Zico berusaha menahan sakit di kepalanya. Matanya berkunang-kunang, pemandangannya kabur. Zico berusaha untuk kuat agar bisa melanjutkan pembicaraan dengan Dian.
"Walau bagaimana pun aku adalah ayahnya. Setidaknya aku harus bertanggung jawab sebagai ayahnya."
"Aku tidak butuh uangmu. Pergilah dari kota ini. Jangan pernah perlihatkan wajahmu di depan kami. Sampai kapan pun aku tidak akan mengijinkanmu menemui Alvin. Dia hanya anakku. Kau bajingan terkutuk. Gara-gara Alvin sangat mirip denganmu aku membencinya selama bertahun-tahun."
"Bagaimana pun darah lebih kental daripada air Dian. Bagaimana pun usaha kamu menjauhkan kami jika Tuhan mentakdirkan kami bertemu pasti akan bertemu," ucap Zico tertawa dibalik kesakitannya.
Dian murka mendekati Zico, melepaskan totokan dan menginjak telapak kaki Zico hingga terdengar bunyi krakkkkkk. Tulang Zico retak. Teriakan dan rintihan Zico memecah kesunyian. Tangisan Zico menyayat hati namun tak membuat Dian iba.