Hari hari selanjutnya aku berjalan dengan baku. Terkadang termenung di taman pinggiran kota untuk melihat sekitar, mata ku rupanya tak pandai memilah dan semua yang terjadi nampak jelas tak bisa di pilih. melihat orang bergenggaman, berbincang dengan mesra, menatap seperti penuh cinta dan rasanya aku ingin seperti mereka, namun resikonya berbahaya dan aku belum siap untuk menerima yang ke dua kalinya. Tidak hanya itu mata ku juga melihat banyak anak yang berlari, memakan tahu isi seperti tak ada beban, menjadikan ranting sebagai kawan, berbincang sendiri seperti punya teman imajinasi lucu memang dan terkadang aku ingin kembali seperti itu. Rupanya menjadi dewasa tidak seperti yang ku bayangkan dulu Ini lebih rumit dari dalil teorema pythagoras dan lebih sulit dari memahami interaksi zat di dalam tubuh.
Huuhhhhh (hembusan nafas)
Sial waktu tak bisa ku tarik mundur...
Pernahkah kamu merasa seperti mati rasa, seperti tidak ada gairah untuk menjalin hubungan, seperti tidak mau mengambil resiko untuk kembali patah dan belum menemukan seseorang yang pantas untuk mematahkan lagi hati ini. Terdengar bodoh memang namun pada akhirnya patah akan terjadi, meski berbeda cara meninggalkan, ke pelukan human (manusia) atau ke pelukan tuhan.
Rasa memang sulit di mengerti saat ini maka akan aku biarkan saja dia mengalir membawa ku ke tepian seseorang yang rela meninggalkan ku karena panggilan tuhan.