"Dasar aneh!"
"Aku gak aneh!" jawab Queen kesal.
"Kalau gak aneh apa? Gila?"
"Udah, sekarang dari pada kamu berdebat gak jelas. Lebih baik aku kasih tahu padamu."
Varo berdiri membelakangi Queen. Ia memang tak percaya dengan wanita yang baru saja dia kenal. Apalagi diam-diam.masuk ke dalam kamarnya dari atap kosnya.
"Lihatlah gerakan tangannya. Dia memegang sesuatu. Dan tangan laki-laki itu, bergerak membentuk dua jari. Angka dua. Dan menghadap ke arah kiri." Ke dua mata Queen mengarah tepat pada arah jari itu menunjuk. Rak sengaja ke dua matanya, menangkap dua orang laki-laki yang ada di balik semak-semak.
"Eh… Siapa kamu?" teriak laki-laki itu.
"Shittt…. Gara-gara kamu jadi kena masalah lagi. Kamu berurusan dengan orang yang salah, wanita aneh!" Queen menarik tubuhnya sedikit masuk semakin dalam ke gang sempit yang di hapir antara dua gedung besar. Dengan jarak satu ukuran manusia.
Merasa ada yang aneh, Vero mengintip sedikit. Lalu meraih pergelangan tangan Queen yang masih belum berhenti untuk mencari tahu tentang kebenaran baginya.
"Ayo pergi!" ucap Varo was-was, ke dua bola matanya berkeliaran menatap sekelilingnya. Pandangan mata Varo tertuju pada gerombolan laki-laki yang sangat mencurigakan. Jauh dari lami-laki dan wanita yang sedang bernegosiasi tentang satu hal. Semua laki-laki itu menatap mengarah padanya.
"Pergi sekarang!" ajak Varo.
"Bentar!"
"Mau tunggu apa lagi?" ucap panik Varo.
"Lihat sebentar saja. Sampai mereka pergi dari sana" rengek Queen.
"Gak ada waktu. Mereka akan datang menangkap kita." Varo menarik tangannya pergi menjauh berlari sekencang-kencangnya.
"Itu dia," ucap salah seorang lak-laki.
"Ini semua gara-hara kamu. Wnaita aneh!" gumam Varo.
"Kenaoa kamu selalu menyalahkan aku. Lagian kamu jyga yang mengajak aku melihat mereka tadi."
"Iya, sekarang aku menyesal memberi tahu kamu."
"Ya, udah. Hapus saja ingatan aku. Biar aku tak tahu."
"Tidak segampang itu."
"Kenapa? Bilang saja kamu gak bisa."
"Jangan memancing emosiku. Sekarang bukan waktunya untuk berdebat." Varo menghentikan larinya. Menatap ke dua nata Queen di depannya.
"Kenapa kamu menatapku seperti itu? Kamu marah denganku?" tanya Queen mendekatkan wajahnya.
"Sangat marah." Varo mendorong dahi Queen menjauh dari pandangan matanya.
"Kamu mau ikut dengan aku atau pergi dariku sekarang."
Queen menguntupkan bibirnya. "Kenapa kamu bilang begitu."
"Aku tidak suka dengan wanita banyak bicara seperti kamu." tegas Varo. Bibirnya tepat di depan matanya. Marahnya membuat wanita itu terdiam, mengedip-ngedipkan matanya seperti anak kecil
Varo menghela napasnya melangkahkan kakinya untuk pergi. "Tunggu! Aku ikut!" teriak Queen berlari mengejar Varo.
"Kenapa mereka mengincar kita?" tanya Queen bingung. Ia sengaja mengajak Varo untuk berbicara agar tak terlalu tegang hanya karena masalah sepele.
"Bukanya itu… Ratu?" salah satu dari mereka mengenal Queen. Membuat semua pengawal berlari mengejar ke arah di mana Varo dan Queen berlari.
"Mereka semakin banyak,"
"Iya.."
"Siapa yang mereka incar?" gumam Queen semakin bingung. Semua laki-laki itu orang yang berbeda dari beberapa orang yang dia amati tadi.
"Dunia mafia memang membingungkan." gumam Varo.
"Apa kamu mengenal mereka?" tanya Queen, berlari sesekali menatap ke arah Varo.
"Entah! Tapi sepertinya ada hubungan dengan kamu," Varo menarik tangan Queen masuk ke dalam rumah tua yang penuh dengan barang-barang bekas di depannya, penuh debu, sarang laba-laba menjalar kemana-mana, dengan bangunan yang sudah terlihat sangat lapuk di makan usia.
Queen menghentikan langkahnya, ia mengernyitkan wajahnya, dengan tangan mencubit hidungnya, seakan bau tak segar itu menyeruak masuk dalam penciumannya.
"Jorok!"
"Ini rumah lama!" Varo menarik paksa Queen untuk masuk.
"Tapi.. Gimana kalau nanti ada hantu?"
"Kamu hantunya!"
"Enak aja," jawab Queen, memalingkan wajahnya kesal. Dengan bibir sedikit menguntup.
"Makanya diam. Jangan banyak bicara lagi." Varo mendorong tubuh gadis kecil itu masuk ke dalam rumah kosong yang udah hampir lapu. Ia Menutup pintunya perlahan, menimbulkan suara dencitan pintu tertutup membuat telinga Queen bergidik geli.
"Kemana mereka lari?"
Varo yang mendengar suara orang di luar. Ia menutup mulut Queen. Bersembunyi di bawah tumpukan beberapa lukisan yang sudah tak terpakai menggunung di sana.
"Entah, tapi aku yakin mereka pasti di sekitar sini."
"Kita berpencar dari cari mereka," suara dua orang laki-laki itu terdengar jelas dari dalam rumah penuh debu itu.
Queen menarik tangan Varo dari bibirnya. Ia mencoba mengambil napas.. Debu-debu tiba-tiba berterbangan masuk ke dalam hidunganya.
"Uhukkkk.... Uhukkk..."
Queen merasa hidungnya terasa sangat gatal di dalam yang di penuhi debu, dan sangat berantakan semua barang-barang di sana. Tapi betapa dia terkejutnya di saat telapat tangan Varo sudah menutup mulutnya. Pandangan matanya tertuju pada Viro. Untuk ke dua kalinya dia menatap sangat dekat wajah Varo. Kali ini suasananya sangat berbeda. Ruangan itu terlihat sedikit gelap. Ia tak begitu jelas menatap wajah Varo di depannya.
Deg! Deg!
Jantungku? Kenapa dengan jantungku? baru pertama kali dalam hidupku merasakan rasa gugup, dan gemetaran melihat wajahnya. Sentuhan lembutnya.. Hmmmm.. Aku sangat nyaman..
"Apa kamu sudah menemukannya?"
"Mereka tidak ada di sini?"
"Di mana mereka? Aku gak mau tahu, kita harus cari dia dan tangkap dia sesegera mungkin." ucap pimpinan para pengawal itu.
"Iya, boss."
"Sekarang kita lapor dulu pada tuan."
"Tapi, boss."
"Kita bilang saja kalau belum menemukannya."
"Kita pergi dulu dari tempat kotor ini. Venar-benar sangat menjijikkan." lanjutnya dengan wajah menatap jijik, saat ke dua matanya berkeliling menatap seisi ruangan.
"Baik," semua beranjak pergi keluar dari ruangan itu. Sedangkan Varo dan Queen seolah menahan napasnya.
Sebenarnya Queen tak suka bersembunyi. Selagi dia bisa menghadapinya. Dia pasti menghadapinya langsung. Dari pada bersembunyi seperti bermain petak umpet gak ada habisnya.
Kenapa aku curiga pada mereka sekarang. Siapa sebenarnya tuan mereka. Dia kenapa mereka kencariku? apa yang di inginkan dariku? Jika mereka ingin berbuat jahat padaku. Jangan pikir kamu mudah mengalahkanku.
Queen tersrnyum, menarik turunkan alisnya. Membuat Varo mengerutkan keningnya menatap aneh padanya.
"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Varo.
Queen memutar bola matanya. Menarik sudut bibir kanannya ke kiri. Dia membungkam mulutnya dapat. Dna matanya tak berhenti menggoda laki-laku tampan di depannya.
Varo berdengus kesal, memutar matanya malas. "Aku benar-benar akan jadi orang gila. Bias bertemu dengan gadis aneh seperti itu."
"Kamu juga aneh!"
Varo mengerutkan keningnya. Dia tak hentinya bergeming dalam hatinya.
"Aneh gimana?"
"Kamu sudah buat jantungku berdegup sangat cepat."
"Dasar aneh tetap saja aneh." pekik Varo.
"Tak apa anrh.. tapi aku memang kagum dengan kamu."
"Berisik!" Varo memutar matanya. Mengacuhkan apa yang di katakan Queen baginya hanyalah bualan seroang wanita yang biasa saat melihatnya.