Happy Reading.
****
Brakkkk … Dughhh .…
Daniel langsung menendang keluar anak buahnya yang berada di kokpit hingga jatuh dari helikopter, karena tak sabar menunggu anak buahnya itu keluar dari sana. Perasaan Daniel sedang sangat buruk, bahkan saking buruknya atmotsfir di sekitarnya ikut serasa membeku hingga tidak ada anak buahnya yang berani bicara apalagi membantahnya.
Kehilangan satu-satunya anak buah paling terpercaya benar-benar membuat seorang Daniel Cohza Cavendish sangat marah. Dan si pilot malah berlaku lelet seolah tidak tahu situasi, hingga semakin membuat suasana hati Daniel mencapai titik paling Rawan.
Jika Daniel sedang tidak buru-buru, anak buahnya yakin pilot itu pasti sudah almarhum ditangannya.
Daniel mengakui menganggap Marco lebih dari sekedar anak buah, hubungannya dengan Marco terlalu dekat dan akrab, tetapi Daniel masih terlalu gengsi menyebutnya saudara karena sikap profisional yang di emban olehnya.