Sedikit gugup Marvin membetulkan alat rekamnya yang di letakkan di meja depan Ardham. Marvin memulai tanya jawab nya seputar kehidupan pribadi Ardham.
"Kalau boleh tahu, sejak usia berapa anda merintis perusahaan ini hingga begitu besarnya dan menjadi terkenal?"
"Sejak usia 24 tahun, aku mulai belajar mengelolah satu perusahaan , di mana tanpa bisa aku menolaknya." jawab Ardham dengan santainya.
"Dengan merintis dari satu perusahaan sampai menjadi puluhan perusahaan...pasti ada dukungan semangat dari seseorang yang di belakang anda, apakah benar ada seseorang yang telah membuat anda begitu bersemangat untuk bekerja?" Pertanyaan Marvin sudah mulai masuk rana pribadi Ardham. Ardham menatap Anna dengan penuh arti. Anna menampakkan senyumnya saat Ardham menatapnya. Mata Anna melirik Nadine yang fokus dengan cameranya.
"Itu memang benar... memang ada wanita yang telah memberikan semangat padaku sejak 12 tahun yang lalu...hingga sampai sekarang wanita itu yang memberiku inspirasi agar perusahaan ini semakin berkembang...semua ini ku lakukan demi dirinya." mata Ardham sedikit meredup kendati suaranya tetap terasa dingin. Hati Nadine terasa sangat sakit mendengar jawaban Ardham.
"Siapa wanita itu? yang mampu menjadi penyemangat seorang Ardham yang begitu dingin? itu pasti Anna, karena hanya Anna lah yang selama ini mendampingi Ardham, kemanapun Ardham pergi.
Marvin melepas senyumnya dengan jawaban Ardham yang terlihat seperti orang yang jatuh cinta, Marvin mulai menebak dengan pikirannya dan di wujudkan dalam pertanyaannya.
"Kalau boleh menebak...apakah itu Nyonya Anna?" Marvin menatap Ardham dan beralih menatap Anna, dengan seulas senyumnya.
"Bukan!" sahut Anna
"Ya benar." sahut Ardham
Anna dan Ardham menjawab bersamaan namun dengan jawaban yang berbeda, membuat Marvin dan Nadine saling berpandangan.
"Mana yang benar? jawaban Tuan Ardham , atau Nyonya Anna?" tanya Marvin bergantian.
"Anna...benarkan dengan yang aku jawab?kamu tidak perlu menutupinya lagi!" kata Ardham dingin. menatap Anna.
"Dan lagi keponakan juga tahu, kalau Anna adalah kekasihku dan sudah menjadi istriku sejak 7 tahun yang lalu, bukankan begitu Nadine?" jelas Ardham dan bertanya pada Nadine.
HatiNadine mencelos, matanya berpaling ke arah lain. Sungguh dia tidak ingin menjawab pertanyaan Ardham yang sengaja menyakiti hatinya. Marvin menoleh ke arah Nadine.
"Betulkah itu Nadine?" tanya Marvin memastikan. Nadine mengangguk dengan berat.
"Jadi issu di luar yang bilang Tuan Ardham belum pernah menikah dan terkenal dengan begitu dinginnya pada semua wanita, apakah itu berarti salah?" tanya Marvin pada Ardham.
Ardham tidak menjawab pertanyaan Marvin.
"Tuan Ardham...apakah benar Nyonya Anna adalah istri anda...apa ini bisa menjadi sebuah klarifikasi?" kalau issu di luar tidaklah benar?"
Mata Ardham sedikit gusar dengan pertanyaan Marvin yang ingin tahu sekali perihal kehidupannya.
"Memang benar, Anna adalah istriku...tapi aku minta hal ini tidak keluar di luar sana...cukup hanya kamu dan Nadine yang tahu...karena ini akan menjadi masalah besar jika sampai menyebar keluar..untuk issu di luar biarkan saja." Ardham menjelaskan,
Anna yang hanya mendengar jawaban dan perkataan Ardham, hanya bisa menghela nafas panjang. Dari semua perkataan Ardham, hanya Anna yang tahu bagaimana Ardham dan semua yang di hati Ardham. Sebenarnya Annalah yang paling tersakiti di sini, hatinya sungguh terluka, namun karena rasa cintanya begitu besar pada Ardham dia rela berkorban mengikuti kemanapun Ardham berada. Bahkan Anna rela mengikuti Ardham sampai di kota T, meninggalkan Nadine seorang diri.
Ardham tersenyum dingin, dan berbalik menatap Marvin.
"Sekarang...aku yang akan bertanya padamu. Kamu ke sini jauh-jauh dari kota N , hanya berdua saja dengan Nadine, apa hubungan kalian?" tanya Ardham langsung pada pertanyaan yang sedari tadi sudah memenuhi otak dan pikirannya.
Mulut Marvin sudah akan menjawab pertanyaan Ardham namun dengan cepat Nadine menyahutnya.
"Kami adalah sepasang kekasih, kebetulan kami satu kampus, dan kami berdua dapat tugas dari dosen Pak Anwar untuk mewawancari CEO yang paling sukses di kota kami...jadi kami ke sini." jawab Nadine berbohon tentang hubungannya dengan Marvin, Nadine tidak ingin terlihat lemah di mata Ardham.
MulutMarvin sedikit terbuka dengan wajah yang terlihat polos, mendengar pengakuan Nadine, yang mengakui dirinya adalah kekasih Nadine.
Hati Marvin bersorak, hari ini adalah hari keberuntungannya, tanpa harus mencari cara untuk menjadikan Nadine sebagai kekasihnya, Nadine sendiri sudah memberinya jalan keluar. Wajah Marvin terlihat senang dengan seulas senyum di bibirnya.
"Benarkah...apa yang di katakan Nadine Marv?" tanya Ardham dengan tatapan yang meminta kejujuran.
Marvin mengangguk cepat, bukannya ini yang memang dia inginkan? menjadikan Nadine sebagai kekasihnya?
Mata Ardham menunduk, kemudian mendongak menatap Nadine dengan tatapan yang rumit.
"Syukurlah jika Nadine sekarang sudah punya kekasih...tunggu paman...paman akan segera kembali ke rumah dengan Anna, kita akan berkumpul kembali.
Nadine menatap Ardham dengan pandangan yang tidak mengerti, kenapa baru sekarang Ardham akan kembali ke rumah setelah tahu Nadine sudah mempunyai kekasih.
Hati Nadine sungguh semakin terluka...Ardham kembali bukan untuk cintanya ...Ardham kembali hanya karena Ardham merasa sudah aman dari gangguan dirinya, sungguh hatimu terbuat dari apa paman? kenapa kamu sangat membenciku?apakah aku salah jika aku mencintaimu?" jerit hati Nadine.