🏥🏥🏥🏥
Irena melakukan pembedahan lagi 'Ini demi pekerjaan' batin Irena dengan wajah lesu. Pembedahan pun selesai dan Irena pun mulai menjahit tubuh pasien. Lelah ya Irena lelah akan hidup ini pernah sekali Irena memikirkan untuk bunuh diri namun gagal karena ia teringat semua kenangannya.
3 jam kemudian....
Malam menghiasi kota Paris dengan indah. Ketua memanggil Irena lagi, Entah kenapa Irena selalu dipanggil oleh ketua nya itu apa Irena itu orang penting, mungkin saja.
Tok... Tok... Tok...
Irena mengetuk pintu dan masuk lalu ketua memperkenalkan dirinya kepada pasien dan Irena melihat juga seorang lelaki seperti nya anak nya, wait. Dia kan orang di rooftop itup pikir Irena yang menahan ekspresi terkejut nya begitu juga dengan orang yang di rooftop itu.
"Kenalkan tuan Allbrechtberger ini adalah dokter yang menangani anda" ujar ketua memperkenalkan Irena "Selamat malam tuan nama saya Dr. Akreinadin Lacerta Valencia" ujar Irena memperkenalkan dirinya 'Ohh jadi itu nama nya' diam diam orang itu membatin setelah mengetahui nama Irena. "Terima kasih karena sudah menyelamatkan ku" ujar tuan Allbrechtberger dengan senyum nya 'ck mulai lagi sih pak tua ini' decih orang itu dalam hati. " Berapa umur anda?" tanya tuan Allbrechtberger membuat Irena menyernit 'Kenapa ia menanyakan umur ku' "Umur saya 23 tahun" beritahu Irena dengan hati hati "Dokter ini adalah dokter termuda dirumah sakit ini" beritahu ketua Irena dengan sopan tentu nya. "Jisung contoh lah dokter ini jangan hanya berfoya foya saja" nasihat tuan Allbrechtberger 'Ahh jadi namanya Jisung' batin Irena senang. "Baiklah Ayah" balas Jisung menurut. "Ah kalau begitu saya permisi" pamit Irena sopan 'Untunglah papa gak bahas yang aneh aneh' diam diam Jisung membatin bersyukur.
.
.
.
Jisung keluar dari kamar pasien VIP ayah nya menuju kantin. Selama di perjalanan hingga dikantin semua pasang mata menatap nya membuat ia sedikit risih. Jisung membeli sebuah cup coffe dan ia duduk di kantin. 'Ah akhirnya papa tidak membicarakan tentang pernikahan walaupun ayah membahas tentang pekerjaan' batin Jisung menyesap coffe nya.
Jisung memainkan handphone nya dan melihat berita hangat hari ini. Ia mengllik berita tentang CEO company Cordest. Setelah melihat berita Jisung menelpon sang ayah. "Tumben sekali kau menelpon ayah, jisung" "Aku akan mengambil alih perusahaan sekarang" "Akhir nya" senang ayah Jisung, tuan Allbrechtberger walau Jisung memutus panggillan nya sudah.
Setelah berhasil keluar dari kamar pasien VIP itu. Nadin pergi ke kantin dan memesan satu cup coffe "Buk beli coffe nya satu" pesan ku dan membayar nya di meja kasir tapi seseorang menabrak ku membuat minuman ku terjatuh dan tumpah mengenai orang itu. Syukurlah kalau itu bukan aku.
"Ah panas sekali. Ya ampun bajuku juga kena imbas nya" rintih nya yang ternyata itu Jisung "Hei! Apa yang sedang kau lakukan hah! Kau liat minuman ku tumpah" kesal Jisung yang menatap tajam "Tenang lah Nadin kau hanya butuh ketenangan jangan dibawa sampai ke ubun ubun" gumam Nadin 'Jadi nama panggilan nya Nadin' batin Jisung.
"Hei dokter gantilah minuman ku" pinta Jisung datar "APA!!!" cengo Nadin "Wait. Kau anak tuan Allbrechtberger bukan?" pasti Nadin yang hanya dibalas Jisung dengan deheman.
"Dengar anda yang BER.SA.LAH. jadi anda harus mengganti rugi minuman saya dan anda lihat tangan saya jadi terluka dan ini sangat perih ditambah lagi baju saya kotor karena minuman anda" ujar Jisung tak terima dengan rumus pxl nya.
"Anda yang seharus nya mengganti" tak terima Nadin "Ihh..." kesel Nadin dan terpaksa harus memesan coffe Jisung dan kembali ke ruangan nya.
"Apa yang sedang ia lakukan" kesal Nadin saat sudah jauh dari tempat kejadian "Ah jas ku rupanya juga terkena coffe" kesal Nadim "Aishh bau coffe pula lagi" palak Nadin sembari menghentakkan kaki nyaNadin melihat jam dan tak terasa ternyata sudah malam, Nadin pun pulang ke apartemen karena gak bawa ganti dan harus mencuci jas nya ini.
Nadin pergi ke parkir basemant menuju parkir mobil nya lalu pergi ke apartemennya
🌞🌞🌞🌞
Matahari mulai menampakkan dirinya, Nadin mengerang, perlahan lahan mata indah itu pun terlihat, Nadin mengerjapkan mata nya pelan, Ia mengumpulkan semua nyawa nya. Nadin pun bangun dan duduk lalu ia beranjak dari tidur nya menuju kamar mandi. Nadin masuk ke bathup. Tidak membutuhkan waktu lama Nadin selesai dengan kegiatan mandinya. Ia memakai pakaian kerja nya lalu keluar kamar dan pergi ke ruang makan. Disana terdapat LuLu dan Early "Dah tumben gak ngebo ni anak" ejek LuLu "Kebo salah gak ngebo salah" cibir Nadin "Memang serba salah dah" Early atau Nira membenarkan perkataan Nadin. "Sudah ayo makan" perintah LuLu yang tertua.
Mereka makan dengan tenang menikmati kenikmatan pada makanan. Setelah selesai makan mereka membereskan nya dan langsung pergi bekerja.
Di tempat lain Aan sedang mengawasi proyek perusahaannya sejak pagi pagi tanpa sarapan padahal mama nya sudah memberitahu nya. Aan tetap berdiri dengan tegak tanpa ada perubahan. Ia terlalu terobsesi pada proyek itu. "Tuan sebaiknya anda makan dulu" nasihat bawahannya khawatir akan atasannya "Kau tidak perlu mengkhawatirkan diriku khawatirkan saja dirimu" ujar Aan datar namun memiliki kehangatan di dalam nya.
Sudah lebih satu jam Aan tetap pada posisi nya tanpa berubah. Pandangan nya tiba tiba kabur, ia menggelengkan kepala nya beberapa kali tapi tetap saja sama, kepala nya tiba tiba diserang pusing dan akhirnya pandangannya gelap. Aan membuka mata nya, hal pertama kali yang ia tangkap dari penglihatannya adalah ayah ibu nya berbicara dengan dokter andalan keluarganya khawatir. Dokter itu berjalan mendekat kearah Aan "Tuan rupa nya anda telah sadar" senang dokter itu, Nadin "Dokter Irena?" Aan sedikit bingung kenapa dokter itu bisa berada di kamar nya dan orang tua nya panik dan khawatir serta kenapa ia bisa ada di kamarnya. Irena atau Nadin pun paham dan segera menjelaskan semua nya. Mulai dari penyebabnya hingga akibat nya "Itu tidak mungkin! Aku memiliki tubuh yang seht dan tahan banting" Aan tidak percaya akan penjelasan Irena "Itu semua mungkin tuan" Irena bersisih kukuh pada perkataannya "Sejak dulu aku memiliki tubuh yang sehat dokter!" debat Aan membuat Irena kesal "Itu semua dulu tuan! Karena kau ikut ekskul basket". "Tunggu kenapa kau bisa tau akan hal itu! Yang mengetahui hanya lah keluarga ku dan teman teman sekolahku dulu" heran Aan menatap Irena terkejut.
'Oh shit!!! Kenapa kecoplosan sih' umpat Irena dalam hati "Keadaan anda belum pulih! Anda harus perbanyak istirahat dan jangan lupa untuk sarapan pagi karena anda eh maksudku--" Irena gugup setengah mati gimana tidak ia kecoplosan lagi membuat Aan bertambah curiga "Kau mengalih kan topik pembicaraan" skatmat untuk Irena karena ia sudah ketahuan yang selama ini ia jaga dan jangan sampai terbocor kan oleh orang lain tapi yang ada dirinya lah yang membocorkannya. "Tuan saya permisi. Semoga cepat pulih" pamit Irena yang langsung pergi keluar dari kamar Aan. Irena menutup pintu kamar Aan dan ia begitu terkejut karena ibu Aan berada di hadapannya "Nyonya" seru Irena "Iren gimana dengan Aan?" khawatir sang ibu "Ah... dia baik baik saja nyonya" jawab Irena menahan napas "Syukurlah ia baik baik saja. Aku sungguh takut akan terjadi sesuatu" lega sang ibu karena anak nya baik baik saja "Ia hanya harus sarapan pagi dan jangan sampai telat makan" peringat Irena sebagai dokter andalan keluarga itu "Terimakasih. Irena kau sudah kuanggap sebagai anakku sendiri" senang sang ibu hingga memeluk Irena dan tentu saja ia sadar akan tingkah nya itu.
TBC
Bonifasius Ge Allbrechtberger (Ayah Jisung)