Shaka melangkahkan kakinya ke teras rumah Deren. Ia belum menyentuh bel rumah, namun pintu utama sudah terbuka terlebih dahulu. Disana, berdiri perempuan yang semalam ia pikirkan hingga nyaris tidak tidur. Ini semua karena kecerobohannya yang mengirim pesan memalukan kepada perempuan itu.
Oke, ia dan Cika memang berusaha untuk membangun perasaan masing - masing. Tetapi entah mengapa, mengirim pesan semanis itu membuatnya tidak biasa. Dirinya lebih nyama bersikap manis secara langsung dari pada lewat perantara, seperti ponsel.
Canggung.
Shaka menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia berdeham. Cika yang awalnya menatap ubin lantai, kali ini perempuan itu menatapnya.
"Dimana, Deren?" tanya Shaka, ia harus tetap pamit kepada sahabatnya itu. Bisa - bisa dirinya pulang tinggal nama karena membawa adik ipar sahabatnya tanpa ijin. Mengingat Deren over protective kepada Cika.