Chapter 6 - Awal mula

Setelah membuat jejak di tubuh Viona Fernando kemudian tertidur diranjang yang sama dengan Viona, sementara Viona tak bisa tidur ia memilih duduk dipinggir ranjang . Ia sudah berganti pakaian dengan baju tidur setelah pengawal Fernando membawakannya satu set baju tidur dan satu set baju ganti yang baru .

"Baju tidur saja semahal ini, bagaimana aku bisa menggantinya," batin Viona saat menyadari harga baju tidurnya yang setara dengan gajinya satu tahun ditempat laundry.

Viona duduk termenung memikirkan nasibnya kini ia harus segera pindah dari apartemennya karena Lexi terlalu berbahaya baginya, Viona juga harus memikirkan cara untuk menjauh dari Fernando yang saat ini sudah terlelap di ranjang.

Kunci kamar hotelnya disimpan oleh Fernando dan ia tak berani mengambilnya, Viona memikirkan apa yang baru Fernando lakukan padanya dan itu membuat Viona bergidik dalam satu malam dia hampir kehilangan kesuciannya .

"Dia benar-benar pria yang berbahaya,"ucap Viona lirih sambil menatap Fernando yang tertidur.

Karena sudah malam dan terlalu lelah akhirnya Viona tertidur di sofa dengan posisi duduk, kedua tangannya memeluk bantal untuk menopang kepalanya. Ia berharap bisa bertemu dengan ibunya dimimpi, banyak hal yang ingin ia ceritakan.

Suara dering ponsel membangunkan Fernando dari tidurnya, ia segera mengambil ponselnya dari atas jas yang ia letakkan di kursi tadi malam. Mata Fernando menatap Viona yang masih terlelap di sofa, senyumnya tersungging dari bibirnya.

"Gadis kecil ini pasti sangat takut padaku, menarik," ucap Fernando pelan, ia kemudian melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri karena harus kembali ke kantor untuk menyelesaikan meeting pentingnya.

Tiga puluh menit kemudian Fernando sudah berganti pakaian dan bersiap berangkat, ia ragu untuk meninggalkan Viona didalam kamar hotel sendiri. Fernando berjalan mendekat ke arah sofa dimana Viona masih berlayar dialam mimpinya, mata Fernando melihat dengan jelas bekas ciumannya di sekitar leher jenjang Viona yang semalam ia perbaharui.

"Aku akan meninggalkan pengawal disini untuk mengawasimu manis, jangan harap kau bisa pergi dariku," bisik Fernando kemudian pergi keluar dan berbicara dengan dua orang pengawal nya di depan pintu kamar presidential suite itu untuk menjaga Viona.

Rasa lapar membuat Viona terbangun dari tidurnya, sekujur badannya merasakan sakit karena tertidur dalam posisi duduk. Matanya melihat jam sudah menunjukan pukul satu siang.

"Sudah sangat siang pantas saja aku lapar,"gumam Viona pelan sambil meraba perutnya.

"Akh aku harus kerja aduh bagaimana ini," pekik Viona panik saat menyadari kalau hari ini ia harus bekerja di laundry, ia kemudian menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan berganti pakaian yang sudah disiapkan untuknya dari semalam.

Langkah kaki Viona terhenti saat melihat dua orang pria berbaju hitam menghadangnya didepan pintu keluar, mereka melarang Viona meninggalkan kamar walau Viona sudah memohon-mohon sambil menangis tapi mereka tak bergeming. Salah satu pengawal ini kemudian menghubungi Fernando seperti amanat Fernando sebelum meninggalkan hotel.

"Anda sudah tak perlu berkerja di laundry itu nona Viona," ucap seorang pengawal mendekati Viona yang duduk putus asa di meja makan.

"Apa maksudmu?"

"Tuan Fernando sudah berbicara dengan bos anda di laundry, anda bersiap saja nanti setelah Tuan kembali nona akan ikut ke rumah,"jawab pria itu kembali, tak lama kemudian pergi meninggalkan Viona yang masih kebingungan.

Dua jam kemudian

"Sedang apa dia?" tanya Fernando pada pengawalnya.

"Duduk di sofa Tuan,"jawab seorang pria bertubuh tegap menjawab pertanyaan Fernando.

Fernando masuk kedalam dan ia melihat Viona yang tengah menatap kaca yang langsung tembus ke pemandangan kota yang luas, dari sudut mata Viona terlihat masih ada bekas tetesan air mata.

"Apa yang kau pikirkan?"tanya Fernando dengan nada meninggi.

Viona kaget mendengar suara pria itu, ia kemudian mengambil bantal dan meletakkannya didepan dadanya dengan dipeluk secara erat. Sorot mata ketakutannya sangat terbaca oleh Fernando.

"Kau ikut aku kerumah."

Fernando berbicara dengan santai sambil memakan apel yang terhidang diatas meja.

"Saya harus bekerja Tuan,"jawab Viona lirih dengan suara parau.

Viona membuka mulutnya untuk pertama kali setelah Fernando datang .

"Ya kau kerja dirumahku sebagai pelayanku,"ucap Fernando kembali.

"Tuan saya bukan perempuan sepeti itu sa..."

Viona tak mampu menyelesaikan ucapannya Fernando sudah datang dan melumat bibinya dengan kasar, aroma minuman keras tercium dari tubuh Fernando. Viona menggigit bibir Fernando untuk melepaskan diri dari pelukan Fernando.

"Berani sekali kau menggigitku " teriak Fernando kesal, belum pernah ada wanita yang menolaknya selama ini.

"Lepaskan saya Tuan,"tangis Viona ketakutan.

"Kau sudah jadi milikku bagaimana mungkin aku melepasmu,"ucap Fernando dingin.

"Saya akan membayar semua yang tuan sudah lakukan untuk menolong saya, tapi lepaskan saya Tuan," pinta Viona dengan memohon.

"Benarkah? Layani aku sekarang juga baru kau kulepas,"sahut Fernando dengan cepat.

Mendengar ucapan Fernando membuat Viona menjauhkan dirinya dari Fernando secepat kilat, ia berlari kekamar mandi dan menguncinya dari dalam sambil menangis.

Fernando tertawa melihat mangsanya ketakutan, ada sensasi tersendiri menghadapi gadis pembangkang sepeti Viona.

"Tuan ini informasi nona Viona,"

Seorang pria berbaju hitam datang membawa file untuk Fernando.

"Kau boleh pergi," jawab Fernando singkat pada pengawalnya.

"Baik Tuan, permisi."

Fernando membaca file pemberian anak buahnya yang berisi informasi tentang Viona termasuk dimana tempat tinggalnya sekarang.

"Dibesarkan di panti asuhan,"gumam Fernando pelan saat membaca informasi Viona, ia terlihat beberapa kali menganggukan kepalanya.

"Aku akan merapikan barang-barangmu lalu kau bisa pindah ke rumahku," ucap Fernando pada Viona yang bersembunyi dikamar mandi, dari dalam kamar mandi Viona bisa mendengar Fernando dan orang-orang nya pergi.

Viona menangis mendengar ucapan Fernando tadi, ia benar-benar tak bisa lepas dari orang itu kini ia hanya bisa pasrah.

Tak begitu lama Fernando datang kembali ia melihat Viona terlelap di atas sofa, dengan mudahnya Fernando membopong tubuh Viona ala bridal style dan berjalan pergi meninggalkan kamar hotel diikuti pengawalnya. Fernando membawa Viona kembali ke rumahnya, ia sudah meminta anak buahnya memindahkan semua barang Viona kerumah nya.

Viona terbangun ketika merasakan sesak saat matanya terbuka ia baru tau ternyata dia tertidur dalam pelukan Fernando, dengan sekuat tenaga Viona mencoba turun dari tempat tidur.

"Awww,"jerit Viona keras saat kakinya terantuk pinggiran meja sehingga membuatnya terjatuh karena tak bias menjaga keseimbangan dirinya.

"Ini sudah malam kenapa kau berteriak," ucap Fernando sambil menarik selimutnya. "Ini kamarku, kau ada dirumahku jadi kay tak usah bingung," imbuh Fernando santai .

Viona turun dari ranjang ia bersyukur pakaiannya masih lengkap, matanya segera beradaptasi saat melihat kamar itu terlihat sangat besar dan mewah. Kamar besar itu mempunyai interior yang sangat mewah dengan beberapa lukisan antik yang pasti sangat mahal.

Dengan perlahan Viona membuka tirai kamar itu dan matanya kaget saat melihat pemandangan diluar yang mempunyai halaman yang luas, bahkan didalam gelap malam Viona bisa melihat ada sebuah helipad besar di dekat danau.

"Kalau kau tak kembali tidur aku akan pastikan besok kau tak akan benar-benar bisa bangun dari ranjangku ini," bisik Fernando pelan yang tiba-tiba ada dibelakang Viona.

Viona kaget mendengar suara Fernando bergitu dekat dengannya, ia tak berani menatap wajah Fernando dengan menundukkan akhirnya Viona berjalan menuju ranjang besar itu lalu mulai duduk diatasnya.

Fernando tersenyum puas melihat Viona ada diatas ranjang.

"Aku sudah bilang kau akan jadi wanitaku, kau harusnya bersyukur. Ya sudah ayo tidur, besok akan kuberitahu tugasmu disini," ucap Fernando lirih sambil menarik tubuh Viona untuk berbaring disebelahnya.

Viona mencoba memejamkan matanya dia membuat batas antara dirinya dan Fernando dengan menggunkan dua buah guling sebagai penghalangnya. Viona berharap dia sedang bermimpi buruk dan akan segera terbangun esok pagi.

Bersambung