Zakiya terlihat murung selama di dalam mobil. Dia menunduk saja dari tadi. Tidak ada niatan untuk menceritakan apapun dengan Papinya. Hal ini tentu saja membuat Darren khawatir. Darren begitu dekat dengan anaknya. Oleh sebab itu dia selalu tahu jika ada yang tidak beres dengan anaknya.
"Kiya, kamu kenapa, Nak? kenapa murung terus dari tadi?" tanya Darren yang terlihat khawatir dengan keadaan putrinya.
"Tidak apa-apa, Pi. Hanya sedang memikirkan kuliah tadi." Zakiya memang memikirkan orang di tempat dia kuliah. Orang yang baginya sangat jahat. Karena sudah merusak masa depannya.
"Oh ya sudah kalau begitu. Kalau kamu lelah, istirahat saja. Nanti Papi bangunkan kalau sudah sampai rumah."
"Iya, Pi." Zakiya menutup matanya. Bibirnya mengucap shalawat agar pikirannya tidak tertuju pada Azzam.
"Kiya, belum bisa tidur? Papi dengar kamu sedang bershalawat."
"Emm.. iya, Pi. Aku tidak bisa tidur. Tapi aku lelah."