(POV Yuka)
Aku mengeluarkan keringat dari pelipis.
"Ma-maksud sensei apa?"
"Badai semalam terjadi karena ulahmu, kan? Ah, maksudnya karena kekuatan anehmu, kan?"
Aku tidak bisa mengelak. Robert-sensei begitu intens menatapku, seperti serigala yang sudah menetapkan mangsanya.
Sepertinya, aku memang harus mengaku.
"Kenapa sensei bisa tahu?"
Dia hanya tersenyum. "Mungkin kau tidak percaya, tapi Bapak ini punya jiwa detektif yang kuat. Bapak bisa tahu berbagai hal ganjil yang terjadi di sekitar Bapak. Kamu punya tanda Bulan Sabit Merah, kan? Di mana letaknya?"
Aku menghela napas.
Detektif apaan, wajah dan tingkahnya sama sekali tidak seperti detektif.
Ah, tapi para detektif mungkin memang begitu. Selalu menyembunyikan identitasnya agar tidak dicurigai orang lain.
Akhirnya, aku pun mengangkat lengan baju sebelah kanan, menunjukkan tanda Bulan Sabit Merah itu pada Robert-sensei.
Ia tampak terpana.