Setelah menikmati waktu untuk dirinya sendiri dengan bersantai di kursi pantai menyaksikan matahari tenggelam, Velina melambai pada seorang staff yang menunggu tak jauh darinya untuk mendekatinya.
"Aku mau minta bill!" Pintanya sambil tersenyum.
Staff itu lalu terlihat bingung, "Maaf, nona, Anda tidak perlu membayar pesanan anda! fasilitas bagi anggota platinum kami disini semuanya gratis!" jawabnya menjelaskan.
Bola mata Velina kembali membesar. "Tunggu dulu... aku boleh mengakses tempat ini kapanpun aku mau selama 24 jam?" Staff itu mengangguk. "Dan aku bisa memesan apapun yang ada dalam menu tanpa membayar? sebanyak apapun itu?". Staff itu kembali mengangguk. Velina mengerutkan keningnya.
"Jadi... pada dasarnya... aku bisa tinggal disini dong?" tanyanya iseng.
"Uh... mungkin, jika Anda berkenan" jawab staff itu sambil tersenyum simpul.
Velina merasa semakin takjub pada sosok Daniel Garibaldi. Dia penasaran, klien-klien bisnis macam apa yang akan diservisnya seperti ini.
Sebenarnya, memang hal yang lumrah bagi para pengusaha untuk memberikan servis kepada para mitra bisnisnya dengan harapan, bisnis mereka berjalan semakin lancar.
Velina tahu, Daniel Garibaldi menjalankan bisnis keluarga di sektor minyak bumi. Perusahannya, Garibaldi Conglomerate, merupakan perusahaan minyak bumi raksasa yang menguasai tiga benua yang memiliki sumber minyak bumi terbanyak.
Selain itu, baru-baru ini anak perusahaan Garibaldi baru saja mengakuisisi perusahaan 'The Twins', yang bergerak di bidang pertambangan logam emas dan batu mulia. Velina mengetahui hal itu karena dulunya perusahaan 'The Twins' adalah pemasok utama bahan baku perusahaan perhiasan mewah miliknya.
Jadi, saat ini, sebenarnya Velina dan Daniel merupakan rekan bisnis, hanya saja, tak seorangpun mengetahui jika Velina merupakan pemilik asli dari Vel's Gems, karena dia menunjuk seseorang untuk menjalankan bisnis itu untuknya sebagai 'Acting CEO'. Tentu saja, di balik layar, dia-lah satu-satunya yang mengatur bisnisnya secara diam-diam.
Velina memang sengaja tak ingin menjadi pusat perhatian. Dia tidak ingin terjebak dalam lingkaran sosialita penuh intrik dan kepalsuan. Diantara tiga bersaudara, hanya Marino-lah yang paling sering menghadiri gathering-gathering sosial semacam itu.
Tak heran, ia selalu diincar oleh para artis dan sosialita untuk menaikkan status mereka. Memang dasar brengsek, Marino juga menggunakan kesempatan itu untuk mengencani mereka.
Hanya dengan terlihat berkencan dengan Marino, seseorang dapat digossipkan di majalah-majalah gossip entertaintment ibukota. Karena selain Marino berasal dari keluarga konglomerat dan terpandang, ia juga merupakan presiden direktur dari Val Entertainment.
Setelah puas menikmati matahari senja, Velina segera menuju ke lantai 4. Dia ingin mandi sauna untuk merilekskan otot-ototnya yang lelah. Disana, seorang staff telah menunggunya dan memberikannya sebuah lembar kain.
Ternyata, di sauna ini, orang-orang tidak menggunakan handuk seperti biasanya, namun mereka akan diberikan kain yang dapat dililitkan ke tubuh mereka. Tentu saja, kain itu terbuat dari bahan alami dan natural, sehingga tidak akan menyebabkan iritasi dan gatal-gatal saat digunakan. Setelah itu, ujung kain akan ditalikan dan dikancing, sehingga dapat dipastikan kain tidak akan melorot dari tubuh seseorang.
Velina menatap bayangannya di balik cermin. Dia tersenyum, sangat menyukai motif kain yang membungkus tubuhnya. Dia terlihat seperti seorang gadis desa yang hendak mandi di sungai.
Ketika dia tengah asik menikmati mandi saunanya, kakaknya menelepon. Dia melirik jam digital yang menunjukkan panggilan telepon dari kakaknya. Lalu, dia segera keluar dari dalam kabin dan pergi ke loker dimana semua barang-barangnya berada.
Tak lama kemudian, Velina sudah berdiri di depan lobby Val Entertainment. Namun, dia sama sekali tidak diperbolehkan masuk oleh seorang staff lobby karena dia tidak memiliki kartu izin. Dia berusaha menelepon kakaknya, namun tak satu kalipun teleponnya diangkat.
Pada saat itu, suara langkah yang anggun terdengar dari arah belakangnya. Seorang gadis yang sangat cantik berusia kira-kira 18 tahunan melangkah masuk diiringi oleh segerombolan staff yang mengikuti di belakangnya. Gayanya terlihat sangat percaya diri. Dia adalah Mandy, seorang top model internasional yang merupakan salah satu anak emas perusahaan.
"Siapa dia?" tanyanya sambil melirik Velina, pada salah satu staff yang mengikutinya. Staff itu menggelengkan kepalanya, sama sekali tidak mengenal Velina. Mandy baru saja pulang dari show-nya di 'Paris Fashion Week'. Namun, karena ia tidak sabar ingin memberikan oleh-oleh untuk Marino, ia segera meluncur ke perusahaan begitu ia menjejakkan kaki di tanah air.
Ketika Mandy sedang menilai-nilai Velina dari ujung kepala sampai ujung kaki, pintu lift yang khusus digunakan untuk direksi terbuka. Seorang pria tampan setinggi 186cm yang memiliki rambut dan mata berwarna kecoklatan segera keluar dengan tergopoh-gopoh. Wajahnya menyunggingkan sebuah senyum lebar, yang membuat Mandy berdiri kaku di tempatnya, membatu.
'Oh God! Dia tersenyum padaku!' Jeritnya dalam hati.
"Maaf aku terlambat! Tadi aku ada sedikit urusan yang harus dibicarakan dengan manager Wang!" Marino segera mendekati Velina, setengah memeluk dirinya, dan mendaratkan sebuah ciuman hangat di pipi kanannya ketika dia melihat adiknya itu cemberut menatapnya, tanpa mengatakan sepatah katapun. Tanpa menoleh ke belakang, Marino segera membimbing Velina memasuki lift khusus direksi dan menghilang dari pandangan.
Sementara itu, staff lobby diam terperangah, tak mengira jika gadis yang pakaiannya biasa saja itu sampai dipeluk oleh Marino di depan umum. Padahal, biasanya, Marino hanya berkencan dengan gadis-gadis cantik yang berdandan elegan.
Tak jauh dari mereka, Mandy terlihat sangat kesal. Ia tersadar dari lamunannya dan menghentak-hentakkan kakinya ke lantai dengan gusar. Baru dua hari yang lalu dia mendapatkan kabar jika Marino sudah tidak berkencan dengan Vera Diba, sekarang, dia sudah mendapatkan rival baru!
Aaaaaarrrgghh...!!! Ini sama sekali tak bisa dibiarkan!