Setelah kejadian itu, Kelli mulai di sibukkan dengan skripsi. Reyhan, laki - laki itu selalu menjadi tempat istrinya mengeluh tentang skripsinya. Ia yakin, pasti suaminya itu bosan mendengar keluhannya yang itu - itu saja.
Namun Reyhan selalu mendengarnya, bahkan tanpa menyelanya sedikit pun. Kelli sangat beruntung memiliki suami seperti Reyhan yang pengertian.
Kelli mempercepat langkahnya menuju ruangan dimana dirinya akan bimbingan. Karena keasyikan mengedit bahan untuk bimbingan, alhasil dirinya harus berjalan tergopoh - gopoh dengan wajah super duper panik.
Begitu sampai di depan ruangan, Kelli mengetuk pintu ruangan konseling. Ia pun masuk ke dalam dan mengambil tempat duduk di ujung, karena dirinya urutan terakhir yang datang.