Chereads / WarZered Harmoni / Chapter 2 - Chapie 1 : WarZered Online

Chapter 2 - Chapie 1 : WarZered Online

Ketika semua teknologi menjadi jauh lebih maju hingga dapat menembus peradaban seluruh antar galaksi, pertikaian di Dunia Aterna berlangsung demi menunjukan siapa yang paling kuat, siapa yang paling benar. Antara Militer Antariksa yang bertugas menjaga kedamaian, dan para Pemberontak Aterna yang menuntut keadilan. Kedua kubu ini terus bertikai karena ego masing-masing.

Hingga pada suatu ketika, tata surya tempat Planet Aterna berada didatangi oleh sekelompok Alien Zered. Tujuan para Zered dari berbagai jenis ini adalah untuk mengambil sumber daya, teknologi, serta 'memanen' seluruh makhluk hidup di sana.

Walau tidak sepenuhnya bersatu, tapi pihak Militer Antariksa maupun Pemberontak Aterna bersama-sama melindungi Aterna dan seluruh tata surya dari invasi besar-besaran Zered.

Antara pihak militer atau pemberontak, siapa yang kau bela? Apa kau siap untuk bertarung habis-habisan membasmi 'hama' Alien Zered?

Jadilah yang terkuat di antara yang terkuat di WarZered : Online.

Kami menunggu bantuanmu datang, Prajurit!

….

Samarinda, September 20xx

Mata Janu menyipit jengkel saat menyaksikan rekaman iklan dari sebuah game MMOARPG. Nampak jelas kantung mata pria berambut pirang jabrik ini menggelantung dengan lingkar hitam menyerupai belang panda. Kamarnya juga terlihat berantakan tak terurus.

Sudah delapan jam ia berkutat dengan perangkat VR-Gear, dimana bagian gauntlets masih terpasang di kedua tangannya, sedangkan bagian penutup mata VR-Gear sudah ia lepas. Janu melakukan siaran langsung lewat internet sambil memainkan salah satu game VR fantasi, dan sekarang ia sudah sangat bosan memainkan game tersebut.

Memainkan game RPG fantasi yang sangat diminati oleh banyak kalangan membuat Janu benar-benar merasa biasa saja. Tidak ada yang unik dari sebuah game yang menuntut para pemain untuk berpetualang menjelajah dunia ajaib, bertarung ala ksatria Medieval melawan raja iblis yang bernasib ngenes selalu di-bully para pemain, dan sering kali mendengar para lelaki puber bau lengkuas berteriak ingin punya harem-hareman tapi ujung-ujungan cuma bisa dikelonin para NPC karena takut dapat Hode atau emang tak punya modal.

Setelah melihat video dari sebuah game bertema sci-fi, Janu jadi sangat tertarik untuk memainkannya kembali bersama teman-temannya. Tapi gara-gara permintaan para penonton siarannya, Janu jadi terjebak di dunia RPG antah berantah untuk kesekian kalinya.

Demi pemasukan pundi-pundi rupiah ke dalam dompet, Janu pun rela memainkan game paling membosankan dalam hidupnya.

Tapi, untuk kali ini ia akan berhenti!

'Woi! Kok kagak lanjut?!'

'Baru juga masuk Dungeon itu, dah kelihatan kek kagak ada arah hidup lu. Kalau gua mah, dah 'satsetsatset' modar tuh naga.'

'Malu lu sama Party lu! Noob banget mainnya.'

'Dasar kambing! Main kagak modal! Loyo lu, kek buyung lu!'

Persimpangan imajiner bermunculan di keningnya, wajahnya pun nampak memerah karena marah. Udah lelah Janu melihat kolom komentar, makin banyak berisi komentar-komentar toxic dari beberapa penonton yang belum tentu menonton siarannya dengan baik.

Janu mendekatkan mic earpiece-nya, mendekat ke arah kamera pula sambil menarik nafas dalam-dalam.

"BACOT LU PADE!!! CEBOK SANA PAKAI PIPA BETON!!! DASAR PARA PENGIKUT KAMBENG LUCKNUT!!!"

Segera Janu mematikan siaran langsungnya, kemudian bersender di kursi gaming sambil memijit pelipisnya. Sudah saatnya Janu beristirahat dulu, tubuhnya jadi lelah setelah sia-sia memainkan game yang tidak ia suka. Tapi, ia masih sangat ingin memainkan game Sci-fi yang ia tonton tadi.

"Ah, udahlah. Belum ada teman, juga," ujarnya sendiri sambil mengibaskan tangan.

Janu pun memutuskan untuk beranjak dari kursi, pergi menuju dapur untuk mengambil minuman dan beberapa camilan, serta memesan makanan delivery. Setelah lama melakukan siaran langsung, Janu jadi sangat lapar.

Janu orangnya memang rada-rada nolep dan toxic. Tapi jika kau mengira dia adalah karakter utama dari cerita ini, maka kau salah besar.

~*~*~*~

"Terima kasih telah berkunjung kemari, Kakak…!"

Satu pengunjung baru saja keluar dari perpustakan sambil membawa beberapa buku yang ia pinjam. Nampak seorang pria mulai membereskan perlengkapan kerjanya di atas meja. Wajah rupawannya masih segar, tak nampak lelah walau hampir seharian ini bekerja sebagai seorang pustakawan.

"Mardin, udah mau pulang, ya?" tanya pustakawan lain yang kebetulan lewat sambil membawa beberapa buku untuk ia rapikan ke rak.

Dengan senyum ramah, Mardin menjawab, "Iya, Bang Razak. Udah jam tujuh malam, nih."

"Ya, udah…. Hati-hati di jalan. Tiga hari ke depan kau sudah libur, kan? Manfaatkan hari liburmu baik-baik."

"Inggih, Bang."

Setelah ditinggalkan Razak pergi menunju salah satu rak buku, Mardin memastikan barang-barangnya di dalam tas. Sesudah dirasa barang-barangnya sudah lengkap, Mardin pun bergegas pergi meninggalkan perpustakaan. Selama melangkah keluar perpustakaan, dia tak pernah lupa untuk menyapa rekan-rekan kerja dan sekelompok pengunjung langganan yang mengenal baik dirinya.

Mardin Amardi merupakan seorang pustakawan yang bekerja di salah satu perpustakaan Kota Samarinda. Dia dikenal sebagai pria yang santai, ramah terhadap setiap orang, dan suka membantu. Semua pengunjung perpustakaan jadi merasa sangat nyaman ketika dilayani olehnya.

Walau dikenal ramah, Mardin bukan tipikal orang yang suka bergaul di kalangan banyak orang, karena bisa dibilang Mardin pilih-pilih dalam mencari teman yang nyaman untuknya. Dia lebih suka menghabiskan waktunya di rumah saat libur, beres-beres rumah, mengobrol panjang lebar dengan keluarganya di kampung lewat panggilan video, hingga bermain game VR yang ia suka sekedar untuk bersantai dan mencari suasana baru dari dunia nyata yang selalu membuatnya lelah.

"Hai, Mardin!"

Setelah keluar dari gedung perpustakaan, Mardin disapa oleh seorang mahasiswa yang kebetulan baru saja keluar dari sisi gedung perpustakaan lain.

"Hai, Akira," balas sapa Mardin.

Akira nampak berlari kecil menghampiri Mardin. "Sudah mau pulang?"

Mardin mengangguk, "Yep! Kau sendiri?"

"Aish…. Aku baru selesai mengerjakan tugas kelompok. Baru saja pisah dari yang lainnya. Omong-omong, habis ini kau mau kemana? Tidak ingin keluyuran sebentar gitu sambil menikmati angin malam di Samarinda?"

Akira bertanya demikian karena seperti yang diketahui bahwa Mardin bukan tipikal pria yang suka keluyuran. Sehabis kerja, pasti langsung pulang ke rumah. Cukup membosankan juga punya alur hidup gitu-gitu saja.

Mardin nyengir sejenak, "Hehe…. Tidak. Aku ingin pulang saja. Kan tidak baik keluyuran malam-malam, nanti masuk angin."

Skakmat bagi Akira. Ekspresi Akira jadi datar akibat respon Mardin.

"Oh, ayolah…! Masa kau harus menghabiskan waktumu hanya untuk berdiam diri di rumah saja? Itukan membosankan…."

"Tidak juga…." Mardin menggeleng. "Sehabis ini, rencananya aku mau main Game VR bareng teman."

"Oh…. Game VR, kah?" Akira jadi nampak antusias membahas soal game. "Wah…! Pantas saja betah menyendiri di rumah. Memang game VR bisa dibilang dunia kedua para gamer, apalagi game-game VR zaman sekarang sangatlah canggih. Memang, game apa yang kau dan temanmu mainkan?"

"WarZered Online," jawab Mardin senang, "Kudengar, malam ini juga bakal dimulai pertandingan tingkat dunia lanjutan untuk game tersebut."

"Hah? WarZered? Yang benar saja?" Akira bersedekap dengan sebelah alis dinaikan, merasa tak suka mendengar nama game sci-fi tersebut. "Game itu terlalu rusuh dimainkan. Kau tidak lelah main game WarZered? Dengar-dengar dari temanku yang pernah mencobanya, badannya langsung pegal-pegal baru main 15 menit saja."

"Game VR WarZered memang bisa bikin lelah lebih cepat. Seperti game-game VR berteknologi tinggi lainnya. Kita bakal dapat merasakan senyata apa dunia game VR, bukan? Seperti merasakan aroma udara segarnya, tekstur tanah dan bangunan, sampai rasa sakit dari serangan musuh. Nah! WarZered juga, kita bakal dituntut untuk bergerak cepat agar bisa memainkan game dengan maksimal. Game ini lebih mengandalkan keahlian dan kreativitas membentuk gerakan bertarung ketimbang menyusun strategi untuk mengalahkan musuh. Makanya, WarZered Online dianggap game rusuh," jelas Mardin panjang lebar.

Akira mengangguk paham. Memang benar seperti yang dijelaskan Mardin. WarZered Online bukan sekedar game MMOARPG biasa, sistem permainan yang digunakan merupakan sistem Hack 'n Slash dimana pemain harus bisa lebih cepat menghabisi musuh dan mengkreasikan berbagai kombinasi gerakan bertarung. Semakin lincah bertarung, semakin banyak kombo yang didapat, semakin cepat pula level pemain meningkat.

"Ya, sudah. Aku pulang dulu, ya. Kau juga harus pulang, belajar yang benar."

"Iya, iya, Bang…!"

Mardin hanya tersenyum ditanggapi begitu, lalu ia berjalan meninggalkan Akira sambil melambaikan tangan. Akira sendiri membalas dengan lambaian tangan serupa.

Yah…. Bagaimana pun, Akira selalu menganggap sosok Mardin yang bijak ini seperti saudaranya sendiri. Toh setiap kali ia ada tugas, Akira akan memilih untuk ke perpustakaan sini sambil minta diajari Mardin.

….

Malam masih terlalu dini di Kota Samarinda, baru menunjukan pukul tujuh lewat sedikit. Sekarang, Mardin sedang duduk di halte bersama beberapa orang yang juga sedang menunggu kedatangan bus.

Saat sedang menjelajah internet, ponsel pintarnya berbunyi menandakan panggilan masuk. Segera Mardin menjawab dengan ramah seperti biasa.

"Halo, Janu?"

"Hai, Mardin? Masih kerja?"

"Enggak. Baru saja selesai. Lagi di jalan pulang, sih. Kenapa?"

"Ah…. Aku hanya ingin mengingatkanmu, jangan lupa untuk menonton siaran langsung turnamen E-Sport dunia WarZered Online setengah jam lagi. Malam ini giliran tim E-Sport dari Indonesia melawan Cina."

"Wah…! Indonesia, kah?" Mardin terdengar antusias. "Sebenarnya, aku tak yakin Indonesia bisa menang, mengingat Cina itu rajanya E-Sport. Tapi, tidak ada salahnya 'kan untuk berharap dan mendukung bangsa sendiri?"

"Iya…. Aku juga berharap Indonesia bisa menang. Kamfret banget, coba! Ini baru babak pertama, sudah dikasih lawan yang ganas begini, pula."

"Hehe…. Jangan putus asa. Kita bakal terus setia menyemangati Indonesia dalam berbagai turnamen E-Sport!"

Tak terasa bus berhenti di depan halte. Masih terus mengobrol di telepon, Mardin segera masuk ke dalam bus bersama penumpang lain. Mardin sudah tidak sabar lagi untuk melihat turnamen tersebut dan bermain game VR WarZered setelahnya.

~*~*~*~