Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

ONTHOUDEN [REMEMBER]

🇮🇩Park_Na
--
chs / week
--
NOT RATINGS
11.1k
Views
Synopsis
Nadin dan bersama temannya, Nira dan Della yang melarikan diri dari rumah dan terbang ke Paris harus berjuang dengan hidup dan memenuhi cita cita nya. Hingga kesuksesan yang mereka raih tapi, itu semua menyadarkan mereka bahwa perjalanan ini masih panjang. Nadin yang melupakan kisah cinta pertama nya yang buram dan berakhir bertemu dengan seorang laki laki, Jisung. Begitu juga, dengan temannya yang mendukung hubungan Nadin dan Jisung walau membantu Nadin untuk merubah sikap nya yang pemalas dan suka menolong orang lain tanpa pikir panjang

Table of contents

Latest Update3
34 years ago
VIEW MORE

Chapter 1 - 1

Nadin atau yang lebih yang sekarang dikenal dengan Irena berjalan di lorong rumah sakit yang sangat terkenal di Paris, ia masuk ke salah satu ruangan dan menghidupkan lampu setelah nya ia mengenakan jas kebesaran seorang dokter. Ia duduk menunggu pasien sambil mengecek handphone nya.

  Seseorang masuk ke ruangan membuat ia mengadahkan pandangan nya ke pintu lalu tersenyum hangat.

🏢🏢🏢🏢

Tap...Tap...Tap...

     Tepakan sepatu dari pria berumur 26 tahun melangkah memasuki perusahaan terkenal membuat nya jadi pusat perhatian, para pegawai menunduk hormat padanya.

Tak lepas dengan tatapan mengintimidasi nya membuat semua pegawai menunduk takut. Ia masuk ke ruang CEO, tanpa aba aba ia langsung mengecek berkas berkas nya. Ketukan pintu tak mengalihkan perhatiannya "Masuk" ucap nya memerintah dan seseorang masuk menyerahkan berkas perusahaan.

"Panggilkan Dave" perintah nya tanpa membuat kontak mata.

Tak butuh waktu lama Dave masuk tanpa mengetuk pintu membuat sang empu sebal "Lain kali akan ku bunuh kau jika tidak mengetuk pintu" kecam nya tapi dihiraukan Dave "Pesan makanan ayo kita makan" ujar nya santai sembari menduduk kan bokong indah nya di sofa milik atasan nya.

"Mau batu apa tanah?" tawar nya "Tidak kedua dua nya Than" balas Dave "Jangan panggil aku Tha, Thanthan, An ataupun Aan. Nama ku Nathaniel" kesal nya mendengar kata THATHAN atau THA "Baiklah Nathaniel"  pasrah Dave dan Nathaniel langsung memesan makanan.

Tak lama makanan datang dan mereka menyantap nya. "Dave batalkan penerbangan ke Dubai" ujar Nathaniel alhasil Dave tersedak "Apa kau gila! Batalkan pertemuan mu dengan kolega mu dari Dubai. Seenak jidat mu aja batal batalkan" kaget sekaligus kesal Dave "Dave" seru Nathaniel membuat Dave mendengus.

🏥🏥🏥🏥

Nadin berjalan menuju salah satu meja di kanti rumah sakit "Ah! Kenapa ini bisa begitu melelahkan sekali" keluh nya "Kalau begitu istirahatlah" saran sang teman, Jarmien. Ya Jarmien atau disapa akrab Lulu itu berteman dengan Irena atau Nadin sejak masa Kuliah. "Jarmien bukankah kau ada jadwal operasi di waktu ini" ingat Radder "Ya ampun, aku melupakan nya" ucap Jarmien dan langsung pergi berlari menuju ruang operasi.

"Kenapa semua nya begitu tergesa gesa" keluh Irena atau Nadin lagi "Apa dia akan selalu mengeluh setiap hari setiap detik huh?" heran Risa "Tentu saja iya dan sejak kapan ia tidak pernah mengeluh" sahut Mark.

"Hei! Hei! Hei!"

Seru salah satu dokter bernama Dento "Tenang dulu!" tutur Risa "Tarik napas lalu buang" ujar Radder, setelah melakukan yang di ujarkan Radder semua menunggu Dento "Jadi?" tanya Mark membuka suara "Apa nya?" linglung Dento "Tadi kan anda berlari kesini sambil berteriak tidak jelas" ucap Risa menahan emosi "Owh... Tidak ada apa apa" jawab Dento membuat emosi yang lain meledak sudah "Sudah kuduga sekali" tebak Irena benar "Oh iya! Dokter Irena anda dipanggil oleh ketua" ucap Dento yang baru teringat dan Nadin langsung pergi ke ruangan ketua agar ke mageran nya tidak melebar luas di tubuh nya.

Tok...Tok...Tok...

Ketuk Nadin "Masuk" pinta ketua "Hm... Dokter Akreinadin" sambut nya "Iya" balas Nadin sopan "Bisakah kau melakukan operasi untuk seseorang?" tanya nya "Apakah dia pasien VIP?" tebak Irena dan dianggukin "Tapi saya bukan berasal dari bangsal VIP" tolak Nadin halus "Ayolah!" mohon nya "Saya tidak bisa" tolak Nadin "Tapi kamu menjadi dokter pribadi nya keluarga company Cordesrt" ketua itu melakukan berbagai cara agar Irena atau Nadin mau mengoperasi pasien VIP itu. "Saya beri tawaran, bagaimana kamu operasi pasien itu dengan selamat dan saya akan memindahkan anda ke bangsal VIP" tawar nya "Um...Baiklah" terima Nadin "Kalau begitu ayo ikut saya ke ruangan nya" pinta nya dan diikutin Nadin. Mereka berjalan menuju ruangan pasien VIP tersebut.

Tok... Tok... Tok...

Mereka masuk ke dalam ruangan VIP yang menampakkan seorang pasien "Selamat siang tuan!" sapa mereka pada pasien itu dan dibalas dengan anggukan "Siang juga".

"Tuan, Ini adalah dokter yang akan menangani anda" ketua itu pun memperkenalkan Irena "Anda pasti memiliki reputasi yang baik" sindir pasien VIP ya tapi itu menjadi angin lalu bagi Nadin. "Tuan Charles anda akan di operasi besok dan saya akan yang menangani anda" Nadin berbasa basi. Kapan aku bisa keluar dari ruangan VIP ini dalam hati Irena mengamuk ngamuk. "Anda sangat tenang dokter" puji pasien itu.

   

🏥🏥🏥 

Irena berjalan ke taman RS ia pun menelpon teman nya. Della atau lebih akrab dengan LuLu "Kak Lulu gimana kabar nya?" Irena mulai basa basi dulu "Baik kok Nadin. Gimana kerja jadi dokter?" balas Della yang juga menanyakan tentang kerjaan Nadin "Sangat puas, Lelah hati dan lelah fisik juga" jawab Nadin seadanya karena memang itulah yang dialaminya "Kita bertiga kayak nya cuman lo yang jadi dokter. Kenapa gak jadi dosen aja sih!" LuLu atau Della pun sebal karena pekerjaan sang teman "Aish ya ampun. Emang kenapa sih" Nadin dipenuhi dengan keheranan "Ya nggak papa sih Nad" balas Della disebrang seadanya saja "Eh itu Aura gimana ya kabar nya?" Nadin teringat akan masa lalu yang dulu dijalani nya "Udahlah dia udah tenang di sana" Della seakan lelah dengan kalimat Nadin seperti terjadi masalah "Maksud nya tenang disisi tuhan" tebak Nadin yang membuat Della emosi "Lemot nya kumat kan!" sebal Della yang makin tidak dipahami oleh Nadin "Lo kok bisa jadi dokter sih padahal lemot nya nauzubillah mindzalik betul dah. Itu maksudnya Aura udah tenang dengan pekerjaan nya di Indonesia" jelas Della yang seperti nya meninggikan suaranya. "Ooh yaudah jangan marah! Oh ya juga hari ini aku pulang cuman larut sih" beritahu Nadin karena mereka bertiga, Nadin, Della, Nira tinggal bersama di apartement "Hmm baiklah" jawab Della yang mengerti dan mereka pun Hening sesaat sebelum Nadin memutuskan panggilang nya "Yaudah deh aku mau kerja lagi"  "Baiklah rajin rajin ya".

Nadin kembali ke dalam RS. Jam menunjukan pukul 07:00. Tidak terasa hari sudah malam. Nadin pergi ke ruangan nya dan mengecas Iphone nya di sudut ruangan "Hidup ini sungguh rumit di tambah lagi hidup ini sungguh tidaklah adil" Nadin berbicara sendiri mengenai hidup nya yang selalu berjuang keras. Nadin duduk di kursi nya dan menghidupkan laptop nya ia membuka game zuma dan memulai bermain selama lima belas menit lalu ia beranjak pergi dari duduk nya menuju kantin untuk membeli satu cup hot chocolate.

Kantin rumah sakit tidak berada jauh dari ruangan nya jadi itu tidak memakan waktu yang lama. Nadin kembali ke ruangannya dan menghidupkan lagi laptop nya lalu membuka aplikasi wattpad "apakah ini nyata? Jika ini nyata maka pasti menyenangkan" ujar Nadin yang masih terus membaca kata demi kata di layar monitor laptop. Nadin pun menghidupkan lagu di laptop nya itu lalu kembali membaca dengan disuguhkan hot chocolate.  Nadin sungguh serius membaca hingga ia tidak sadar seseorang duduk di ruangannya. Selama dua jam penuh orang itu tetap menunggu Nadin. Ia sempet heran dengan Nadin bagaimana bisa ia bertahan menatap  layar monitor selama dua jam penuh bahkan Nadin jarang berkedip. Nadin selesai membaca tiga novel di wattpad selama dua jam penuh.

Nadin menyeruput hot chocolate nya yang sudah dingin. Hampir saja Nadin menyemburkan minuman yang ada dimulutnya itu ke laptop nya "Dokter Radder?" heran Nadin yang sudah menelan minumannya masuk keperut nya "Bagaimana bisa menatap layar monitor itu selama dua jam penuh?" heran Radder yang mengusap dagu nya "Entahlah" jawab Nadin yang mengucek mata nya "Jangan di kucek pakai obat tetes mata ini" peringat Radder sambil menahan tangan Nadin "Makasih atas obat nya. Ngomong ngomong kok aku gak tau dokter ada disini?" tanya Nadin "Jangan jangan dokter nyusup ya!" tebak Nadin mengada ngada "Yaelah Irena ngapain coba aku nyusup nyusup, itu diluar tadi ada suster sama dokter yang lewat kok" Radder menyalah kan tebakan Nadin "Ya dua jam yang lalu sih lewat nya" cicit Radder "Ya ya ya baiklah" Nadin selalu tak ambil pusing akan hal begini.

Mereka berdua hanya diam saja. Hening yang ada diruangan itu. "Besok ada jadwal operasi pasien VIP ya Ren?" tanya Radder memecahkan keheningan "Umm... Iya sih tapi jadwal operasi yang lain gak ada" balas Nadin melihat kebawah "Seperti nya aku hanya nanyak pasien VIP kenapa yang lain di beritahu?" ejek Radder membuat Nadin mendengus sebal.

Drt...Drt...Drt...

Deringan Iphone Radder berbunyi membuat ia harus mengangkat nya "Jangan lama lama kalau natap layar monitor " peringat nya lalu Radder segera pergi dari ruangan Nadin yang hanya tersenyum melihat tingkah senior nya itu. Sekarang otak Nadin ngeblank ia tidak tau harus ngapain lagi, pasal nya ia juga gak ada pasien di jam segini. Nadin pun mengambil Iphone nya yang tadi dicharger memasuki nya kedalam kantong jas dokter nya. Nadin pergi ke meja resepsionis. Sampai disana ia malah ingin ke kantin jadi nya ia pergi lagi ke kantin dan membeli sebuah kopi. Karena gak ada tujuan lagi Nadin pergi ke rooftop RS.

Nadin menaiki tangga yang sial nya lagi tangga begitu banyak. Nadin membuka pintu rooftop dan berjalan ke samping. Sebuah jeritan membuat Nadin tersedak. Nadin langsung berlari ke sumber suara, ia terkejut dengan pemandangan seseorang yang ingin bunuh diri dan Nadin segera menghentikan tingkah nya.

"Hei! Hei! Berhentilah" cegah Nadin "Jangan mencegah ku dokter bodoh" kesal nya "Tidak akan. Tidak akan pernah. Aku akan mencegah mu jadi jangan coba coba" Nadin tetap kukuh untuk menyelamatkannya.

Nadin menarik lengan orang itu sekuat tenaga tapi  apalah daya nya orang yang ingin bunuh diri itu adalah seorang pria yang lebih tua dari nya. Karena Nadin sudah berusaha mati matian untuk menarik lengan orang itu tapi tidak berhasil maka Nadin langsung menarik perut orang itu sekuat tenaga. Karena kenekatan Nadin membuat orang itu menghadap Nadin dan mendorong nya tapi nahas, orang itu malah HAMPIR menindih Nadin. Telapak tangan nya menjadi tumpuan agar ia tidak menindih Nadin.

Mereka hanya berjarak lima sentimeter saja. Dan dapat merasakan hembusan nafas satu sama lain. Orang itu membeku. Tatapan nya tak lepas juga dari mata Nadin. Jantung Nadin berdegup dengan kencang, ia tidak pernah berhadapan dengan lelaki dengan jarak lima sentimeter. Dan sekarang ia merasakan nya ditambah pria itu adalah orang asing.

"Bbi-ssa-kah kka-u men-jjauh dda-ri ku?" tanya Nadin gugup "Menjauh?" bingung nya lalu sedetik kemudian ia langsung menyingkir dari Nadin. Wajah mereka berdua memerah menahan malu. "Kenapa kau ingin melompat dari atap hah?" tanya Nadin "Ck. Bukan urusanmu" dingin orang itu "Kalau begitu siapa namamu?" tanya Nadin sekali lagi "Banyak tanya banget. Lagi pula ini tidak ada urusan nya dengan mu!" bentak nya "Dasar gak tau diri! Udah diselamatin masih juga belagu" sinis Nadin "Heh dokter bodoh siapa juga yang mau diselamatin hah" balas nya membuat Nadin terdiam. "Kenapa aku bodoh kali sih. Diakan gak ada minta tolong sih" gemuruh Nadin dalam hati.

Orang itu pun pergi meninggalkan Nadin yang tercengoh. Nadin melihat minum nya yang tumpah akibat menolong pria itu. Akhirnya Nadin kembali ke dalam RS menuju ruangannya. Ia merapikan barang barang nya memasukkan kedalam tas nya. Nadin mengambil kunci mobil.

Nadin menghidupkan mobilnya dan mengendarainya menuju apartement. Nadin akhirnya sampai di apartement. Nadin memasuki lift dan menekan tombol 15. Pintu lift terbuka, Nadin pun langsung berjalan menuju apartement. Sampai di depan pintu ia memasukan sandi dan masuk kedalam. Nadin melepas sepatu nya dan memakai sandal rumah. "Kau sudah pulang!" Ujar LuLu atau Della sambil tersenyum disitu Nira keluar dari kamar nya menuju dapur "Inget pulang juga rupanya nih anak" ejek Nira, Nadin sudah siap untuk menyerang Nira sedangkan LuLu ia hanya menggeleng saja. "Sudah diam dah malam nih" relai LuLu  "Iya iya " kompak Nira dan Nadin. Della memasuki kamar nya diikuti oleh Nira yang memasuki kamar nya juga. Nadin berjalan ke dapur mengambil air minum dan persediaan Nadin untuk nanti kebangun saat malam. Lalu Nadin masuk ke kamar nya, ia mandi dan memakai baju santai. Nadin mengechas Iphone nya dan langsung tidur.

Sementara di tempat lain. Seorang pria berjalan di lorong rumah sakit. Ia teringat pembicaraan nya dengan sang ayah. Tirulah kakak mu. Jangan menjadi anak pembangkang dan ambillah perusahaan ayah. Apa kau harus selalu menjadi anak pembawah sial hah!. Apa kata kolega ayah nanti. Jika kau tidak mau setidaknya menikah lah.

Kalimat itu terus berputar dalam pikirannya, ia pun tersungging "Jika begitu cari saja anak lain" ucap nya sinis sendiri. Pakaian lusuh, rambut acak acakan, luka disudut bibir, dll. Ia masuk ke dalam mobil dan mengendarainya menuju salah satu bar terkenal disana. Oberkampf. Ia minum dan minum terus terusan minum seakan obat yang paling ampuh menghilangkan penyakit jiwa maupun fisik alkhohol itu. Ia menelpon seseorang "Ma!".

TBC