Chereads / VENICE / Chapter 3 - C3

Chapter 3 - C3

St Mark's Square atau Piazza San Marco adalah alun-alun utama di Venice, Italia.

Yang dikelilingi oleh bangunan-bangunan berarsitektur indah. Bangunan-bangunan ini merupakan tempat wisata terkenal di Venice dan juga landmark dari kota air ini.

Selain dikelilingi oleh bangunan megah, Piazza San Marco juga merupakan satu dari sedikit alun-alun di kota besar di Eropa yang mana suara manusia bisa mengalahkan bisingnya lalu lintas kendaraan bermotor. Selain manusia, burung merpati juga ikut andil memadati alun-alun cantik ini, menciptakan suasana romantis khas alun-alun Eropa.

Piazza San Marco ini juga yang menjadi pusat sosial, politik, dan agama kota Venice, Italia.

Tempat ini juga yang menjadi destinasi wisata pertama yang di datangi Felice.

.

.

Hal pertama yang dilakukan oleh Felice adalah mengambil gambar tiap sudut bangunan di San Marco, jangan sampai ada yang terlewatkan. Karena dari gambar ini nanti yang menjadi bukti bahwa ia pun menjadi salah satu orang yang turut menyaksikan bagaimananya Megah dan indah nya kota romantis ini.

Perhatian Felice masih tertuju pada menara lonceng Basilica, ia masih mengagumi salah satu landmark paling terkenal di alun-alun ini.

Kamera ia arahkan pada ratusan burung merpati yang juga turut memadati lapangan Santo Markus yang dinamai Basilika juga ikut mendominasi ujung timur alun-alun.

Namun selain burung merpati ada satu objek yang juga turut masuk dalam lensa kamera nya.

Sejak tadi Felice hanya tenggelam dalam ketakjubannya mengagumi Piazza San Marco. Hingga melupakan bahwa ia tidak datang sendiri, Zeo turut menanaminya.

Tanpa sadar Felice semakin mendekat ke arah Zeo, Zeo masih tidak merasakan kehadirannya, beberapa burung merpati terlihat sedang mendekati Zoe entah itu untuk sedikit makanan yang ada di genggaman tangannya atau sekedar ikut mengagumi ketampanan pria itu.

Cekrek

Zoe menolah ketika ia mendengar suara jepretan kamera, yang ia dapati adalah Felice yang tengah memandangi layar kamera nya.

Zoe berjalan ke arah Felice dan ikut melihat layar kamera, ada dirinya yang tengah memberi makan burung merpati foto itu di ambil dari samping yang juga turut memperlihatkan menara lonceng Basilica.

"Indah bukan."

Tanpa sadar Felice mengiyakan perkataan Zoe, ia masih mengagumi sosok lelaki yang bahkan dari samping pun masih terlihat sangat sempurna dengan postur tubuhnya yang tinggi itu.

Felice menengadahkan kepala nya hingga pandangan mereka bertemu. Tidak dapat di pungkiri bahwa bertatapan dari jarak sedekat ini dapat membuat wajah Felice bersemu malu.

Perasaan seperti ini muncul kembali, membuat detak jantungnya berdebar tidak normal tanpa bisa ia kendalikan saat melihat Zoe tersenyum kepadanya.

.

.

Hari-hari selanjutnya, banyak waktu yang Felice habiskan dengan Zeo.

Jalan-jalan mengagumi keindahan tiap sudut bangunan kota, mencoba berbagai macam makanan, mengobrol tentang apa saja.

Beberapa hari ini juga Felice mencoba menghilangkan rasa yang tumbuh untuk Zoe, tapi bukannya memudar tanpa sadar rasa itu semakin jelas.

Bahkan kamera yang seharusnya diisi oleh foto bangunan atau tempat-tempat indah di Venice, tanpa sadar kini lebih di penuhi oleh foto Zoe.

Kegiatan Felice memandangi beberapa gondola yang berlalu-lalang terhentikan ketika pelayan datang membawakan menu makan siang mereka.

Bigoli adalah pilihan menu untuk makan siang nya hari ini. Bigoli adalah pasta panjang dan tebal yang berasal dari wilayah Veneto, Venesia. Sangat terlihat mirip dengan pasta spageti. Hanya saja bigoli jauh lebih besar dan memiliki tekstur yang lebih kasar.

"Setelah ini ingin kemana?"

Felice menatap Zeo yang tengah mengaduk makanannya yang terlihat seperti bubur, itu Risotto makanan lama yang mendominasi dunia kuliner Venice.

Felice berfikir sebentar sebelum menjawab Zoe. "Bagaimana dengan Gallerie dell'Accademia."

"Kita bisa berjalan santai untuk sampai kesana, atau kau ingin menaiki perahu?"

Jika di berikan pertanyaan seperti ini jujur maka Felice ingin mengambil perjalanan yang lebih lama untuk sampai ke museum itu.

kalian pasti tau bukan maksud dari Felice.

"Terserah kau saja bagusnya seperti apa." jawab Felice.

Felice melanjutkan makannya sambil sesekali menatapi gondola, tanpa menyadari manik Zoe yang jatuh padanya dengan senyuman di bibirnya.

.

.

Mereka sampai ketika langit Venice memancarkan warna senjanya.

"Gallerie dell'Accademia tutup jam setengah delapan malam, kita punya waktu satu setengah jam." ucap Zoe.

"Itu lebih dari cukup." jawab Felice sambil menyiapkan kamera nya.

Gallerie dell'Accademia adalah sebuah galeri museum seni pra-abad ke-19 di Venice, Italia.

Felice tidak henti di buat takjub dengan salah satu bangunan bersejarah di Venice yang terletak di pinggir grand canal ini.

Mata Felice terus berselancar melihat karya-karya yang di pajang di museum ini, beberapa patung, lukisan besar Venice hingga abad ke-18.

Bangunannya yang indah, seni yang luar biasa. Benar memanjakan mata pengunjung.

Hanya saja malam ini Gallerie dell'Accademia terlihat lebih sepi pengunjung hanya ada beberapa orang saja terhitung dengan pengawas dan penjaga museum.

"Pernah dengar tentang patung Daud?" pertanyaan itu meluncur dari mulut Zeo.

Patung Daud, tentu Felice pernah mendengarnya salah satu patung yang paling terkenal di Venice, atau mungkin seluruh dunia.

"Ingin melihatnya secara langsung." ajak Zeo.

"Tentu." jawab Felice cepat, Zeo dapat melihat raut antusias di wajah cantik Felice.

Felice mengikuti langkah Zeo yang berjalan tepat di sampingnya, tidak terlalu dekat, sengaja ia hanya takut Zeo dapat mendengar suara detak jantungnya yang tidak normal jika terlalu dekat dengan Zeo.

Selama hidupnya, Felice tidak menyangka dapat melihat secara langsung patung pahatan yang luar biasa ini.

Patung marmer setinggi 17 kaki yang menggambarkan pahlawan Alkitabiah David. Di gambarkan sebagai patung pria telanjang yang dibuat sekitar tahun 1501-1504 oleh pematung, pelukis, arsitek, Michelangelo Buonarroti.

Zoe juga sempat berkata padanya jika banyak orang dari seluruh dunia berdatangan untuk melihat secara langsung kesempurnaan karya tersebut.

Tak ingin membuang-buang waktu, dengan cepat Felice mengarahkan kamera nya ke arah patung tersebut hanya saja Zeo menangkap pergelangan tangannya dan menurunkannya.

Felice menatap Zeo dengan pandangan herannya.

"Dilarang mengambil gambar." ucap Zeo.

Zeo mangambil kamera di tangan Felice dan memasukan nya kedalam tasnya.

"Sudah cukup untuk foto-fotonya, sekarang saatnya untuk mengagumi secara langsung semua karya-karya yang ada di sini Feli."

Felice masih belum bisa mengucapkan apa-apa ketika tangannya di genggaman erat oleh Zeo, ia terpaku menatap punggung tegap yang berada di depannya ini.

Bermenit-menit mereka lewati mengelilingi Gallerie dell'Accademia.

Mengagumi keindahan karya-karya kelas dunia, Felice tidak menyangka dapat semenyenakan ini.

Bahkan seromantis ini.