5 daftar tempat yang wajib di kunjungi di Venice
( St Mark's Square )
( Rialto Bridge )
( Gallerie dell'Accademia )
( St Mark's Basilica )
( Ponte dei Sospiri )
Dari semua daftar tempat di atas Felice hanya pernah mendengar Ponte dei Sospiri atau Jembatan Desah, itupun dia hanya tau dari salah satu acara tv traveling.
Pembawa acara mengatakan Jembatan Desah adalah salah satu tempat yang wajib di kunjungi jika bertandang ke Venice, apalagi bila datang bersama dengan pasangan.
Ada mitos yang mengatakan bahwa jika sepasang kekasih berciuman di bawah jembatan maka cinta mereka akan abadi.
Felice mengernyitkan alis nya, rasa ingin mendatangi jembatan desah muncul tapi sedikit ragu juga.
Pasti banyak orang yang datang kesana dengan pasangan mereka. Dan yang benar saja masa Felice harus datang dengan teman ayah nya yang di yakini nya pasti berumur tidak jauh beda dengan umur ayah nya. Tidak nyambung sekali menurut Felice.
Melihat orang lain berciuman di bawah jembatan sedangkan dia sendiri hanya bisa memandangi keindahan jembatan desah ditemani lelaki paru baya.
.
.
Tau dari hal yang lebih menyebalkan dari pada gaji di bayar lepas dari tanggal yang seharusnya, adalah menunggu.
Tau harus menunggu hampir satu jam seperti ini dari tadi Felice akan pergi sendiri saja.
Lelet sekali teman ayah nya ini, kepala Felice hampir berasap rasanya. Tidak tahu apa Felice sudah tidak sabar memenuhi galeri handphone nya dengan picture keindahan kota romantis ini.
"Aku hitung sampai sepuluh masih tidak datang ya terpaksa-"
Knock-
Sudut bibir Felice terangkat ketika mendengar ketokan dari pintu luar, pasti teman ayah nya Felice yakin.
Dan begitu pintu terbuka tau Felice menemukan apa. Seorang pria tinggi dengan jeans dan kaos hitam polos.
Dan wow dia menggunakan sepatu dari salah satu brand yang Felice tau terkenal dengan harga nya yang luar biasa itu. Felice meringis memikirkan jika dia bisa memiliki itu mungkin harus mengumpulkan gaji nya selama dua tahunan, mungkin.
"Maaf cari siapa ya?"
Dan pandangan Felice jatuh pada manik berwarna coklat itu. Jika Felice menelisik lebih jauh pria ini memiliki hidung mancung, garis rahang yang menurut Felice rumayan tegas.
Pria tinggi itu mengulurkan tangan nya. "Felice bukan, anak dari Bren."
Tunggu, pria ini tau bahwa dia adalah anak dari Bren. Felice melebarkan bola matanya ketika terlintas pemikiran bahwa dari sekian banyak pria hot di dunia ini dan salah satunya sedang berdiri di depan nya ini adalah teman dari ayah nya.
Ya Tuhan yang benar saja.
.
.
Felice sesekali melirik pria yang sedang berjalan beriringan dengan nya di samping nya ini.
Felice benar benar merasa mungil berada di samping pria tinggi ini.
"Sudah memikirkan tempat mana yang mau kau kunjungi pertama?"
Suara berat Zeo berhasil membuat debaran jantungnya semakin keras entah kenapa menurut Felice suara Zeo mulai berbahaya untuk kesehatan jantung nya.
Sebelum menjawab Felice kembali membuka catatan yang tersimpan di handphone nya.
Sebenar nya Felice juga masih bingung tempat mana yang ingin ia kunjungi pertama.
"Ingin rekomendasi dari ku?"
Felice menolehkan kepala nya di saat dia tidak menyadari bahwa Zeo juga sedang melihat catatan di handphone nya, perbedaan tinggi badan mereka yang kontras membuat Zeo harus menundukkan badan nya.
Kepalanya yang sejajar dengan kepala Felice membuat jarak mereka benar benar dekat.
Tahu bukan apa yang terjadi ketika Felice menolehkan kepala nya sedikit saja.
Dan yang terjadi sekarang adalah bibir tipis milik Felice yang bersentuhan langsung dengan pipi Zeo.
Kedua nya sama terdiam. Zeo yang masih menatap handphone Felice. Dan Felice masih melebarkan bola matanya dengan detak jantung yang bertambah cepat.
Felice dengan cepat menarik badan nya menjauh dari Zeo.
"M-mmaaf ... Kau ... Maksudku aku tidak tahu kau berada tepat di samping ku, jadi semua terjadi begitu saja, jadi itu bukan salah bibir ku kan..." Felice menundukkan kepala nya dengan tangan yang menutupi mulutnya, dalam hati ia tidak berhenti mengumpati detak jantung yang berdetak seperti orang yang sedang jatuh cinta.
Zeo terkekeh. "Santai saja Felice."
Zeo mengangkat sebelah tangan nya dan meletakan nya di atas kepala Felice. Ia mengusap rambut hitam halus itu, menenangkan si mungil.
"Aku tidak menyalahkan mu, oke." Kepala Felice terangkat mendengar suara Zeo yang terdengar seperti menenangkan nya itu.
"Bagaimana jika sore ini kita hanya melihat lihat saja dulu, lalu besok kita akan datangin tempat yang ingin kau kunjungi itu."
Felice mengangguk kan kepalanya benar. Lagipula ia masih belum yakin dengan tempat mana yang jadi destinasi pertamanya.
.
.
Indah adalah kata yang mewakilkan ketika air kanal yang terkena pias dari lampu jalan.
Air yang terkena cahaya lampu jalanan terlihat berkilau seperti permata terlihat indah di mata Felice.
Masih di tempat sama yaitu bingkai jendela yang memperlihatkan pemandangan kota Venice pada malam hari.
Jendela yang sengaja masih Felice buka itu berhasil tertarik untuk membuat angin malam masuk dan menyentuh wajah Felice.
Pemandangan Venice pada malam hari jauh lebih indah dari pada siang tadi. Felice mengetuk kan jemari nya pada bingkai jendela.
Memikirkan kejadian sore tadi, dimana ia mengenal pria tinggi bernama Zeo, yang tak dapat ia sangka adalah teman dari ayah nya.
Jujur sampai sekarang wajah Zeo masih terbayang di pikirannya, bahkan otak nya tak berhenti memikirkan Zeo.
Dan Felice tidak lupa bagaimana rasa nya detak jantung nya yang berdetak keras untuk Zeo.
Felice tahu apa yang terjadi pada dirinya, ia tidak asing lagi dengan semua ini.
Hanya saja Felice harus membatasi dirinya, semua ini, ia dengan perasaan nya tidak boleh lebih dari ini.
Rasa ketertarikannya dengan Zeo harus di hentikan, jantungnya yang berdetak untuk Zeo tidak boleh di rasakannya lagi.