Namun saat ia berjalan menuju ruang tamu, pintu depan vila tiba-tiba terbuka.
An Xiaowan membawa sekantong barang dan berjalan masuk dari luar vila.
Hou Shen hanya menatapnya sebentar, dan tak menganggapnya sama sekali. Tatapannya tampak dingin dan terus berjalan ke depan.
Mata An Xiaowan melihat pria itu akan pergi keluar, ia dengan sigap mengulurkan tangannya kemudian menariknya.
"Tuan Huo hari ini benar-benar datang?" Tanya An Xiaowan sambil tersenyum. Senyum di wajahnya tampak sangat menyenangkan.
Perempuan yang ada di depannya, meskipun satu tangannya memegang tongkat bantu untuk berjalan, dan memakai baju yang biasa, serta rambut panjangnya yang bergelombang terurai di belakang, masih membuatnya tampak sangat mempesona. Penampilannya yang penuh gaya, memikat orang yang melihatnya.
Perempuan itu benar-benar seperti peri.
Huo Shen menyipitkan matanya yang sipit. Kemarahan yang ada di matanya hampir meledak, namun itu semua berhasil ia sembunyikan.
Huo Shen menepis tangan An Xiaowan dan terus berjalan kedepan.
An Xiaowan yang terbanting oleh kekuatannya pun terkejut. Perempuan itu sedikit mendengus, hingga akhirnya jatuh ke lantai.
"Sakit…." Ucapnya sambil memegang kakinya.
Huo Shen tertawa dingin lalu berkata dengan nada mengejek. "Kakimu ini, seharusnya dipatahkan saja."
An Xiaowan membelalakkan matanya kemudian cemberut. Lalu ia berbicara dengan suara terdengar sangat menggoda. "Alasan kenapa cedera kakiku ini semakin parah bukankah karena hari dimana aku mengikuti interview. Tapi karena apa yang telah Tuan Huo lakukan di dalam kamar itu."
Ucapannya terdengar ambigu.
"Jika kedua kaki jenjangku ini dipatahkan, bukankah Tuan Huo yang akan bersedih?"
Wajah kecil An Xiaowan yang cantik menyiratkan keluhan dan pesonanya yang bercampur menjadi satu. Hal itu membuatnya terlihat semakin memikat.
Huo Shen tak mengatakan apapun, wajah tampannya benar-benar seperti dewa dari neraka.
Pria itu menatapnya dengan rendah, bibir tipisnya tampak dingin.
Tekanannya yang luar biasa, membuat An Xiaowan tersedak.
Tangannya yang berada di samping tubuhnya tampak sedikit gemetar.
Lelaki itu benar-benar menakutkan saat marah.
Dan yang lebih ia takutkan adalah, kerja keras yang ia lakukan untuk memulai ini semua, harus lenyap dalam semalam.
Huo Shen mengangkatnya, membuka pintu kamar, dan melemparnya ke atas ranjang.
An Xiaowan terjatuh di atas ranjang. Kepalanya terasa pusing dan sebelum ia sempat bereaksi, lelaki itu sudah menindih tubuhnya.
Lelaki itu menekan kuat tubuhnya dengan satu tangan, sementara satu tangannya yang lain memegang dagunya.
Di ruangan yang besar itu, udara terasa dingin dan menusuk tulang.
Mata tajam lelaki itu tampak gelap. Temperamen dan suaranya benar-benar menakutkan.
"Kamu cari mati ya...."
Huo Shen merobek pakaian An Xiaowan seinci demi seinci. Ujung jarinya yang tajam seperti pisau, membuat An Xiaowan serasa dipotong-potong.
An Xiaowan mengambil nafas, akhirnya ia bisa bergerak dan ia segera mengaitkan kaki di tubuh Huo Shen.
Namun An Xiaowan tak mengakui kesalahannya. Tiba-tiba ia tersenyum dan berkata, "Tuan Huo, apa yang membuatmu marah?"
An Xiaowan bersandar di dekat telinganya, kemudian menghembuskan nafas seperti bunga. "Apa jangan-jangan karena terlalu memikirkanku?"
Nada suara An Xiaowan benar-benar membuat orang terpana.
Hal itu membuat darah lelaki itu bergejolak.
Tatapan mata Huo Shen tampak dingin dan dalam, tapi api yang ada di matanya tampak sangat membara.
Huo Shen mengulurkan tangannya kemudian meremas dagunya. Lalu ia mendengus dengan dingin. "Kamu pergi keluar terlalu lama. Bagian mana saja yang sudah disentuh lelaki lain?"
Tanya Huo Shen sambil mengulurkan tangannya, kemudian merobek pakaiannya.
"Apakah di sini?"
Kemudian Huo Shen terus turun ke bawah, dan mencubit kedua kaki jenjangnya dengan kuat.
"Ataukah di sini?"
Pandangan An Xiaowan tampak kabur. Ia sudah terkulai lemas di bawah belaian Huo Shen. Kemudian ia mengerjap dan menggelengkan kepalanya dengan lembut.
Lalu tangan lelaki itu tiba-tiba membuka helai terakhir kain yang menutupinya.
Tubuh An Xiaowan tiba-tiba meringkuk.
"Atau… di sini?"