Chereads / cinta sejati bukan cinta sehati / Chapter 4 - Rahasia dalam Ketidakpastian Cinta

Chapter 4 - Rahasia dalam Ketidakpastian Cinta

Puisi yang pernah aku simpan rapat2, akhir nya diketahui Mitha, sahabatku. saat itu, Mitha dan aku berada dikamarku, guntingan puisi yang aku tempelkan di dindingku membuat aku tak menyadari bahwa Mitha akan membacanya.

Dengan raut muka seakan akan mengetahui bahwa apa yang ia pikirkan adalah benar. aku yang mengetahui hal itu hanya bs salah tingkah.

Mitha menatapku seakan ingin mendengar pembelaanku. tp satu katapun tak aku lontarkan. aku hanya senyum-senyum malu dengan pipi merah jambuku.

"cha... cha... " mitha menggeleng gelengkan kepala. aku hanya menunjukan gigi ku saja tanpa berkata.

"kenapa ditempel? " mitha menunjukan puisi yang berada di dinding dengan mengawali pertanyaan agar aku mau mulai bercerita.

"ga apa, pengen ditempel aja" . aku jawab dengan tingkah tak bisa berbohong.

"duduk sini" mitha melangkah duduk dikasur dan meminta ku untuk duduk disampingnya.

dengan segera aku duduk disamping nya masih dengan senyuman. mitha memegang tangan ku dan berkata " bisa kah kamu jujur? "

"iya " hanya satu kata yang aku lontarkan.

"kamu sahabatku, aku sahabat kamu. tak bisakah kita tanpa rahasia" . persahabatan ku dan mitha memang sdh begitu lama. sejak duduk dikelas satu SMP mitha adalah teman yang selalu ada untukku.

"iya sayang, puisi itu aku yang kirim. entah kenapa hari itu puisi yang aku buat pengen banget aku kirim ke surat kabar, aku ga nyangka kalau bisa langsung diterbitkan"

mitha hanya senyum mendengarkan aku bercerita. akhirnya aku ceritakan semua yang terjadi pada ku setelah puisi tersebut diketahui Putra.

"putra tahu itu kamu yang kirim?"

"ntah" aku menggeleng-geleng kepala

" terus? "

"putra sempat bertanya padaku tapi aku tetap bilang bukan aku. putra sih terima walaupun kayaknya putra masih ragu jawabanku"

"ya udah, lain kali kalau ada apa-apa cerita dulu ya.. " aku menganggukan kepala.

*****

"TAKKAN TINGGALKAN DIRIKU"

ketika kusadari dari lamunan

lamunan yang telah datang

membawaku kenegeri khayalan

penuh cerita dan dongeng

tentang kisah persahabatan kita

negeri khayalan yang datang menyimak mimpi yang menjadi pasti

agggh.... tak mungkin....

ini salah kali...

kita berlari bersama

menuju pelangi kisah kita

berawal dari sebuah sekolah

yang kutak tahu apakah ini akan tetap sama ataukah akan berakhir

meski kamu disana menganggap persahabatan ini biasa

namun aku disini menganggap ini suatu anugrah bagiku tersendiri

sahabat...

tetap lah seperti ini...

melangkah menuju pelangi yang kita mimpi-mimpikan

tanpa mu, perjalanan hidup dan cintaku sangatlah sepi..

ku akhiri goresan tinta hitam diatas kertas putih bersih.. dan aku pun pergi tidur.

esok harinya, dipersimpangan antara kelas ku dan kantin, ku duduk sendiri menunggu teman-teman yang belum juga datang. "mungkin hujan" gumamku dalam hati.

terlihat dari sebrang kelas putra juga duduk sendiri didepan kelasnya. hari itu memang sangatlah sejuk, hujan turun tak kunjung berhenti, jam sudah menunjukan pukul delapan kurang. kegiatan sekolah blm juga dimulai.. aku yang sendiri hanya terhanyut dalam lamunan.

"cha... " terdengar suara laki-laki berada dibelakangku. aku pun kaget dan langsung melihat kebelakang,

"oooh... " senyum ku padanya

"boleh duduk"

"boleh lah " kataku dengan sigap

"temen-temen kyaknya banyak yang ga datang ya? "

"kayaknya gitu deh anto"

"kamu berapa bersaudara? " tanya padaku

"basa basi banget sih" gumamku dalam hati. anto adalah teman sekelasku. orang nya manis, ramah, bahkan sederhana sekali.

"aku 5 bersaudara nto, kenapa emangnya? "

ku tanya balik padanya.

sambil tersenyum ia berkata " ga apa cha, pengen tahu aja tentang kamu"

mendengar kalimat itu, sontak aku kaget. diotakku mulai banyak tanda tanya tentang maksud dari anto. mendengar itu aku hanya tersenyum membalas perkataannya. mata ku kembali kearah depan kelas Putra, namun mata mencari-cari kemana putra, karena tanpa aku dasari putra sudah tak ada lagi disana.

keberadaan Anto duduk disampingku membuat rasa jengkel ku bersemayam dihati. "kemana putra? " aku masih bergumam didalam hati.

"kamu biasa nya kalau udah pulang sekolah ngapain aja cha? "

"basi banget agh" gumamku, aku merasa tak ingin menjawab setiap pertanyaan yang sudah dilontarkan anto pada ku, tapi apa daya, aku menghargainya karena dia teman satu kelasku.

"kayak orang-orang lainnya lah nto, istirahat dan makan"

"temen-temen sering ga main kerumahmu? "

aku mulai mencurigai setiap kata yg keluar dari mulut anto.

"orang-orang tertentu aja, kalau ga penting-penting amat aku biasa nya males terima tamu"

"kenapa? "

"ga apa, pengen isirahat aja kalau sudah dirumah"

"kalau aku yang datang, kira-kira diterima ga?"

"sudah ku duga" gumamku lagi didalam hati

"kok diam? "

"emmmm... boleh saja, asal tidak mengganggu ku"

terlihat senyum diraut muka nya yang hitam manis

"malam minggu aku boleh main ga kerumahmu?"

aku kaget pertanyaan kali ini, yang buat aku bimbang..

"emmmm.... boleh" ku balas dengan rasa berat

"serius cha? kalau emang ga apa malam minggu nanti aku main ya ketempatmu? boleh kan? "

"makasih cha"

aku hanya tersenyum diam tertunduk gundah

****