Chereads / DOSA BESAR ALMIRA / Chapter 4 - HARI PERNIKAHAN

Chapter 4 - HARI PERNIKAHAN

Sebulan Kemudian

Almira termenung menatap pantulan Wajahnya yang sudah dirias selepas subuh tadi. Dia ingat pada Alvin, airmatapun menetes. harusnya dia menikah dengan Alvin, bukan Revan.

" Al, kamu koq nangis? riasan wajahmu jadi berantakan Al. bentar tak panggil mb ulfi dulu buat benerin make upnya " kata mb syifa

" Hai pengantin cantik, kenapa nangis sih. mau nikah koq malah nangis. sini tak rapiin dulu riasannya Al, " akupun mengangguk dan menurut apa kata mb ulfi sang perias.

sebentar lagi pernikahan akan terlaksana. dan sebentar lagi aku akan jadi miliknya mas Revan. apa pantas aku memikirkan laki-laki lain sekarang?. padahal harusnya Alvin yang bertanggung jawab untuk menikahiku. tapi keegoisan masku Fajri yang membuat aku tak punya pilihan lain. berat tapi mungkin ini sudah jalan takdirku. aku harus ikhlas dan menerima mas Revan dengan sepenuh hati. Kalau Allah sudah berkehendak, artinya itulah yang terbaik.

*********

"Saya terima nikahnya Almira Zahara binti  Ahmad Munawir almarhum untuk saya sendiri dengan mas kawin tersebut tunai." ucap mas Revan sekali nafas

"bagaimana para saksi? sah?

"saahh.."

"Alhamdulillah"

******

"Ayo Al keluar dulu temui suamimu," akupun melangkah dengan digandeng mbak Naila. ingin rasanya aku menangis. Sekilas aku melihat banyak sekali saudara,tetangga, dan teman-temanku . Aku melangkah menuju tempat suamiku yang masih duduk didepan penghulu. akupun duduk disamping suamiku. kami menandatangani buku nikah dan dilanjutkan dengan foto-foto.

*****

setelah serangkain acara aja qobul selesai, kami diminta untuk masuk ke kamar oleh perias. karena 2jam lagi acara resepsi. dan sekarang kita harus berganti pakaian akad dengan pakaian resepsi.

Aku berada satu kamar dengan Mas Revan. kami diperkenankan untuk membersihkan diri dulu sebentar lalu lanjut riasan untuk resepsi.

"ehm.. Al kamu capek ya?" tanya mas Revan tiba-tiba dan membangunkan aku dari lamunanku.

" Eh, iya mas. aku sedikit capek." mas Revan tersenyum simpul dan masuk ke kamar mandi.

akupun bergegas ke kamar mandi, selanjutnya aku melihat mb Ulfi sudah siap dengan peralatan riasnya. kali ini menggunakan baju pengantin berwarna pink dusty dan mas Revan dengan jas warna navy terlihat sangat gagah. kalau saja dia adalah Alvin. batinku. ah sudahlah, tidak seharusnya aku memikirkan laki-laki lain.

Setelah selesai proses make up, kamipun diminta untuk masuk ke mobil, menuju gedung tempat kami akan melakukan resepsi pernikahan.

tiba disana, aku seperti seorang putri yang digandeng pangeran. tapi apa kebahagiaan ini bisa berlangsung selamanya kalau nanti mas Revan tahu yang sebenarnya.

*******

resepsi telah usai, kami berdua langsung kembali ke rumah mas Revan. setelah bersih bersih diri.mas Revan menghampiriku ,

"Al, apa kamu sudah siap?"

"siap apa mas?" pertanyaan bodoh padahal aku tau arah pertanyaan dia kemana.

" siap dapat nafkah batin dari aku. "

mendadak aku berkeringat dingin, aku takut mas Revan tahu keadaanku yang sebenarnya. Apa yang akan aku katakan nanti pada mas Revan. salahku juga sebenarnya kenapa sebelum menikah tidak berterus terang. tapi bukankah masa lalu tidak perlu kita ungkit-ungkit lagi? aku merasa sangat bersalah. Tapi mau tidak mau aku harus menghadapi kenyataan ini.

"iya mas Insyaallah siap.." bismillah ya Allah semoga mas Revan tidak kecewa.

"Makasih Al" mas Revan tersenyum padaku.

perlahan mas Revan memulainya dengan lembut. dan kenyataan pahit itu terjadi.

*******

Setelah hal yang mendebarkan itu terjadi

"Al kamu ternyata ???? " suara mas Revan meninggi menatapku tajam. 

"maafkan aku mas.. aku.. " aku terisak isak tidak tahu harus membela diri seperti apa. yang jelas mas Reva sekarang sudah tau yang sebenarnya.

"Aghhh.. siallll... bugh.. " dia menghentakkan tubuhku dan memukul dinding kamar kami.

" masss... "

"Kenapa kamu g jujur sama aku kalau kamu udah ga... " ahhhh.. dia mencengkeram lenganku dan membuat aku merintih kesakitan.

"Aku kira kamu wanita sholehah  yang bisa menjaga diri Al, tapi kenyataannya kamu g ada bedanya dengan wanita murahan"

"cukup mas cukup.. aku tak bermaksud membohongimu. aku tahu aku salah. tapi itu masa lalu mas. aku ingin kamu menerimaku apa adanya. tolong jangan ceraikan aku mas" aku masih menangis menahan perih..

"Aku benar-benar kecewa sama kamu Al. Aku menjaga diriku hanya untuk istri kelak. tapi kenyataannya kamu yang menyakitiku".

"Aku tidak akan menceraikan kamu Al, tapi aku akan membuatmu menderita selama jadi istriku.

******