Chereads / Cinta Terlarang Tujuh Malam / Chapter 11 - Siapa yang Tetap Hidup dan Siapa yang Akan Mati?

Chapter 11 - Siapa yang Tetap Hidup dan Siapa yang Akan Mati?

"Baiklah, hahaha!!! Kakak kedua, kau benar!!!! Aku ingin menceritakan sesuatu. Waktu itu, kakak ketiga sendiri yang menahan Gu Shinian di bar. Mereka baru keluar setelah lebih dari tiga jam kemudian." Lu Niange tertawa membayangkannya.

Ketika Jing Yu mendengar cerita itu, air ludahnya sampai muncrat keluar. Kakak ketiga mereka merupakan pria yang dingin dan bermartabat. Ia sama sekali tidak bisa diajak bercanda seperti itu. Mendengar hal itu, Qin Muchen pun akhirnya bereaksi. Ia melirik Lu Niange dengan sinis. 

Lu Niange seketika panik. Ia batuk beberapa kali, lalu segera mengambil dokumen dengan hati-hari dan membacanya berulang kali, "Kurasa, masih ada sedikit kekurangan pada proposal ini, atau kalau tidak, kita revisi saja?"

Jing Yu dan Tang Yan saling bertukar pandang.

Gawat! Lu Niange mengutuk di dalam hati. 

Tidakkah kalian tahu betapa menakutkannya kakak ketiga. Dia bisa saja memukuli orang hingga terbaring di ranjang selama tiga hari tiga malam. Apa yang harus ia katakan kalau ia sampai salah bicara dan akhirnya mendapat hukuman? Singkatnya, Lu Niange tidak seharusnya membuat Qin Muchen marah. 

Bai Hengjin menepuk dahinya. Sepasang matanya yang memesona seakan memancarkan cahaya suram, "Jelaskan pada kami."

"Dia berhutang padaku, bagaimana kalau aku ingin dia membayarnya?"

Suasana santai dan ceria di ruang rapat berubah tegang dan penuh tekanan. Semua orang tahu bahwa Qin Muchen hanya memiliki satu cara untuk melawan Bai Hengjin, dan keduanya akan sama-sama merugi. 

Yang satu merupakan seorang penguasa bisnis, dan yang satu lagi merupakan penguasa bisnis gelap. Jika mereka benar-benar akan bertarung, bisa dipastikan segalanya akan kacau-balau.

"Banyak orang menginginkan kematian Gu Shinian, kau tak akan sanggup bersaing dengan mereka." Qin Muchen tidak berkedip.

Seperti membicarakan hal yang biasa saja, Bai Hengjin tersenyum ringan dan berbicara santai. "Tapi aku memiliki kemampuan. Kalau kau bekerja sama denganku, maka kita bisa membunuhnya."

Orang lain mungkin tidak dapat melakukannya, tetapi dia adalah Bai Hengjin. Jadi dia bisa. Setelah Qin Muchen mendengarkan omongan Bai Hengjin, ia hanya melirik sekilas, tetapi seperti berniat ingin membunuh. Dia mengangguk, tersenyum, dan bertepuk tangan.

"Kamu memang memiliki kemampuan."

"Jika kamu bisa, silakan saja."

"Aku juga ingin mencobanya. Jika kita berdua bersaing, siapa yang akan hidup dan siapa yang akan mati di antara kita."

Suasana di ruang rapat itu seketika berubah, seakan ada bahaya yang siap meledak. Singkatnya, ada jalan bagi kita untuk membunuhnya. Bai Hengjin sangat tenang, menundukkan kepalanya, dan tersenyum tak berdaya.

"Firasatku mengatakan, riwayatmu pasti akan berakhir."

"Terperosok dua kali di tempat yang sama. Qin Muchen, kau benar-benar bodoh."

Setelah mengucapkan kalimat itu, dia tidak berbicara lagi. Lalu, dia menjawab telepon dan pergi keluar.

"Uhuk." Bai Hengjin tertawa di belakangnya. Dia membalik dokumen sesuka hatinya. Suaranya terdengar seperti sedang berkelakar, "Namun, inilah Qin Muchen."

Balas dendam adalah tujuan utamanya. Namun, Gu Shinian juga akan terluka.

...

Begitu Qin Munchen melangkah keluar dari ruang rapat, ponselnya berdering. Qin Muchen melihat siapa yang menelponnya, dan ternyata Gu Shinian. Dia mendengar nama Gu Shinian disebut berkali-kali di ruang rapat tadi, jadi dia tidak ingin menjawabnya. Tapi dia penasaran, dan setelah dering kesepuluh, barulah dia menjawabnya.

"Tolong! Qin Muchen, tolong datang dan selamatkan aku!" 

Beberapa detik kemudian, panggilannya terputus. Qin Muchen khawatir, dan ekspresi wajahnya berubah. Dia mencoba menelepon balik, namun panggilannya tidak juga tersambung. 

Gu Shinian! Apa terjadi sesuatu padamu?

"Fu Yi, Cepat selidiki keberadaan Gu Shinian, segera!"

Setelah menutup telepon, Qin Muchen membeku dan hatinya sangat tidak tenang. Ia bergegas menuju ke lift.