Axcel mengikuti Fera dan dia melihat ada beberapa pria bertubuh besar yang sedang bicara dengannya.
Axcel mendekatinya dan dia diam-diam mengupinh pembicaraan mereka.
"Bagaimana? Apakah semuanya sudah kalian persiapkan?" Tanya Fera, dia mencoba untuk memeriksa jika semuanya pasti berjalan dengan lancar.
"Siap bos, semuanya sudah kami siapkan. Tinggal menunggu mereka keluar dari sana saja!" Jawab pria berbadan tinggi besar dan berwajah mengerikan.
Fera tertawa senang karena dia yakin jika Nindya kali ini tidak akan pernah bisa menikah dengan Ray dan tentunya, rencana kali ini, dia harus berhasil.
Hanya tersisa waktu tiga hari lagi menuju hari pernikahan mereka dan itu tidak boleh terjadi. Karena menurut Fera, hanya dialah yang pantas menjadi pasangan Ray bukan Nindya.
Fera menyeringai dan sudah membayangkan jika semua rencananya berhasil, dia akan mendapatkan Ray seutuhnya.
Setelah memastikan semuanya akan berhasil, Fera pun pergi meninggalkan ketiga orang itu. Dia masuk ke dalam mobilnya dan mengawasinya dari jauh.
Axcel tersenyum sendiri dan dia menggelengkan kepalanya berkali-kali.
"Wanita yang sangat jahat. Demi pria bajingan semacam itu, dia rela mengotori tangannya sendiri. Dasar gila!" Ucap Axcel, dia menggelengkan kepalanya berkali-kali dan tertawa sendiri.
Axcel masih terus mengawasi mereka dan tiba-tiba ponselnya menyala.
Axcel mengambil ponselnya yang ada didalam saku celananya dan saat dia melihat ID pemanggilnya, Axcel langsung mengerenyitkan dahinya.
"Mama? Ada apa mama menelpon aku?" Gumam Axcel, dia merasa aneh dengan ibunya sendiri. Dia baru saja bicara semalam dan baru beberapa jam saja. Ibunya langsung mencarinya kembali.
Axcel tersenyum kecil dan dia langsung menekan tombol 'ok'.
Axcel pun langsung menjawabnya.
"Halo!" Jawab Axcel dengan nada lembut. Dia sangat mencintai ibunya. Baginya ibunya adalah segalanya dan hanya ibunya lah yang dia miliki saat ini.
Cahaya tersenyum cerah saat mendengar suara putranya yang sangat menenangkan hatinya.
"Ax, kamu sedang apa? Apakah mama mengganggu kamu?" Tanya cahaya, dia melihat kearah Cintya yang saat ini duduk disebelahnya.
Axcel tersenyum dan dia pun menjawab, "Aku sedang sibuk ma, hehehhe … ma, aku menemukannya ma. Aku menemukannya, tapi … butuh perjuangan besar untuk mendapatkannya. Errr … mama tidak marah kan jika aku kembali ke rumahnya sedikit terlambat dari janji yang aku berikan?" Ucap Axcel, dia merasa sangat bersalah karena dia semalam berjanji akan kembali setelah menggagalkan pernikahan Nindya. Tapi dia melihat rencana Fera yang tidak sederhana dan itu membuat Axcel harus menambah waktu untuk mendapatkan Nindya dan membawanya pulang ke rumahnya.
Cahaya merasa terkejut, karena sebelumnya Axcel belum menceritakan tentang apa yang dia temukan.
Yang Cahaya tahu adalah putranya pergi ke Jakarta untuk urusan bisnisnya. Bahkan semalam saja saat mereka membuat panggilan video call, Axcel tidak mengatakan apapun.
"Ax, apa maksud kamu? Mama … mama, mama sungguh tidak mengerti. Siapa dia? Siapa yang kamu temukan?" Tanya cahaya dengan nada bingung.
Cintya mendengar ucapan Cahaya dan dia berusaha membuka lebar telinganya karena dia merasa sangat curiga dengan Cahya dan juga Axcel.
Axcel menghela nafas panjang dan dia baru saja ingat jika dia belum menceritakan semuanya pada ibunya.
"Ya Tuhan, aku lupa menceritakan semuanya. Aku minta maaf ma, aku minta maaf!" Ucap Axcel, dia menepuk dahinya dan dia berjalan sedikit menjauhi tempat itu. Axcel masuk ke dalam mobilnya sambil mengawasi para penjahat itu dari jauh.
Setelah masuk ke dalam mobil.
Axcel kembali berbicara.
"Halo, ma! Aku minta maaf karena aku tidak jujur sebelumnya. Aku … aku, aku ke Jakarta karena aku ingin menemui wanita impianku ma," ucap Axcel sambil menepuk dahinya.
Dia merasa malu pada ibunya, karena ini pasti terdengar seperti lelucon aneh dan khayalannya saja.
Cahaya merasa terkejut, dia langsung pergi meninggalkan Cintya karena ini sangatlah pribadi.
Cahaya meminta izin untuk meninggalkan Cintya dan dia pun masuk ke dalam kamarnya.
Setelah masuk, dia pun langsung mengunci kamarnya secepatnya.
"Ax … apa maksud kamu? Mama tidak mengerti? Wanita impian? Impian apa maksud kamu Ax?" Tanya cahaya, dia merasa putranya sangatlah aneh.
Axcel menghela nafas pendek dan dia menceritakan semuanya.
Setelah menceritakan semuanya. Cahaya langsung merasa terkejut karena putranya bisa memiliki pikiran aneh dan tentunya dia mengingat putranya yang lain.
Cahaya merasakan seluruh tubuhnya gemetar dan tanpa dia sadari, tubuhnya langsung lemas dan terduduk dipinggir tempat tidur saat ini.
"Ax, kamu mengejar wanita itu karena sebuah mimpi? Mimpi yang kamu katakan adalah, seseorang yang mirip dengan kamu. Dia kekasih wanita itu? Apakah benar itu Ax?" Tanya cahaya, dia merasakan seluruh tubuhnya semakin gemetar.
Bibirnya gemetar hebat dan tiba-tiba hatinya juga ikut merasa sakit. Dan tanpa dia sadari air mata pun mulai mengalir dari sudut matanya.
"Iya ma, dia kekasih pria yang ada didalam mimpiku. Aku heran kenapa ada orang yang mirip sekali denganku. Hahahaha … tapi aku berterima kasih pada pria itu, dia menunjukkan wanita yang baik seperti dia. Aku … aku, aku awalnya hanya penasaran ma, aku mengira jika mimpi itu hanyalah bunga mimpi. Namun semakin hari, mimpi itu semakin jelas. Pria yang aku kira adalah diriku sangatlah bahagia. Dia bahagia dengan wanita itu, aku merasakan cintanya untuk wanita itu dan aku sekarang mengerti apa itu artinya cinta. Entah kenapa aku juga mencintainya ma, aku mencintainya. Jadi, aku harus mendapatkannya karena dia sudah jadi milikku," ucap Axcel. Dia bersemangat saat menceritakan tentang Nindya. Dia baru menemuinya beberapa kali dan hanya beberapa hari bisa melihatnya. Namun, hatinya sudah terasa berubah. Hatinya dipenuhi perasaan bahagia saat melihatnya.
Cahaya mengusap air matanya yang sudah jatuh di pipinya.
"Ax, apakah pria yang kamu katakan mirip dengan kamu itu masih ada? Kenapa dia ada di mimpi kamu dan semua kenangan indahnya yang kamu katakan saat bersama wanita itu, bisa ada bersama kamu?" Tanya cahaya, dia ingin tahu kelanjutan dari cerita Axcel dan pria yang ada di mimpinya bisa dia simpulkan adalah putranya yang lain. Putra yang harus dia tinggalkan karena mantan suaminya yang terlalu jahat kepadanya saat itu.
"Ma, aku pun tidak tahu dia siapa. Tapi setelah aku bertemu dengan wanita impianku yang ternyata adalah wanita yang nyata, aku menyusuri semua tempat dan kejadian dalam mimpiku dan itu adalah nyata ma, kejadian indah itu ternyata adalah kenyataan. Aku merasa heran kenapa dia mau memberikan semua ingatannya padaku, kenapa bisa begitu ya ma?" Ucap Axcel, dia merasa bingung dengan kejadian aneh dalam hidupnya. Dia tidak mengenal Arkana bahkan bertemu dengannya pun belum pernah sama sekali.
Hati Cahaya semakin terasa sesak, jantungnya berdebar keras dan perasaannya semakin sulit untuk diucapkan dengan kata-kata.
"Ax, kemana pria yang mirip dengan kamu itu? Apakah kamu bertemu dengannya? Lalu kenapa dia masuk ke dalam mimpi kamu dan memberikan kekasihnya untuk kamu?" Tanya Cahaya, dia berusaha untuk terdengar biasa saja, agar Axcel tidak mencurigainya.
"Ma, dia sudah meninggal. Beberapa bulan yang lalu dan kekasihnya juga hampir gila karena dia meninggal dalam sebuah kecelakaan tepat beberapa hari lagi mereka akan menikah. Aku … aku, aku merasa sangat kasihan padanya. Saat dia melihatku, dia merasa jika aku adalah dia, bahkan dia mengatakan cinta padaku. Awalnya aku tidak percaya jika wajahku dan dia mirip, tapi setelah aku melihat fotonya. Kini aku yakin jika wajah kamu sembilan puluh delapan persen kami benar-benar sangat mirip," ucap Axcel. Dia menghela nafas panjang dan masih bingung dengan semuanya. Namun, dia tidak mau memikirkan masalah itu. Karena yang dia pikirkan saat ini adalah mendapatkan Nindya, ya Nindya harus menjadi miliknya. Karena kejadian itu sudah membuatnya semakin menginginkan Nindya.
"Ma, apakah mungkin aku memiliki saudara kembar? Hahahaha ... Tapi itu tidak mungkin kan ya? Aku kan putra mama satu-satunya, jadi mana mungkin makan bisa memiliki dua bayi yang sama saat itu, hehehehe …," ucap Axcel, dia tertawa karena pikiran aneh mulai merasuki otaknya.
Cahaya tertawa namun sebenarnya dia menangis. Dia tidak mungkin mengatakan semuanya pada Axcel, Cahaya susah menutup semua masa lalunya dan dia tidak mau hidup dalam bayang-bayang masalalunya yang menyakitkan. Cintanya sudah mati seiring kepergiannya dari kota itu sambil membawa Axcel dalam pelukannya saat itu.
Cahaya mengusap kembali air matanya dan dia pun bertanya, "Ax, apakah kamu tahu siapa nama pria yang mirip kamu itu? Oh ya, wanita impian yang kamu katakan itu, apakah dia mau bersama kamu? Walaupun kamu mirip dengannya, tapi kalian tidaklah sama. Ya kan?" Tanya cahaya, dia sebenarnya penasaran dengan wanita impian yang dikatakan Axcel. Dia juga ingin menemuinya dan ingin mengetahui semuanya tentang kekasihnya yang meninggal itu.
Cahaya merasa yakin jika dia adalah putranya yang lain dan dia adalah kakaknya dari Axcel.