"Oke mbak, kita ambil kamar nomor sepuluh." Ucap Jean dengan sebuah senyuman terkulum.
Dengan senyuman penuh kepuasan Jean menggenggam tangan Jian dan mengajaknya segera ke kamar sepuluh di mana kamar nomor sepuluh berhadapan dengan kamar wanita yang sebagai targetnya.
"Jean, kamu sangat luar biasa.. begitu sangat meyakinkan, sekarang kita tinggal menemui wanita itu." Ucap Jian masih terkagum-kagum dengan kecerdasan Jean.
Jean tersenyum mendengar ucapan suaminya yang kadang membuatnya blushing.
Sampai di kamar, Jean menghempaskan tubuhnya di ranjang sambil memeluk guling yang beraroma terapy.
"Uncle, apa yang akan Uncle lakukan jika memang wanita itu bernama Lian dan Lian itu saudara tiri Uncle?" Tanya Jean tiba-tiba dengan pertanyaan yang membuat Jian terdiam sesaat.
"Aku tidak tahu Jean, aku harus bahagia atau tidak, yang pasti kalau aku mengingat masa-masa lalu sangat menyakitkan Jean." Ucap Jian dengan tatapan matanya yang menerawang jauh.
