu ke neraka di hadapan raja neraka."
Ye lincang tidak menunjukkan ketakutan sama sekali, "Ke neraka? Karena aku menyentuh wanitamu?"
"Pa ta", belati dilemparkan di depan Ye Lingcang.
"Lakukan sendiri." Suara Bei Mingyan terdengar tenang. Aku bisa merasakan bahwa ia berusaha menekan amarahnya.
Tampaknya Lincang memiliki latar belakang yang berhubungan dengan raja neraka, sehingga Bei Mingyan tidak punya pilihan lain selain waspada dengan raja neraka.
Ye Lingcang masih menunjukkan keras kepalanya, "Keluarga rubah iblis tidak pernah dipermalukan dengan memotong rambut, bahkan jika raja neraka ada di sini hari ini, dia tidak akan memaksaku untuk melakukannya."
"Raja neraka tidak pernah mempertanyakan tentang masalah yang ada di dunia bawah. Apakah kamu masih ingin menggunakannya untuk melawanku?" Bei Mingyan menjawab dengan dingin.
"Jadi Yang Mulia berpikir bahwa Anda akan menjadi raja neraka selanjutnya?" Lingcang berbicara dengan nada merendahkan.
"Itu adalah urusanku di Hades dan itu bukan sesuatu yang bisa diganggu oleh raja hantu Fengdu kecil sepertimu."
Ye Lingcang mencibir, lalu tatapannya mengarah pada belati yang ada di tanah, "Jangan harap Anda bisa mempermalukan saya."
Wajah Bei Mingyan semakin suram. Detik selanjutnya, sebuah pisau terbang mengarah ke rambut perak Ye Lingcang.
Dalam sekejap, pisau itu telah memotong rambut panjang yang ada di telinga kirinya dan helaian perak jatuh seperti rumput liar yang tak beraturan.
Mata Ye Lingcang tiba-tiba berwarna seperti darah namun ia hanya bisa mengepalkan tangannya erat-erat. Untuk sesaat aku pikir ia akan melawan, tetapi ia kalah oleh pandangan arogan Bei Mingyan.
"Masih belum memulai? Apa kamu ingin Yang Mulia yang memotong rambut untukmu?" Bei Mingyan tidak memberinya ruang untuk berbalik dan menatap dingin wajahnya yang pucat.
Untuk sesaat, tangan yang berdarah itu bergetar dengan hebat. Lalu perlahan-lahan ia mengambil belati yang ada di tanah dan mengarahkan ke rambut perak panjangnya. Ia memotongnya sedikit demi sedikit seolah memotong dagingnya sendiri.
Bei Mingyan memerintahkan Han Su yang ada di sampingnya, "Lihat dia. Potong semua rambutnya dan jangan sampai ada yang tersisa."
"Baik." Han Su masih sama seperti saat aku melihatnya terakhir kali. Wajah datar yang tidak berubah selama ribuan tahun, tampaknya tidak pernah menunjukkan kebahagiaan atau kesedihan di sana.
Hari itu, aku mengikuti Bei Mingyan ke Mingdu. Untuk pertama kalinya, aku melangkah menuju gerbang hantu, lalu melewati jalan Huangquan, dan setelah menyeberangi jembatan Sichuan, akhirnya kami tiba di aula Tianzi yang juga merupakan tempat di mana Bei Mingyan bekerja dengan urusan pemerintahan.
Aku baru mengetahui bahwa raja neraka adalah ayahnya. Dalam beberapa tahun terakhir, raja neraka secara bertahap menempatkan semua urusan besar dan kecil di dunia bawah, termasuk lima kota hantu, sepuluh aula neraka, dan delapan belas lapisan neraka menjadi tanggung jawab Bei Mingyan. Ia juga bisa pergi ke dunia manusia secara bebas.
Bisa dikatakan, pekerjaan raja neraka itu sangat lugas. Daripada mengurus pekerjaannya, ia justru lebih suka bersenang-senang dengan pergi minum bersama teman-temannya.
Dengan ayahnya yang tidak melakukan pekerjaannya, ini membuat Bei Mingyan sedikit menderita. Meskipun tidak ada gelar raja neraka untuknya, tetapi ia harus melakukan pekerjaan raja neraka.
Berdiri di bawah plakat aula Tianzi yang menjulang tinggi, aku kehilangan akal sejenak. Aku merasa bahwa aku pernah berada disini. Tapi bagaimana mungkin.
Bei Mingyan terus berjalan dan memegang pergelangan tanganku. Di sana ada bekas luka gigitan anjing beberapa waktu yang lalu.
Detik selanjutnya Bei Mingyan menghentikan langkah dan mengerutkan kening, "Aku benar-benar harus menghukum Ye Lingcang."
Aku terkejut dan mengerti sekarang, "Karena aku memiliki bau rubah di tubuhku, itu sebabnya anjing itu tiba-tiba menjadi gila dan menggigitku kan?"
Bei Mingyan mengangguk. Saat ini aku merasa sangat marah. Bei Mingyan benar, rubah itu harus dihukum dengan sangat berat.
Detik setelahnya, Bei Mingyan menggendong tubuhku dan berjalan menuju istana.
Aku memukuli pundaknya dan berteriak, "Turunkan aku!"
Ia menatapku dengan lembut dan tersenyum, "Kamu telah membuat suamimu cemas. Mulai sekarang kamu akan tinggal di istanaku dan kamu tidak diizinkan untuk pergi kemanapun."
Aku yang mendengar perkataannya dengan segera menyela, "Tidak bisa! Aku ingin pulang!"
Ia mengabaikan protesku dan terus membawaku berjalan melewati taman depan menuju ke halaman belakang.
Sepanjang jalan, ada penjaga hantu dengan wajah hitam dan tanduk panjang di kepala. Mereka membungkuk dan memberi hormat kepadaku dan Bei Mingyan. Aku merasa sangat malu dan hanya bisa menguburkan wajahku ke lengan Bei Mingyan. Aku tidak berani melihat ke arah mereka sama sekali.
Bei Mingyan terus melangkah dan membawaku ke kamar tidur. Begitu kami masuk, aku dimanjakan dengan aroma yang sangat menenangkan dan Bei Mingyan langsung membaringkanku di kasur yang lembut.
Aku ingin bangkit, tetapi tangan Bei Mingyan yang dingin telah menekanku.
"Lepaskan aku!"
Tanpa aba-aba, ia langsung mencondongkan tubuhnya ke arahku dan memberikan ciumannya di bibirku. Suaraku tenggelam dalam bibirnya yang dingin. Ciumannya yang lembut telah merebut sisa energi dari tubuhku.
Ia semakin menekanku dan secara naluri aku berusaha mendorong tubuhnya menjauh, tetapi ia justru menarik dan menggenggam tanganku di atas kepalaku. Akhirnya aku hanya bisa membiarkan ia mengambil apapun yang ada di mulutku.
Tangan dinginnya yang lain mulai meraba pinggangku, kemudian perlahan-lahan bergeser ke dadaku. Aku merasa sangat pusing karena ciumannya dan hampir kehabisan nafas. Aku sudah tidak peduli dengan tangannya yang mengambil keuntungan dariku.
Sampai akhirnya ciuman itu telah berpindah ke wajahku, aku baru memiliki kesempatan untuk membuka mulut dan memberikan protes dengan lemah, "Aku, aku belum siap."
"Lalu, kapan kamu akan siap?" Ia mencium leherku sambil berbisik.
Mau tidak mau aku berhenti bicara dan hanya bisa menatap mata Bei Mingyan. Mata yang dipenuhi oleh hasrat itu terlihat lebih indah dan menakjubkan. Aku hanya bisa menatapnya. Semakin aku jatuh ke dalam tatapannya yang penuh kasih sayang, semakin aku merasa rapuh dan lemah,
"Qianqiu, aku menginginkanmu. Aku menginginkanmu sekarang." Suaranya terdengar serak dan basah.
Aku mengawasinya dengan putus asa dan berkata, "Jangan panggil aku Qianqiu, oke?"
Ia tertegun, lalu dengan lembut membujukku, "Lalu aku harus memanggilmu apa?"
"Xiaoqi, panggil aku Xiaoqi."