Chereads / Ami Maya / Chapter 53 - (Ke)sadar(an)

Chapter 53 - (Ke)sadar(an)

Sinar matahari yang masuk melalui jendela, membuat mata Aya yang masih terpejam, terasa silau sehingga ia perlahan membuka matanya.

Ia masih merasa kantuk dan berat untuk bangun pagi.

"Siapa yang buka korden sih?!" Gerutu Aya. Ia duduk di tempat tidurnya dan mengucek perlahan kedua matanya.

Aya masih mengedip-ngedipkan kedua matanya berusaha mengusir kantuk yang masih dirasakannya.

"Huammmmm." Aya sempat beberapa kali menguap dan sudut matanya berair.

Selain itu, ia merasakan penat dan kelelahan pada tubuhnya. Ia juga merasa lemas dan malas.

Saat ia hendak menjauhkan selimut dari tubuhnya, ia terkejut mendapati dirinya yang ternyata hanya menggunakan sehelai selimut tipis.

Ia telanjang. Telanjang.

"Oh tidak!" Aya membekap mulutnya sendiri dengan tangan kanannya. Pikirannya langsung bekerja. Kembali ke waktu sebelum kejadian dan saat kejadian di malam itu. Karena setelah kejadian, Aya lupa apa yang terjadi.

Ditolehkannya kepalanya untuk melihat jam yang berada di samping tempat tidur suaminya. Dilihatnya jam sudah menunjukkan pukul 7.13 pagi. Dan, Ara sudah tidak berada di tempat tidurnya.

"Ough...." Aya memijit-mijit ujung dahinya mengingat kembali kejadian semalam.

"Apa yang sudah kulakukan? Oh Aya...." Gumamnya sendiri dengan gaya mengacak-acak rambutnya karena membayangkan yang sudah terjadi semalam.

Wajah Aya terasa memanas dan ia memegang kedua pipinya.

"Huh..huh..." Aya mengipas-ngipas wajahnya dengan kedua tangannya. Ia merasa malu setengah mati karena masih mengingat kejadian semalam.

"Aya oh Aya...." Ujarnya menampar pelan pipinya berulang kali. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Ais....malu malu malu." Aya sedikit memekik sambil menghentak-hentakkan kedua kakinya di kasur.

Ia tersenyum, tertawa pelan, tapi tetap memegang dan menampar kedua pipinya.

"Ohh Aya Aya Aya." Ujarnya lagi sambil tertawa menahan malu.

Ia kemudian diam, seakan tersadar sesuatu. Aya memandang di sekeliling kamar dan wow.

'Ya ampunnnnnnnn, sialan sialan sialan. Aya kamu gila, kamu gila Ay....' Ronta dan teriakan Aya dalam hati.

Ara yang berada di seberangnya mengangkat kedua alisnya, tersenyum dan menawarkan secangkir teh dengan isyarat cangkir yang dimajukan kepada dirinya.

'Wajahnya itu!' Melintas kembali perbuatan mereka berdua di kepala Aya.

Ternyata ada Ara di ruangan itu. Di ruangan yang sama dengan Aya yang baru melakukan sesuatu yang sedikit memalukan. Sedikit.

Aya lalu menutup rapat tubuhnya dengan selimut tipis yang masih ada di tubuhnya dan turun dari tempat tidur dengan perlahan. Ia menggapit kuat selimut itu di badannya. Takut selimut itu akan melorot ke bawah.

Dengan wajah memerah dan dengan niat yang kuat, ia melintasi ruangan kamar melewati Ara yang dengan santai menyeruput minumnya dan masuk ke dalam kamar mandi untuk bebersih diri.

Aya tanpa sengaja membanting pintu kamar mandi, karena gugup dan sedikit gemetar.

Selain itu, kamar mandilah tempatnya untuk melarikan diri saat ini. Ia sangat malu untuk bertemu apalagi berbicara dengan Ara.

Sedangkan di luar kamar mandi, Ara hanya menahan tawa dengan pandangannya yang tak lepas dari seluruh gerakan Aya hingga ia masuk ke dalam kamar mandi.

Ara yang sedikit kaget karena pintu yang terbanting, tertawa renyah sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia menaruh cangkir minumnya dan berdiri, berjalan menuju kamar mandi.

Dari luar pintu, terdengar suara guyuran air yang deras. Seakan sengaja, Aya membuat suara ribut yang berasal dari air pancuran.

Ara masih tersenyum berdiri di depan pintu kamar mandi. Ia menimbang-nimbang apa yang hendak dilakukannya.

Tak lama, ia mengetuk pintu kamar mandi. Awalnya ketukan biasa, namun sepertinya tidak ada tanggapan dari Aya, ia mengetuk lebih kuat.

Terdengar suara air pancuran yang melemah.

"Kenapa?" Sahutan Aya. Terdengar sedikit panik menurut Ara.

"Buka pintunya!" Pinta Ara. Bukan, bukan. Lebih terdengar seperti perintah.

Aya mengernyitkan dahinya. 'Mau apa dia?' Pikir Aya.

"Ehm, kamu mau apa?" Tanya Aya dari balik pintu. Keadaan Aya saat ini sudah tidak mengenakan apapun di tubuhnya.

"Aku mau masuk." Jawaban Ara ini sontak saja membuat Aya kaget dan dadanya mulai berdebar. Berdebar karena menahan rasa marah dan malu.

"Mau ngapain sih?!" Aya berbicara pada dirinya sendiri.

Tok tok tok.

Terdengar lagi suara ketukan. Kali ini lebih keras dan lebih cepat.

Aya pun cepat-cepat mengambil baju handuk yang memang sudah ada di dalam kamar mandi itu. Ia dengan cepat memakainya dan mengikat tali di bagian depannya. Sempat ikatan tali itu harus diulang karena kepanikan Aya.

Aya pun membuka pintu kamar mandi dan mendapati Ara berdiri tepat di hadapannya dengan wajah yang sedikit mesum.

"Kamu mau ngapain? Nggak bisa apa nunggu aku selesai mandi?!" Protes Aya sambil melangkah hendak keluar.

Belum ada selangkah Aya keluar dari kamar mandi, tangan kanan Ara sudah memeluk pinggang Aya dengan cepat dan erat.

Aya terhenti terpaku. Saat ia menoleh ke kanan, ia mendapati wajah Ara yang sudah sangat dekat dengan wajahnya. Hidung mereka sudah hampir bersentuhan.

'Jangan jangan jangan.' Ronta Aya dalam hati karena wajah Ara semakin mendekat. Nafasnya yang mulai tersenggal dan panas dirasakan oleh Aya.

Belum sempat Aya memalingkan wajahnya, Ara sudah berhasil mencium bibir Aya.

Dan akhirnya Aya pun ikut membalas ciuman Ara.

'Hah....' Protes Aya dalam hati. 'Tidak sesuai niatku' Pikirnya.

Semakin lama berciuman, Aya merasakan sesuatu yang dikenalnya di mulutnya.

'Yap, ini rasa teh.' Jawabnya sendiri. 'Ara baru habis minum teh kan?' Lanjutnya. Aya sibuk dengan pikiran-pikiran dan isi hatinya yang berkecamuk.