#Linda Pov
...
Suara sorakkan itu mulai terdengar, ketika aku dan dia melewati lorong kelas.
Dengan posisi yang sama, aku masih berada di gendongannya.
Ku menyipitkan mataku untuk melihat keramaian murid yang menyambut kami berdua.
Seperti di film-film, banyak anak membuat sebuah pagar ramai di sebelah kanan dan kiri saat pangeran dan putri berjalan melewati tengah-tengah mereka.
Dan sekarang itu adalah posisi dimana aku yang sedang di gendong oleh dia berjalan melalui lorong ini.
Aku hanya menyandarkan kepalaku dan mencoba menyembunyikan wajahku lebih dekat dengan dadanya. Terasa hangat. Dan masih kurasakan degugan itu beradu dengan tidak beraturan.
"Hssstttt minggir dulu aku buru-buru! Kakinya kesleo."
Dia mencoba keluar dari kerumunan karena dia tahu aku harus segera mendapatkan penanganan pertama, untuk kakiku.
Dia membaringkan aku di ruangan kesehatan, aku rasa.
"Pak, bisa tolong di periksa. Dia tadi jatuh kesleo"
Seorang datang, aku rasa dia adalah orang yang khusus menangani jikalau ada sebuah kejadian seperti ini.
"Kok, bisa jatuh?"
Sambil membuka perlahan sepatuku.
"Awhhh"
Aku mengerang karena kurasakan sakit yang lumayan di pergelangan kakiku.
"Hmmm sudah mulai bengkak. Tarik nafas dalam-dalam ya dan tahan, tapi lemaskan kakimu. Saya akan kembalikan tulang yang geser"
Aku hanya mengangguk sambil menggigit bibirku.
Klekkk
"Ahhhhhhhhh"
Aku menjerit dengan keras saat bapak itu memutar kembali tulang yang bergeser ke tempat semula. Dan di saat yang bersamaan juga, tidak sengaja aku menarik lengan dia dan memeluknya dengan erat.
Mau gimana lagi, dia yang berada di sampingku. Jadi tidak ada pilihan lain.
Dia menggenggam tanganku, dan kugenggam balik dengan erat.
Perasaanku tak menentu antara seneng dan juga sakit, tapi aku nikmati dua-duanya.
Aku nyaman dekat dengannya.
"Tahan ya Lin, sebentar lagi pasti sudah selesai. Biar cepet sembuh"
Dia mengatakan kalimat tersebut dengan sangat lembut. Astaga gimana gue gak meleleh coba.
"Udah selesai, udah Bapak balut sekalian"
"Terimakasih Pak"
Dia mengucapkan sambil mencium tangan Bapak tersebut.
"Ma..makasih pak"
Ku ucapkan meskipun terbata-bata karena rasa sakit.
"Iya, sama-sama"
Bapak itu kemudian pergi meninggalkan kami berdua.
Aku mencoba bangun dan mengambil posisi duduk, sambil memeriksa keadaan kakiku.
"Gimana udah enakkan?"
"Ah, iya gak sesakit waktu pertama tadi"
"Aku minta maaf ya, karena jalan tidak melihatmu."
"Ahh gak papa kok, tadi aku yang nabrak kamu malahan"
Dia hanya tersenyum melihatku, dan ku balasnya dengan senyuman pula.
"Aaa, nama kamu siapa?"
Ku beranikan diri untuk bertanya kepadanya.
"Oh, iya sampai aku lupa. Aku Adi Suherman panggil aja Herman"
Ku gapai tangan yang dia sodorkan di hadapanku.
"Linda Bhakti"
Terjadi keheningan di antara kita berdua.
"Ehem, Btw bisa aku antar pulang ya"
Lamunanku buyar setelah dia memecahkan keheningan yang barusan terjadi.
"A..kamu gak sibuk?"
Aku bertanya kepadanya, karena aku takut mengganggu jamnya.
"Ahh aku sedang gak ngapa-ngapain kok. Lagian ini sudah jam mau pulang sekolah jadi ya sekalian"
Aku hanya menganggukkan kepalaku, dan membalasnya dengan senyuman.
***
#Pov
...
Mereka berdua memutuskan untuk keluar dari ruang kesehatan.
Linda yang berjalan dengan pincang di bantu oleh Herman berjalan menuju ke parkiran.
"Sebentar ya, aku hubungi papaku lagi"
Herman sibuk mengutak-atik Hp-nya, sedangkan Linda tak henti-hentinya melihat dan menatap Herman mengabsen dari ujung rambut hingga ujung kaki dari laki-laki yang dia sukai.
Tak bisa Linda berpaling darinya saat ini. Mengapa dengan dirinya!.
Linda adalah orang yang sangat sulit sekali jatuh hati pada seseorang. Tapi mengapa dia bisa dengannya, dengan secepat itu. Pada pandangan pertama, harus di garis bawahi.
Linda hanya duduk diam dan memperhatikan dia yang masih sibuk dengan Hp-nya
"Maaf ya agak lama, papa baru saja berangkat dari rumah".
Terlihat ekspresi wajah kaget terkuak dari Linda.
"Ah, iya gak papa kok"
Sambil menyelipkan helai rambut di belakang telinganya.
'Agak lama-an dikit juga gak papa kok agar bisa lebih lama'.
Suara hati gadis itu pun angkat bicara. Ya meskipun dalam hati.
"Btw, dimana rumah kamu?"
Muka bingung langsung merasuk dan menjelma di wajah Linda.
Nah ini nih, Linda saja belum hafal dengan daerah sini. Bukan belum hafal, malah gak tahu sama sekali.
"Oh iya, aku belum tahu. Aku hubungi mama dulu ya untuk mengirimkan lokasinya"
Herman hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum ke arah gadis yang berada di sampingnya.
Tutttt...tutttt
"Mah, tolong send kan lokasi rumah kita ya. Linda mau pulang, mama gak usah jemput. Linda di antar temen"
Tanpa menunggu mamanya menjawab dia langsung mematikan Hp-nya.
Kebiasaan buruk, memang!
Tak lama setelah mereka berbincang-bincang mengenai perkenalan pribadi yang berlangsung. Mobil hitam berhenti tepat di depan mereka.
"Ayo naik"
Ajakan lembut yang keluar dari balik kaca mobil, yang tak lain adalah papa Herman.
"Ayo aku bantu"
Ajak Herman, kepada Linda menawarkan uluran tangannya yang sedikit gemetar.
"Okay"
Akhirnya lembaran baru telah tercipta hari itu, antara Linda dengan Herman. Ya meskipun baru kenalan, tapi semuanya seperti sudah di takdir-kan.
Herman dan papanya yang baru saja sampai di tempat tinggal Linda, tak kunjung kusut senyuman yang di berikan oleh ayah Herman kepada Linda.
Memang pasangan Mrs. Susanti & Mr. Hartono dikenal sangat ramah di desa, dan di tetangga sekitarnya.
Keluarga yang sangat harmonis begitulah mereka menjulukinya.
Beruntung sekali Herman di berikan orang tua yang sangat peduli terhadapnya.
Ya Herman, anak semata wayang mereka.
Herman membuka pintu dan turun membantu Linda untuk berjalan.
"Om, Herman. Ayo mampir dulu"
Ajak Linda sambil memantapkan posisi berdirinya di depan pintu.
"Ah, terimkasih loh nak Linda. Kapan-kapan Om dan sekeluarga pasti mampir kesini, maaf om ada acara habis ini"
"Pulang dulu ya"
Sahut Herman dari jendela mobil.
"Terimakasih ya Om!"
Teriakkan semangat 45 dia berikan dengan lambaian tangan mengiringi pulang dari Herman dan ayahnya.
Perasaan senang Linda rasakan saat ini, rasa sakit di kakinya pun hilang berkat dia merasakan kebahagian yang belum pernah dia dapatkan sebelumnya.
"Apa, mau kesini sekeluarga!"
Sambil membuka pintu Linda berteriak dan loncat kegirangan, hingga lupa bahwa kakinya masih sakit.
"Awhhh... Awhhhh.. mama kakiku sakit...!"
***
#Linda Pov
...
Aku sangat menikmati hari ini. Meskipun bengkak di kakiku sangat mengganggu itu bukanlah suatu masalah yang berat bagiku.
Yang kupikirkan sekarang adalah,
Apakah aku gak mimpi...
Duh... Linda jangan terlalu seneng kayak gini.
Tapi gak papa juga, toh aku bener-bener kayak hidup hari ini.
Aku terdiam sambil tersenyum sendiri di atas ranjangku.
Gumulan dan curahan hati hanya aku luapkan pada diriku sendiri di depan kaca.
Ku buka Instagram dan banyak sekali pemberitahuan tentang pertemanan.
Ku mencoba mengecek apakah ini Fake Follower, atau sebaliknya.
Setelah ku periksa, ternyata eh ternyata ini semua murid dari sekolahku sendiri.
Bayangkan hampir 450 Followers baru, cuma dari sekolahku saja.
Ya harap maklum...muridnya saja 500-an anak dari kelas 10 sampai 12.
Sudah lama aku tidak pernah update status di Instagram.
Aku mau update satu aja hehehe, untuk hari ini.
Ku ambil foto kakiku yang bengkak, berbalutkan kasa.
Dan ku kasih caption.
"Rasa Sakitnya Gak Sebanding Dengan Rasa Senengnya"
-H-
Ku sengaja memberikan huruf -H- di akhir Caption-ku. Kalian pasti tahu apakah itu.
.
.
.