Untuk saat ini, rutinitas di akademi sihir kembali berjalan seperti biasa. Kunjungan ke kepulauan Kiyomi membuahkan kekacauan dan juga kerusakan kecil bagi kota Arata. Tetapi, lihat sisi baiknya! Kepercayaan raja terhadap putri klan Charlotte kian meroket. Raja tidak merasa rugi ketika memberi hibah pada putri ningrat seperti Satella.
Satella berhasil menggagalkan rencana musuh yang berniat tuk menyingkirkan nama putri Tina sebagai kandidat pemilu kerajaan.
Satella memang tipikal bangsawan yang bisa diandalkan. Kendati ia bukan anak pertama yang menjadi pewaris harta dan juga sumber daya klan kebangsawanan, ia tetaplah mewarisi bakat dan darah penyihir dari leluhur.
Note : Penulis menyetarakan kualitas Satella sebagai bangsawan, sebagai sama baiknya dengan putri Reiner di anime overlord.
Satu per satu pelajar, lagi memulai ritual memanggil familiar. Ada yang sanggup memanggil familiar dalam sekali percobaan saja, ada juga yang terus mencoba. Ini demi mata pelajaran yang baru, mata pelajaran familiar.
Tengat waktu untuk lulus ataupun tidak, masih tiga bulan kedepan.
__________________________________________________
Ruang kebutuhan.
Berada diruang kebutuhan, ruang ghaib paling rahasia di sekolah ini. Tiga orang berada di sana. Satella hadir untuk pertama kali setelah liburan di kepulauan Kiyomi. Teh mulai dituangkan. Dituangkan oleh Violetta, ia akan memulai ulasan.
"Tentang otak penyerangan pulau Kiyomi, aku tau siapa. Melibatkan seorang ketua kultus pengikut iblis juga--"
"Si rambut hijau sialan itu!" Satella emosi, mengingat betapa malunya ketika dikalahkan dalam sejenak. Teringat juga akan rasa sakit dari persendian yang digeser, tulangnya ditarik sangat kasar oleh tangan tak terlihat yang merepotkan.
"Bagaimanapun, tangan yang tidak dapat dilihat itu merepotkan," ucap Violetta.
"Huh, katakan apa yang terjadi di kepulauan?" Tanya Minerva.
"Tapi, un-seen hand tidak mempan terhadap sihir transfigurasi kabut hitam ku. Un-seen hand tidak bisa menangkap udara bukan. Si ketua kultus sudah aku tangkap," ujar Violetta. Seketika Satella terkejut.
"...." Satella tercengang atas yang dikatakan Violetta.
"Ah, dia sudah datang!" Tau-tau Violetta menatap ke pintu masuk ruang dimensi lain ini.
Dan seketika, datanglah seorang perempuan berambut hitam. Sosok perempuan itu sedang melangkah perlahan, agak malu-malu.
"Apa maksudnya ini, Violetta? Ini adalah ruang dimensi rahasia kita, bukan!" Minerva menatap galak kearah Violetta.
"Tenanglah, aku membawa orang potensial disini," balas Violetta.
"Aku mencium bau mugle disini." Satella bernada kecewa.
Perempuan berambut hitam kini sudah berada di hadapan mereka. Berdiri, diam, mimiknya kelihatan agak malu-malu. Sebab ia belum mengenal orang-orang didepannya. Belum, kecuali Violetta.
"Dia adalah karyawati di bagian administrasi. Cepat perkenalkan dirimu!" Kini Violetta menatap kearah gadis berambut hitam.
"Eh, uh, iya, namaku-- Perkenalkan namaku Fiana, panggil aku Fiana!" Fiana memperkenalkan diri dengan gestur malu-malu.
"Eh, lumayan cute," gumam Satella.
"Sekarang jelaskan alasan kamu membawanya kesini?" Minerva menagih penjelasan dari Violetta.
"Fiana pemilik kode mistik. Tidak, lebih tepatnya, artefak pemberian dewa. Perlihatkan benda milikmu!" Tagih Violetta. Kemudian Fiana meletakkan future diary miliknya diatas meja.
Sekilas, Satella memperhatikan covernya. Tangan penasarannya membuat Satella membuka buku tersebut. Tentu saja kosong, sebab Satella bukan pemilik artefak itu. Future diary adalah artefak yang tidak dapat berpindah kepemilikan. Griffin sword milik Satella juga demikian. Buku restart juga tidak dapat berpindah kepemilikannya sebelum pemilik yang sebelumnya mencoret namanya. Saat Satella menulis nama di artefak restart, terdapat satu nama dicoret yang berada di lembar kiri sebelum namanya ditulis. Pemilik restart sebelum Satella adalah Helene Charlotte, pemilik pertama, restart.
"Apa ada yang kamu ketahui, atau ada kejanggalan?" Tanya Violetta.
"Ini sih mirip artefak yang dimiliki kakak ku. Covernya mirip sih, dan pernah aku intip, dan tiap lembar bukunya adalah lembaran kosong." Satella menjabarkan yang ia tahu.
"Beritahu kami, tentang artefak milikmu!"
"...."
Violetta meminta kepada Fiana tuk memberitahu kekuatan artefak miliknya. Tapi Fiana ragu-ragu tuk membocorkannya. Mungkin juga karena Fiana belum begitu dekat dengan orang-orang dihadapannya.
"Kalau tidak mau ya sudah. Kalau tidak bisa mempercayai orang lain, jangan harap mendapat bantuan untuk merebut kebebasan mu, ya!"
Sekilas Violetta tidak terlihat seperti sedang memaksa. Entah bagaimana, kata-kata dari Violetta mengubah keputusan Fiana. Fiana mengambil keputusan untuk terus terang.
"Ini adalah artefak pemberian dewa mesin, Deus ex Machina. Siapa yang menerima Future diary, mengalami dunia perulangan, satu kali. Dengan kata lain, aku pernah mati sekali dan mengulang. Sampai saat ini, ada tiga pemilik artefak yang serupa. Itulah yang aku tahu. Artefak ini hanya memberitahu masa depan kepada pemiliknya seorang. Kepemilikan tidak bisa berganti. Masa depannya hanya sebatas beberapa menit yang akan datang sih. Tapi kadangkala memberitahu beberapa jam yang akan terjadi juga. Hanya itu yang ku tahu, sih."
Fiana menceritakan, semua akan menimbang.
"Artefak yang lumayan bagus. Aku pikir, tidak masalah membiarkan seorang pemilik artefak sihir untuk berada disekitar kita. Ya, selama dia adalah orang baik, tidak jahat sih." Satella menerima Fiana dengan baik.
"Bertingkah baiklah, jangan buat masalah! Maka, aku akan biarin dirimu ada disini. Jadi orang baik, oke...." Minerva memberi respon serupa dengan Satella.
"Selamat bergabung, Fiana...." Dan yang terakhir, kata sambutan dari Violetta.
"Huh?" Fiana melongo.
***************
Kini Violetta berjalan dilorong yang sepi di lantai satu. Ini seperti jalur masuk ke ruang bawah tanah.
"Kenapa kamu mengikuti kami?" Tanya Violetta, sementara Satella baru menyadari.
"Aku hanya ingin tahu," kata Fiana.
"Bagaimana?" Violetta menatap Satella, seolah meminta pendapat ataupun persetujuan.
"Biarkan sajalah," balas Satella.
Pintu pun dibuka. Itu sepertinya lorong gelap yang panjang. Lilin terdapat di beberapa dinding di sepanjang jalur masuk. Di dinding terdapat lubang berbentuk kotak, seolah di desain untuk meletakkan lentera ataupun lilin. Mengunakan sedikit sihir, penerangan mulai dinyalakan ketika mereka masuk.
Entah berada di basemen tingkat berapa, mereka pun tiba. Tiba di ruang kurungan.
"Di sini tempatnya?" Tanya Satella, seraya menatap Violetta.
"Iya, ini dia, ruang kurungan," ujar Violetta.
Yang ada dihadapan mereka yaitu sebuah pintu besi. Pintu besi yang tebal, seolah menegaskan ini adalah ruang berangkas harta. Tapi belum tentu juga.
"Apa-- apa lagi ini?" Satella cemas.
"Tenang, aku bawa insigna," kata Violetta.
"Insigna?" Satella mengangkat bahu.
Masuk akal kalau Satella bingung, sebab pintunya tidak memiliki lubang untuk memasukkan kunci. Kalaupun tidak bawa kunci, asal terdapat lubang kuncinya, bisa saja Satella meledakan lubang kunci dengan sihir ledakan ringan yang berbasis element es. Jelas tidak ada.
Violetta memegang sebuah logam berbentuk segi delapan. Kebetulan pada pintu besi, terdapat lubang ditengahnya. Lubang itu memiliki ukuran dan bentuk yang serupa dengan logam segi delapan yang dibawa Violetta, namanya insigna.
Insigna ditempelkan ke lubangnya, setelah masuk itu seperti sedang memasang puzzle. Violetta segera membuka pintu besi. Masalah tak berhenti disini.
"Dinding?" Satella mengerutkan kening.
"Ini adalah fitur door crossing. Ini persis seperti jalan masuk rahasia menuju black market. Aku pernah mengajakmu ke black market, kan?" Violetta mengetuk beberapa bata yang menonjol keluar dari dinding, sambil membisikkan mantra.
Temboknya hilang seketika. Lalu mereka masuk kedalam ruangan rahasia ini.
Ruang kurungan.
Bebatuan bercahaya yang menyala dengan tenaga sihir. Ruangan cukup luas, karpet besar, ada sofa dan juga beberapa furniture. Tembok dihiasi wallpaper indah berwarna cream.
"Ruang kurungan?" Satella sampai melongo, bergumam, tidak percaya.
Ruangan ini terlewat bagus untuk dibilang sebagai ruang kurungan. Lebih cocok dibilang ruang santai pribadi yang menyenangkan.
"Tapi--"
Satella menoleh kearah Violetta.
"Sirkulasi udaranya dari mana?" Satella bertanya.
Benar juga, pintu besi dilapis oleh dinding gaib Juga tak ada jendela. Lantas bagaimana dengan sirkulasi udaranya? Di atap ruangan tidak terdapat lubang ventilasi udara.
"Kamu tidak lihat, ada tanaman Hidrilia?" Satella menoleh kearah yang dipandang Violetta.
"Ah, benar juga," seru Satella.
Karena ini adalah dunia sihir maka tanaman ghaib pun banyak.
Disini ada tanaman yang bisa memproduksi oksigen seolah-olah udara di semburkan oleh tabung oksigen, saking banyak udara yang diproduksi tanaman ghaib itu. Lalu batu inframerah pemberi cahaya, fungsinya sebagai pengganti matahari, tanaman ini mendapat cahaya tuk fotosintesis.
"Apa ini, tidak dikekang?" Satella terkejut kala melihat tahanan yang duduk bebas disofa, alih-alih di pasung atau diikat dengan rantai pemberat tahanan.
"Tenang, aman kok." Itulah klaim Violetta.
Mereka berdua mulai melangkah. Sementara Fiana sedang membaca future diary. Ekspresi Fiana seperti terkejut atas tulisan di future diary.
Satella sudah ada di jarak lumayan dekat.
Di dalam penglihatan mata Fiana, terdapat tangan berwarna hitam keluar dari punggung wanita yang ditahan itu. Tangannya seukuran tangan orang dewasa, ada tujuh.
Fiana mulai berjalan cepat kearah Satella. Kendati tidak bisa melihat tangan tak kasat mata, Violetta memiliki kekuatan precognition. Violetta akan memprediksikan kejadian di dua menit kedepan.
Satella lah yang kemungkinannya gagal menghindari un-seen hand, daripada Violetta.
Tiga tangan semu melesat kearah Satella, empat kearah Violetta. Lalu Fiana mendorong tubuh Satella kuat-kuat hingga terjatuh. Alhasil Satella terhindar dari tangan tidak kasat mata itu. Sementara Violetta hanya harus sedikit bergeser saja. Pergerakan Violetta berdasarkan prediksi dua menitnya. Kekuatan precognition, memprediksi kemana tangan semu akan bergerak.
"Apa yang--"
"Ada tangan hitam pekat yang menjalar. Hampir mencelakai mu. Untung aku dapat mencegah itu terjadi." Fiana sedikit lega karena tidak ada yang celaka.
"Huh, mungkin!"
"Apa, kamu bisa lihat?"
Untuk sejenak, Satella menatap kearah Fiana. Violetta melempar mantra element netral, berbasis tenaga pysche. Maka tawanan pun terpental kebelakang. Fiana lagi melihat future diary miliknya.
"Semuanya! Lepaskan cincin emas yang ada pada dirinya!" Itulah yang Fiana yakin harus dilakukan dan berdasarkan info dari future diary.
Hanya butuh waktu singkat bagi kabut hitam mendekat. Violetta melepas cincin dari tangan sang tahanan.
Entah bagaimana, sang tahanan sudah kehilangan kemauan untuk menyerang.
Gadis tahanan memakai baju putih sederhana, sekalipun wajahnya glowing. Dialah sang ketua kultus yang Satella kenal sebagai Rowena.
"Kamu Rowena kan?"
"Iya benar."
Tiba-tiba, gestur Rowena kepada Satella menjadi lebih ramah dari biasanya.
~Bersambung~