Setelah memarkirkan motornya di garasi, ia masuk ke dalam rumah dengan badan yang letih. Rasanya ia ingin cepat - cepat membersihkan diri lalu pacaran dengan bantal dan gulingnya, alias tidur.
"Aidan pulang," ucap Aidan begitu masuk ke dalam rumahnya seperti biasa.
Kelli datang tergopoh - gopoh dengan raut panik, ia memegang bahu anaknya lalu memutarnya ke kanan dan ke kiri. "Syukurlah kamu masih hidup." Wanita paruh baya itu bernapas lega.
Aidan berdecak, "Astaga Mama, jelas lah Aidan masih hidup."
Kelli memukul bahu anaknya dengan senyuman di bibirnya, "ya kan Mama takut kamu kenapa - kenapa."
Aidan menunjukkan cengirannya, "nggak usah takut Ma, lagian siapa sih yang bisa ngalahin seorang Aidan Adelard Adhitama."
Kelli mendengus, persis seperti Reyhan, "Mama iyain, biar kamu senang."
Aidan tertawa, mendengar perkataan Mamanya. Ia mengedarkan pandangannya, sepi. Biasanya ruang tengah ramai. "Kok sepi, Ma? Ayah sama Caca mana?"