Sesuai janjinya pada Aska, pagi-pagi Karin sudah bersiap menunggu di ruang depan. Kesehatan Aska walau tidak ada kemajuan, Namun pagi ini nampak dalam kondisi baik. Sambil menunggu Aska, Karin membaca sebuah artikel diponselnya, Karin ingin tahu lebih banyak informasi yang berhubungan dengan penyakit Aska.
Selang beberapa menit membaca, terdengar langkah kaki menuruni anak tangga. Karin menoleh dan sedikit mendongak menatap seorang laki-laki yang terlihat sangat tampan dengan penampilan barunya.
"Aska?" Karin menatap Aska tak percaya.
Aska tersenyum tipis saat berada di depan Karin.
"Ada apa Rin? apakah ada sesuatu di wajahku?" tanya Aska sedikit heran melihat Karin yang menatapnya tak berkedip.
"Hemmm...hemmm." Karin berdehem kecil.
"Sejak kapan kamu pake ini Ka?" tanya Karin menunjuk syal krem yang di pake Aska.
"Kamu tahu, kalau kamu berpenampilan seperti ini? terlihat sperti oppa-oppa dari korea...sangat tampan." lanjut Karin.
"Apa benar aku terlihat tampan?" tanya Aska sedikit memiringkan wajahnya dengan alis yang terangkat.
Karin mengangguk cepat.
"Yap, sangat tampan sekali."
Aska mengembangkan senyumnya, mendengar pujian Karin yang seolah telah menyirami hatinya di pagi hari.
"Kamu juga sangat cantik sekali Karin. Emm, kita berangkat sekarang Rin." ajak Aska setelah melihat waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi.
"Aska, Karin, kalian mau kemana." tiba-tiba Amirah keluar dari arah dapur.
"Mom? kapan Mom datangnya?" tanya Aska menghampiri Amirah, mengecup pipi Amirah dan memeluknya.
"Tadi pagi sayang, kamu sangat tampan sekali sayang? kalian mau kemana?" tanya Amirah melihat Aska dan Karin yang terlihat berpakaian rapi namun terlihat casual.
"Mau ke rumah Sonya Mom, Aska mau jelasin sendiri ke orang tua Sonya, kalau Aska mau memutuskan pertunangan ini." jelas Aska.
"Emm, apa Mommy perlu ikut?" Amirah menawarkan diri. Sebagai orang tua, Amirah ikut bertanggung jawab atas masalah Aska.
"Tidak usah Mom, Mommy kan sudah capek mengurusi perusahaan Aska, belum lagi kalau Daddy butuhin Mommy untuk pulang bolak balik."
"Baiklah sayang, tapi kamu harus hati-hati ya sayang? kamu tidak perlu takut, kekuatan orang tua Sonya masih di bawah Daddy mu." ucap Amirah memberi semangat pada Aska.
"Karin, jaga Aska baik-baik ya? jika perlu biar pak Damar aja yang antar kalian." lanjut Amirah beralih pada Karin.
"Ya Mom, ini juga di antar Pak Damar, karena nanti Aska mau mampir ke kantornya, kangen katanya." jelas Karin sambil menatap Aska yang mengedipkan mata memberi kode padanya, agar tidak mengatakan pada Amirah kalau Aska ingin bekerja sebentar.
"Mom berangkat dulu, Mommy istirahat aja ya." pesan Aska memberi kecupan di kening Amirah.
Di iringi tatapan Amirah yang bahagia, Aska dan Karin berjalan keluar, menuju mobil yang sudah siap di luar, Pak Damar yang melihat Aska dan Karin sudah berjalan ke arahnya segera keluar mobil untuk membuka pintu mobil.
Dalam perjalanan, Aska lebih banyak memandang ke cendela, walaupun sesekali menyandarkan kepalanya, di pundak Karin. Sampai di rumah Orang tua Sonya, Aska dan Karin pun turun. Sangat kebetulan, orang tua Sonya ada di rumah. Tanpa ada basa basi lagi Aska menjelaskan apa yang telah di putuskannya. Pada awalnya orang tua Sonya tidak bisa menerima keputusan Aska, bahkan sempat mengancam Aska. Namun orang tua Sonya tahu siapa Aska sebenarnya, seorang CEO yang tidak bisa di gertak atau di ancam, bahkan orang tua Sonya tahu, jika Aska juga punya latar belakang sebagai laki-laki yang arrogant dan kejam.
Setelah selesai urusannya dengan orang tua Sonya, Aska meminta Pak Damar untuk mengantarnya ke kantornya. Aska rindu dengan pekerjaannya, Di mana beberapa bulan terakhir, setelah kepergian Karin, Aska menyerahkan pekerjaannya pada Mommy nya.
Sampai di depan kantor Aska, Karin memastikan lagi akan keinginan Aska untuk bekerja, padahal masih dalam kondisi sakit.
"Aska, kamu yakin, kamu mau ke kantor?" tanya Karin sedikit cemas, karena dia tahu jika Aska sudah bekerja pasti akan lupa waktu.
"Aku hanya sebentar saja Rin, kamu ikut nemani aku kan?" tanya Aska balik.
"Aku ada perlu sebentar Ka, biar pak damar yang temani kamu ya?" ucap Karin sedikit gugup tanpa memberitahu keperluannya apa.
"Memang kamu mau ke mana?" tanya Aska sedikit heran, tidak biasanya Karin terlihat gugup.
"Aku mau belanja untuk makanan sehatmu? banyak sayur yang sudah habis." jawab Karin menatap mata Aska yang terlihat sedang mengamatinya.
"Baiklah, di mana aku akan menjemputmu nanti?" tanya Aska lagi.
"Tidak usah jemput Ka, kita ketemu di rumah aja ya." jawab Karin berusaha meyakinkan Aska.
"Oke, hati-hati ya Rin." Aska mengecup kening Karin.
"Kamu juga ya sayang, ingat secepatnya harus pulang ya." pesan Karin penuh cinta.
"Pak Damar, saya turun di sini saja pak. Pak damar temani Aska ya pak? kalau Aska lupa waktu, pak Damar langsung telpon saya aja." pesan Karin pada Pak Damar.
Setelah Karin keluar dari mobil dengan sedikit tergesa Karin melambaikan tangan pada taxi yang di lihatnya. Di dalam taxi, Karin mengambil ponselnya dari tas kecilnya. dan segera menelpon Amirah yang posisinya di rumah.
"Mommy...maaf, tadi nama toko Bakery apa yah Mom? Karin lupa?"
"Toko Olivia Bakery, nanti bilang aja ambil pesanan kue tart Nyonya Amirah. Orangnya pasti sudah tahu."
"Baik Mom, di rumah Bik Imah sudah menyiapkan semuanya kan Mom."
"Jangan kuatirkan yang di sini, Mommy sudah menyiapkan segala sesuatunya. Tinggal tugas kamu Rin, untuk ambil kue tartnya."
"Oke Mom, Karin usahakan segera pulang, soalnya Karin mau membeli sesuatu buat Aska Mom."
"Ya sudah ga apa, yang penting kamu harus pulang lebih dulu, sebelum Aska pulang."
"Siap Mom."
Karin menutup ponselnya, bergegas turun dari taxi setelah sampai di Toko Olivia Bakery. Tanpa melihat sekelilingnya Karinpun masuk ke Toko, dan berjalan ke tempat Kasir.
"Permisi mbak, saya Karin...mau ambil pesanan kue tart punya Nyonya Amirah." ucap Karin pada Mbak Kasir.
"Sebentar ya Mbak, akan saya cek dulu kue tartnya sudah di bungkus apa belum." Kata Mbak Kasir.
Karin menghela nafas, waktu berjalan sangat cepat.
Tidak sabar Karin menunggu Mbak Kasir keluar, Karinpun memanggilnya dengan sedikit berteriak.
Namun Mbak Kasir nya tak kunjung keluar. Kesabaran Karin sudah habis, saat hendak memanggil mbak Kasir lagi, keluar laki-laki yang berpenampilan sangat rapi dari pintu ruangan yang tertutup.
Karin menatap laki-laki itu, sebaliknya pun laki-laki itu menatap Karin tak berkedip.
"Karin!"
"Edo!"
Karin dan Edo saling bertatapan tanpa berkedip. Kenapa dunia begitu sempit, batin Karin.
"Kamu kok di sini Do? bukannya kamu masih di kota A?" tanya Karin tak percaya jika bertemu Edo lagi.
"Emm nanti aku jelaskan, sekarang aku mau tanya, ada apa kamu kemari?" tanya Edo.
"Aku mau ambil pesanan kue tart punya Mommy Aska, tadi kata Mbak Kasir nya mau di cekkan di belakang, tapi sampai sekarang belum kelihatan mbaknya." jelas Karin.
"Sebentar Ya Rin, aku lihat dulu."
Edopun masuk ke dalam, tak lama kemudian Edo keluar dengan bingkisan kotak besar yang dalamnya berisi kue tart.
"Ohh, Aska ternyata ulang tahun hari ini ya?" ucap Edo tersenyum.
"Ya Do, aku dan Mommy akan memberi kejutan pada Aska."
"Memang Aska di mana sekarang?"
"Lagi di kantor sekarang. Oh ya Do, aku minta maaf ya, aku harus segera pergi karena aku harus beli kado buat Aska dan aku harus sampai di rumah sebelum Aska pulang." jelas Karin sedikit panik.
"Kamu bawa kendaraan tidak?" tanya Edo
"Aku naik taxi tadi, sudah ya Do, entar kapan aku pasti akan main kemari." ucap Karin seraya beranjak dari tempatnya.
"Karin, tunggu! biar aku antar. Aku tahu tempat
yang cocok untuk membeli kado buat Aska,.." tawar Edo.
Karin menatap Edo dan berpikir sejenak.
"Baiklah Do, Ayo." balas Karin menerima ajakan Edo karena memang waktunya sudah sangat mendesak.
Dengan naik mobil Edo, Karin di ajak Edo ke sebuah toko jam tangan yang punya brand terkenal.
"Kamu bisa belikan jam tangan buat Aska, pasti dia akan senang." ucap Edo
"Ya deh, tidak apa-apa. Jam tangan juga ada manfaatnya buat Aska, biar Aska tahu waktu jika bekerja." ucap Karin, setuju idenya Edo.
Setelah selesai memilih dan membungkusnya dengan rapi, Karin segera membayar ke kasir.
"Bagaimana Rin? sudah selesai?" tanya Edo setelah Karin selesai dengan pembayarannya.
"Sudah Do, trimakasih ya? sudah mau mengantarku." ucap karin berterimakasih pada Edo.
"Sama-sama Rin, apa aku perlu mengantarmu pulang? biar bisa tepat waktu sampai di rumah?" tawar Edo lagi.
"Apa tidak merepotkanmu Do?" tanya Karin merasa tidak enak.
"Tidak sama sekali Rin." sahut Edo kalem.
"Baiklah, ayo!"
Merekapun keluar dari toko, menuju mobil Edo yang parkir di pinggir jalan.
Edo masuk ke dalam mobil. Dan Karinpun membuka pintunya, gerakan Karin berhenti saat ada tangan yang menahannya.
"Karin." panggil seseorang di mana suaranya yang tidak asing di telingannya.
Karin mengangkat wajahnya untuk melihat wajah orang yang telah menahan pintunya.
"Askaaa!" pekik Karin sangat terkejut,dengan kehadiran Aska yang sudah di hadapannya.
"Kamu! telah menyakiti hatiku Karin!" serak suara Aska dengan tatapan mata yang terluka.
"Aska! apa maksudmu! Ya Tuhannnn! kamu telah salah paham!" ucap Karin masih sedikit bingung bagaimana Aska bisa di hadapannya.