Di benua utama, ada kekaisaran termegah. Yaitu, Dragonia empire. Selain itu, di benua utama banyak negeri vassal dari Dragonia. Ada negeri koloni juga.
Salah satu negeri vassal adalah Phantera. Dahulu, penguasanya disebut raja singa. Sampai saat ini, garis keturunan raja singa masih hidup. Pada masa jayanya, negeri Phantera sulit ditaklukkan oleh kekaisaran Dragonia.
Nampaknya, keturunan raja singa sekarang dipandang rendah oleh pengikutnya.
___________________________________________________
Duduk di ruangan kepala sekolah, Nirvana duduk. Minerva hanya mengangguk menanggapi laporan Nirvana.
"Aku rasa, semakin masuk akal." Minerva terlihat seperti sedang merenung, menaruh ujung jari didagu nya.
"Nah, sekarang, kembali kepada rutinitas," seru Minerva.
"Ah, kelupaan." Nirvana segera meletakkan justice sword palsu.
Di letakkan diatas meja.
"Pedangmu?" Spontan, Minerva memerhatikan.
"Ini barang bukti milik Stride, yang bisa aku amankan. Justice sword palsu," ujar Nirvana.
"Kalau itu, berikan pada Satella. Biarkan Stella melacaknya, Stella sangat ahli dalam psikometri." Minerva memberi usulan.
Setelah itu, Nirvana memungut pedang duplikasi dan pergi dari ruangan.
Baru menginjakkan kaki di lorong, tepat di luar ruangan, seseorang kelihatan menunggu. Gadis yang berambut perak, bergaun hitam. Rambutnya terurai, sepunggung.
"Ah, kamu sudah kembali."
"...."
Gadis itu berdiri menyender di tembok. Melipat tangannya, lalu mengangguk-angguk.
Menyadari bahwa gadis itu Starla, Nirvana merespon dengan, "Oh."
Starla memakai gaun hitam dan tatanan rambut yang persis kala Starla menjenguk Satella di ruang inap. Adalah kedua kalinya bagi Nirvana, tertipu oleh penampilan kembaran Satella.
"Cuma mau bilang, hati-hati, kamu harus lebih hati-hati lagi," Starla berjalan kearah jalan keluar. Jalan menuju tangga. Membelakangi Nirvana, melambaikan tangan dan berpamitan, "Sampai nanti yah!"
Nirvana hendak berfikir, sedang memilih keputusan. Memilih mau menuju kamp Jeageris atau ke kota perbatasan. Nirvana melangkah.
Tiba di suatu lorong, ada banyak ruangan guru. Ada suara melodi petikan gitar yang merdu dari ruangan pembimbing konseling.
Nada nya merdu.
Di dengar dari melodi, sepertinya berkaitan dengan sihir. Universe ini tidak terdapat para bard ataupun minstrel dengan senar mistiknya. Tetapi keahlian seperti itu dilihat sebagai jenis keahlian kineser. Di Vrindavan, marga Isyana adalah keluarga penyair di desanya. Dan biasanya akan menjadi pengiring dalam acara opera ataupun drama.
Namun tak ada sangkut pautnya dengan sihir. Kecuali senar yang secara khusus membutuhkan konsumsi mana untuk menambah merdu suaranya. Hanya untuk menambah merdu suara, tidak berisikan efek sihir layaknya mage konvensional.
Nirvana berdiri didepan pintu. Ia ragu-ragu, akan masuk atau tidak. Berdiri lama, merasa canggung, enggan untuk masuk kendati ia merasa penasaran. Karena dalam prespektif Nirvana, ia masih asing dengan Isyana. Relasi di-restart karena keusilan Violetta dengan kemampuan hipnosis nya.
Terus menunggu....
***
Sementara itu, Satella ada di kastil utama kerajaan. Ada di aula kastil bersama seorang tidak dikenal. Ia berambut emas yang sangat pendek. Memakai pakaian ala rakyat jelata.
"Oh seperti itu," nampaknya Satella sudah mendengar penjelasan raja. Satella menanggapi dengan, "Ahaha."
Tertawa garing yang dipaksakan, terhenti saat merasa suasana jadi semakin hening.
"Aku, pantas ditertawakan." Pria berambut emas menunduk.
"No, tidak, tidak, bukan itu yang ku maksud--"
"Tidak apa-apa, terus terang saja."
Ucapan Satella dipotong. Pria itu, nampaknya sosok yang pesimistis.
"Baiklah, aku akan menerima tugas ini." Satella menatap rajanya.
"Ah, lega rasanya, satu amanah terlaksana atas bantuan calon menantu," ucap raja, bergurau.
"Ahaha, ha-ha-ha, ha," Kini giliran sang raja yang tertawa garing. Dan terhenti ditengah keheningan, lalu berkata, "Putri keluarga ningrat, Charlotte, nak Stella sangat bisa diandalkan. Kamu jangan sungkan terhadap Stella, selagi masa-masa pengasingan masih berlangsung."
Setelah menyimak raja berbicara, laki-laki itu menatap Satella.
"Namaku Leonardo, tapi cukup panggil Leo." Pria rambut emas memperkenalkan dirinya.
"Kalau begitu! Aku, Satella Shiela Charlotte. Cukup panggil Stella."
Jadi, pria itu adalah orang dalam hukuman pengasingan. Lalu tugas macam apa yang diberikan raja?
Perspektif kembali pada Nirvana.
***
Masih berdiri dalam pintu. Pada akhirnya, Nirvana memutuskan memasuki ruangan.
Dan yang diucapkan si pemilik ruangan adalah....
"Selamat siang! Cepat katakan, pelanggaran apa yang--"
"Siang juga."
Isyana terhenti kala menyadari bahwa yang datang tak lain adalah Nirvana sendiri. Isyana menunduk, ekspresinya agak sedikit bete.
"Ikatan yang telah terbentuk itu, diulang dari nol." Isyana tertunduk, merasa sedih atas ingatan yang direbut dari Nirvana oleh kawan semasa sekolah, Violetta.
"Tidak senang atas kunjungan ku?" Tanya Nirvana, agak jengkel.
"Tidak, bukan, silahkan masuk." Isyana dengan nada kagetnya.
Nirvana duduk di meja itu lagi, tuk kali kedua.
"Katakan ada apa?" Tanya Isyana.
"Aku hanya tertarik dengan melodi petikan gitarnya," jawab Nirvana.
Terdiam, ekspresi bengong, Isyana hanya menanggapi dengan, "Oh."
"Oh saja?" Nirvana memalingkan pandangan karena kesal.
"Tidak, maksudku--"
"Santai saja!"
Suasana hening sejenak. Isyana melamun sejenak. Isyana berfikir, meletakkan ujung jari didagu nya seolah sedang berfikir dalam.
"Sudah kuduga, kamu suka musik," gumam Isyana.
"Kamu yang tadi memetik gitar bukan?" Tanya Nirvana.
"Iya benar," Seketika Isyana jadi senang. Kegembiraan yang agak meledak. Kemudian agak tenang, ekspresi menjadi santai, tenang, Isyana berkata, "Suka musik, ya?"
"Iya, suka sih." Nirvana mulai memandangi Isyana.
Dalam persepsi Nirvana, Isyana seperti vokalis wanita layaknya vokalis band Cokelat di dunianya.
"Apa kamu tau aku?" Tanya Isyana.
"Tentu, terakhir bertemu waktu Satella memperkenalkan guru pembimbing konseling baru, kan." Nirvana berkata yang ia ingat.
"Sudah aku duga. Kamu pasti melupakannya," gumam Isyana.
Nirvana telah dicuci otak hingga ingatan tentang Isyana terhapus, menyisakan momen pertemuan pertama.
"Kamu ingat tidak, ada seseorang mirip dengan aku. Gadis dari dunia lama, dunia asalmu. Ingat tidak?" Tanya Isyana.
"Aku tidak kenal dengan gadis yang mirip dengan mu. Aku tidak tahu kalau ada orang yang mirip kamu," jawab Nirvana.
Isyana mengangguk, paham.
"Kamu tahu, Violetta memiliki keahlian hipnosis. Salah satunya, mampu menghapus bagian dari ingatan orang?" Tanya Isyana.
"Baru tahu," jawab Nirvana.
"Hati-hati dengannya, ingatan mu bisa-bisa dihapus olehnya!" Isyana memperingati.
Nirvana tidak menangani teguran Isyana sedikitpun.
Faktanya, Violetta sudah lakukan tindakan yang dikatakan Isyana sebagai, "Awas, hati-hati!"
Tiba-tiba Isyana mengerutkan keningnya dan bilang, "Aneh nih rasanya, kalau sehari gak ngatain seseorang. Jangan aneh ya kamu."
"Huh?" Nirvana cemas.
"Ngomong-ngomong, cara duduk kamu seperti kakek-kakek! Kamu sedikit bungkuk dan kurang tegap. Kamu, gak ada gagah-gaganya deh. Besok-besok kamu berperan ala cross-dressing, pasti cocok deh."
Nirvana mulai membenarkan posisinya se-tegap mungkin.
"Cross dressing, maksudnya banci? Parah banget, itu mulut bisa lebih kurang ajar lagi?" Tanya Nirvana, sedikit jengkel.
Isyana tersentak kaget seraya menutupi mulut dengan kedua tangannya. Mimik wajah kaget. Melepas tangan dari mulutnya, berkata, "Astaga, kelepasan."
Saking kesalnya, Nirvana enggan menatap Isyana.
"Maksudku, banyak makan, agar tubuhmu kelihatan tangguh. Habis kamu kurus sekali, hampir sama kurusnya dengan aku. Aku cewe, jadinya gak apa-apa sekurus ini. Sementara kamu harusnya lebih gemuk sedikit lagi." Isyana mencari cara untuk meralat kata-kata gak sengaja nya itu.
"Oh." Nirvana melirik Isyana. Saat melihat raut Nirvana sudah mulai santai, Isyana menarik napas lega.
"Syukurlah," gumam Isyana.
"Pergi sana, bangke!" Isyana pun kelepasan lagi.
"Bangke?" Nirvana kesal lagi.
"Maksudku, aku lagi kurang mood, bisa tinggalkan aku dulu?" Isyana beralasan.
"Ah, maaf kalau gitu. Aku pamit, selamat siang."
"Siang."
Akhirnya Nirvana pergi keluar ruangan.
"Lidahku, pahit," gumam Isyana.
Yang Isyana maksud pahit lidah, adalah perubahan.
Di lorong, Nirvana bertemu Mark beserta beberapa rekan penjaga.
"Kamu masih hidup, juga terlihat baik-baik saja, serius?" Begitulah ekspresi Mark saat melihat rekan seprofesi, Nirvana.
"Memang ada apa?" Tanya Nirvana.
"Keempat penjaga yang dihajar penyihir misterius, bahkan masih dirawat," kata Mark.
Maka obrolan berlanjut....
***
Esoknya, Satella berkunjung ke sekolah. Berada diruangan owner, bersama pria yang Nirvana belum kenal. Berambut sangat tipis dan berwarna emas. Nirvana duduk, menghadap Satella, pria itu berada disisi lainnya.
"Orang yang belum kamu kenal, namanya Leonardo."
"Namaku Leonardo, cukup panggil dengan, Leo!"
Setelah Satella memperkenalkan, orang itu memperkenalkan ulang namanya pada Nirvana.
"Baiklah, aku--"
"Namanya Nirvana."
Satella memotong, mendahului, mengenalkan Nirvana. Leo dan Nirvana berjabat tangan. Nirvana menatap Satella, agak kesal.
"Apa? Kamu mau bilang, mengapa aku memotong, memegangnya aku juru bicaramu? Begitu kan, maaf kebiasaan," ucap Satella.
Satella berdeham, kemudian ia melanjutkan.
"Baiklah! Untuk saat ini Leo akan tinggal disini. Aku mau Leo menjadi rekanmu, itu perintahku!" Satella menatap Nirvana, dengan ekspresi yang dibuat-buat seolah galak. Tapi kalah terkesan lucu pada akhirnya.
"Baiklah," balas Nirvana, sambil mengerutkan alisnya.
"Oke," sahut Leo.
Kemudian Satella berdiri, dengan gestur seolah ingin pergi.
"Aku sibuk, jadi aku harus segera pergi. Aku akan berada di kota perbatasan, untuk waktu yang gak bisa ditenteng, oke. Theodore akan menjadi pembawa pesan kalau ada apa-apa. Dah, aku pergi!" Satella bergegas meninggalkan ruangan.
Beberapa saat setelah Satella pergi, suasana masih canggung.
"Baiklah, aku akan ke kafetaria!" Sekarang, Nirvana meninggalkan ruangan.
Scene berganti dengan Nirvana menikmati kopi di kafetaria. Leo berada satu meja dengan Nirvana.
"Dari mana asalmu?" Nirvana bertanya.
"Phantera," jawab Leo.
"Apa itu, Phantera?" Nirvana belum banyak tahu tentang negeri luar.
"Phantera, hanya negeri vassal di bawah kekaisaran Dragonia," Leo menjawab.
Nirvana merasa perlu belajar lagi tentang sejarah dunia ini.
"Menurutmu, seorang raja harus melakukan apa? Apa sajakah yang membuat raja dinilai layak atau tidaknya?" Leo memberi topik.
"Mana aku tahu? aku kan bukan raja," Nirvana menjawab.
"Dengan kata lain, kamu mau bilang kalau bertanya kepada raja-raja lain adalah jawabannya bukan? Masuk akal bagiku," ucap Leo.
"Ya, seperti itu--"
"Mohon bimbingannya!"
"Tunggu apa?"
Leo memotong, Nirvana kurang paham maksud perkataan Leo.
"Miss Stella, bercerita banyak tentang anda. Aku rasa, anda orang yang hebat menurut penilaiannya. Jika benar, mohon untuk bimbingannya," ucap Leo.
Sampai sini, Nirvana menangkap maksud permintaan Satella yang meminta Nirvana menjadikan Leo rekan, Nirvana menangkap maksudnya sebagai mentor. Walau Satella berkata kurang spesifik, kurang lebih yang Nirvana artikan adalah sebagai menthor.
Untuk saat ini, Nirvana masih merasa canggung.
Bersambung.