Chereads / Cinta Beda Dunia / Chapter 8 - Kamu Anak Pembangkang (5)

Chapter 8 - Kamu Anak Pembangkang (5)

...

Rumah itu seperti menara, tepatnya seperti sebuah istana. Rumah itu dikelilingi tumbuhan hijau, sangat mirip dengan istana di cerita dongeng.

Kamarnya pun sangat mewah dengan cahaya redup. Quan Mohen duduk di sofa, di suatu sudut yang minim cahaya, tekanan udara di sekitarnya rendah. 

Ia memainkan korek api di tangannya, tik..tik...tik… suara korek dibuka-tutup dari waktu ke waktu memunculkan aura bahaya.

tali yang mengikat tangan serta kain yang menyumpal mulut Gu Ranran telah dilepaskan. Shen Yan melemparkannya ke depan Quan Mohen.

Kekuatan Gu Ranran masih belum pulih, badannya terasa lemas. Ia bisa bertahan untuk berdiri sebentar, lalu jatuh ke pelukan Quan Mohen.

Ujung hidungnya langsung mengenai dada Quan Mohen, jantung yang berdetak seperti sedang kesakitan itu, ia meneteskan air mata.

Shen Yan menatap wajah Gu Ranran yang menangis, menurutnya ia harus bersyukur karena masih diterima di tempat yang hampir menyerupai surga ini.

Gu Ranran menggosok matanya dengan satu tangan, kemudian memegang lutut Quan Mohen dengan tangan yang lain dan mencoba bangkit.

Quan Mohen membantunya duduk di sofa. Dalam cahaya redup, Quan Mohen menatap Gu Ranran, tatapan yang dingin, dan Gu Ranran tidak bisa menahan diri untuk menggigil.

"Hari ini, tidak peduli seberapa liciknya kamu, aku tidak akan membiarkanmu pergi! "

Gu Ranran terdiam. Quan Mohen menundukkan kepalanya dan mencium bibir Gu Ranran. Gu Ranran memejamkan mata.

Itu adalah ciuman pertamanya, tapi tiba-tiba ia membuka mata dan memberontak! Quan Mohen marah!

Gu Ranran dicium setelah disakiti. Dia mendorong Quan Mohen dan membuat sedikit celah di antara bibirnya. Dalam kesempatan itu Gu Ranran berkata dengan bersemangat, "Quan Mohen! Quan Mohen! Dengarkan aku, kita tidak bisa melakukan ini ..."

Quan Mohen terdiam. "Bisakah aku memintanya kepadamu?"

Kini Gu Ranran yang terdiam. Tidak bisakah kamu tak begitu mendominasi?

Quan Mohen mencium Gu Ranran lagi.

Gu Ran mencoba memberontak lagi, dia harus berputar-putar untuk melepaskan bibirnya.

"Quan Mohen, tunggu." Gu Ranran mendorong Quan Mohen, ia tersenyum manis dan berkata dengan nada malu-malu, "bagaimana kalau kamu mandi dulu?"

Quan Mohen terdiam menerka apa maksud Gu Ranran sesungguhnya. Matanya sedikit menyusut, "Mau lari lagi?"

Kepala Gu Ranran bergetar seperti drum. "Tidak, Tidak. Istana ini begitu besar dan penuh dengan penjaga. Bagaimana mungkin aku bisa melarikan diri?"

"Kau harus tahu Gu Ranran," kata Quan Mohen sambil mengangkat dagu Gu Ranran. "Di sekeliling Istana ini terdapat kebun binatang pribadiku. Dan di sana ada srigala serta harimau peliharaanku. Mereka sangat ganas, kau akan terkoyak jika mencoba untuk melarikan diri."