Pria itu sudah mengangkat tubuh Mo Ying, lalu membuka selimut yang dipeluk Mo Ying untuk menutupi roti daging besarnya. Setelah itu Du Heng langsung masuk ke dalamnya.
Terdengar suara gesekan dan desahan dari atas ranjang permata, dan tirai merah di atas ranjang pun mulai bergoyang. Awalnya memang hanya bergoyang biasa saja. Tapi, kemudian bergoyang dengan sangat hebat.
Pada akhirnya, tidak peduli seberapa dingin sikap Mo Ying atau seberapa serius dia, dan sudah berapa kali dia menampar Du Heng, bahkan sampai mata indahnya berkaca-kaca. Namun Du Heng tetap saja tidak berhenti.
Langit pun akhirnya kembali cerah, dan tirai yang bergoyang akhirnya berhenti juga. Du Heng sudah cukup puas menikmati Mo Ying. Dia pun berbaring dengan sangat lelah, tapi begitu bahagia di dalam dekapan Mo Ying, dengan begitu banyak cap tangan di wajahnya.
***