Ming Yue'er akhirnya terbebas dari belenggu Wei Chihan, lalu ia segera berdiri dan merapikan gaunnya.
Tatapan Wei Chihan tertuju pada Ming Yue'er, lalu ia mengangkat dagu wanita tersebut.
"Apakah kamu merasa malu atau marah?"
Ming Yue'er menurunkan tatapan matanya, lalu ia mengerutkan bibirnya dan menggenggam tangannya erat-erat.
"Baiklah, baiklah~" Lalu Wei Chihan melangkah maju dan memeluk wanita itu.
Ia berdiri di samping Ming Yue'er dan meletakkan dagunya di atas kepala wanita tersebut.
"Jangan marah Nona, lain kali jangan memarahiku dan patuhi aku agar aku tidak akan memukulmu lain kali, mengerti?"
Ming Yue'er menatap sekilas wajah Wei Chihan dan mendengar rayuan pria itu, ia menjadi marah dan jijik ketika mendengarnya.
"Mengapa kamu diam?" Wei Chihan menundukkan kepalanya dan mendekatkan wajahnya pada Ming Yue'er, lalu matanya yang berbinar menatap bibir Ming Yue'er.
Lalu ia pun mencium bibir Ming Yue'er.
Ming Yue'er berusaha untuk menghindari ciuman tersebut dan mengerutkan alisnya, tetapi bagian belakang kepalanya ditahan oleh tangan Wei Chihan.
Kemudian Wei Chihan pun mencium bibir Ming Yue'er, lalu tangannya mengelus tangan wanita tersebut.
"Yue'er, kalau begitu aku akan mengajakmu naik kereta menuju ke Pingyang."
Ming Yue'er membiarkan Wei Chihan memegang tangannya dan membawanya keluar.
Setelah mereka berdua keluar dari kamar, mereka berjalan melalui koridor dengan lampu dinding menyala.
Ming Yue'er dengan enggan membiarkan Wei Chihan memegang tangannya.
Tiba-tiba Wei Chihan berhenti dan berbalik, ia menatap Ming Yue'er yang tampak merasa bersalah.
"Mengapa kamu berjalan begitu lambat?"
Ming Yue'er memalingkan kepalanya dan berkata dengan nada yang dingin, "Lepaskan tanganmu, aku bisa jalan sendiri."
Ketika Wei Chihan mendengar ucapan barusan, ia menyipitkan matanya sejenak dan menatap wajah Ming Yue'er, wajahnya tampak memerah karena berusaha untuk menyembunyikan amarahnya.
Apakah nona ini masih merasa jijik dengannya?
Huh!
Wei Chihan mendengus sedih di dalam hatinya.
Lalu ia melangkah maju.
"Ah~" Ming Yue'er menjerit kaget.
Ming Yue'er telah tertangkap basah.
Pria itu tiba-tiba mengangkat Ming Yue'er dan menggendong wanita itu di atas bahunya.
Kepala Ming Yue'er menghadap ke bawah, dan rambutnya tampak berantakan, seluruh tubuhnya pun menggantung terbalik.
"Wei Chihan! Apakah kamu gila? Jangan bersikap begini! Lepaskan aku!" Wei Chihan menggendong wanita itu di atas bahunya. Hal itu membuat Yue'er merasa tak berdaya.
"Aku tidak ingin membiarkanmu pergi! Aku ingin menggendongmu agar kita segera berangkat!" Kata Wei Chihan dengan nada keras, ia selalu bertindak seperti itu.
Memang seperti itu.
Wei Chihan menggendong Ming Yue'er menuruni tangga dan berjalan menuju gerbang.
...
Di kedua sisi gerbang mansion terdapat dua orang prajurit Hunan yang berdiri dengan rapi dan teratur.
"Selamat malam Komandan!" Semua prajurit dengan serempak memberikan penghormatan militer.
"Wei Chihan! Lepaskan aku!" Ming Yue'er tiba-tiba berseru.
Hal itu membuat semua prajurit melirik wanita yang berada di atas pundak Komandan mereka.
Ajudan Zheng yang berdiri di sebelah pintu pun segera membukakan pintu mobil.
"Komandan, silahkan masuk ke mobil, kita akan segera menuju ke stasiun kereta."
"Baiklah." Jawab Wei Chihan, lalu ia memasukkan wanita yang ada digendongnya ke dalam mobil, agar wanita tersebut duduk di bagian belakang mobil.