Chereads / Yang Ke Sebelas / Chapter 2 - 2. Senjata Suci

Chapter 2 - 2. Senjata Suci

Sepasang gerbang besar terbuka dengan sangat lebar, dan hampir memperlihatkan keseluruhan isi yang ada di dalamnya.

Tangan kiri Ernald sedikit terbentang mengarah ke dalam ruangan raksasa itu.

"Sebalah sini samuanya"

Usai mengucapkan itu, Ernald pun melangkah maju ke dalam ruangan tersebut lebih dulu.

Sementara itu, langkah pelan Ernald yang sudah jauh pun menyadarkan kami dari rasa takjub sebelumnya. Kami pun mengikuti langkah Ernald dan memasuki ruangan putih polos tersebut.

Saat kau memasuki ruangan ini, maka pemandangan yang pertama kali menyambut kau adalah sepuluh pilar putih besar yang terlihat mengelilingi sebuah lingkaran sihir yang terukir indah di lantai ruangan tersebut.

Tinggi pilar itu hanya sekitar setengah dari tinggi tubuh kami. Dan di masing-masing pilar terdapat senjata-senjata yang terukir di pintu gerbang masuk tadi.

Senjata-senjata itu melayang diatas pilar itu sambil dilapisi oleh cahaya putih di sekelilingnya.

Setelah berjalan cukup dekat, kami pun berhenti di dekat salah satu pilar. Pilar ini menyimpan sebuah senjata pedang di atasnya.

Setelah di lihat lebih dekat, pedang ini benar-benar terlihat gagah dengan gagangnya yang bewarna hitam dan sebuah kristal bulat yang berwarna putih di kedua sisinya. Di tambah lagi gerigi halus menghiasi tepi-tepi pangkal pedang, dan ujung pedang yang terlihat seperti ujung anak panah. Sangat mengesankan.

"Wahai para orang-orang yang terpilih, mohon perkenankan saya menjelaskan ulang tentang ini semuanya" ucap Ernald dengan penuh wibawa.

"Kalian semua yang ada di sini adalah orang-orang yang terpilih sebagai pahlawan. Orang-orang yang akan bertempur di garis depan saat melawan Maou. Maka dari itu, kalian akan dibekali sebuah senjata legendaris, sebuah senjata yang sudah terpilih dari sejak dulu kala. Senjata yang sudah menemani para pahlawan pendahulu kalian. Senjata-senjata yang memiliki kekuatan yang amat sangat luar biasa. Senjata yang dipercayai dapat menaklukkan Maou. Kami menyebutnya, 'senjata suci' "

Seiring dengan ucapan itu, para senjata pun terlihat bereaksi dengan meledakkan kekuatannya keatas seperti pilar yang sangat tinggi.

Itu juga bersamaan dengan rasa semangat yang dikeluarkan oleh orang-orang di sekitarku.

Sepertinya mereka sudah sangat menantikan ini sebelumnya. Atau jangan-jangan, mereka ini juga-

"Maka dari itu, aku memohon kepada kalian, untuk berdiri di tengah-tengah lingkaran itu wahai para pahlawan yang terpilih"  Ernald membungkukkan badannya sambil membentangkan tangannya ke arah lingkaran sihir itu.

Mendengar itu, merekapun secara teratur berjalan masuk kedalam lingkaran itu. Namun, saat aku ingin melangkahkan kakiku.

"Permisi tuan, lingkaran ini hanya dapat dimasuki oleh sepuluh orang saja. Karena urutan munculmu yang terakhir (ke-11), saya harap anda tidak memaksa untuk tetap masuk ke dalam sana" ucap Ernald kepadaku.

Dengan spontan aku bertanya kepadanya  "Apa yang terjadi jika aku tetap ingin masuk ?"

Ernald terdengar sedikit mengeluarkan nafas berat sambil berkata. "Maka ritual suci ini akan tidak sempurna, di tambah lagi salah satu dari kalian akan mati secara acak. Itu karena lingkaran ini benar-benar hanya menerima sepuluh orang saja"

Mendengar itu, beberapa dari mereka langsung melihatku cukup tajam.

Karena merasakan hawa yang tidak mengenakkan, aku pun langsung mengurungkan niatku untuk maju.

"Baiklah semuanya, mari kita mulai ritual suci nya"

Ernald mengeluarkan sebuah bola kristal putih dari dalam lengan bajunya yang lebar. Dan langsung mengangkatnya tinggi-tinggi.

"Aku harap, para pahlawan-pahlawan yang terpilih ini mau mengikuti seluruh instruksi ku. Karena jika salah sedikit saja, maka akan berdampak besar bagi kekuatan senjata suci yang kalian dapatkan. Apa kalian mengerti ?"

Mendengar itu, terlihat hampir seluruh orang-orang yang ada di dalam mengangguk dengan sedikit ambisius.

Aura biru pudar menyelimuti seluruh tubuh Ernald. Kemudian Ernald terlihat mengucapkan mantra sihir dengan kecepatan tinggi dengan mulutnya.

*Grr...

Sebuah pilar kecil timbul tepat di tengah-tengah orang-orang tersebut. Jika dilihat secara seksama, di pilar itu terbentuk sepuluh mangkuk kecil diatasnya dengan sendirinya.

Melihat itu, kesepuluh orang tersebut spontan mundur satu langkah secara bersamaan.

Rapalan pun selesai di ucapkan oleh Ernald.

"Para pahlawan sekalian, aku mohon untuk menumpahkan darah kalian ke atas mangkuk kecil itu. Dan gunakanlah pinggiran pilar itu untuk menyayat jari kalian"

Dengan sedikit memandang satu sama lain, mereka pun melakukan apa yang diarahkan oleh Ernald. Dua sampai tiga tetesan darah sudah cukup untuk mengisi mengkuk secara penuh.

"Demi para dewa yang sangat bijaksana, aku mohon untuk bimbinganmu"

Setelah Ernald selesai mengucapkan itu, bola yang di pegangnya pun bersinar terang secara tidak karuan, dan memenuhi ruangan putih ini dengan cahayanya.

Dan secara perlahan darah-darah mereka mengalir turun ke bawah pilar dan menyebar ke seluruh arah, dan seolah-olah darah itu memberi warna pada ukiran lingkaran sihir yang ada di bawah lantai.

Setelah bergerak secara acak sambil mewarnai seluruh pola sihir itu, darah-darah itupun akhirnya menuju pilar-pilar tempat dimana senjata suci diletakkan.

*Tung~

Akhirnya, tetesan darah tersebut menyentuh dasar pilar secara bersamaan. Dan dengan serempak juga pilar-pilar itu meledakkan berbagai macam warna ke seluruh ruangan tersebut.

Karena ledakan instan itu, aku pun kehilangan keseimbangan, dan terjatuh cukup keras.

'adududuh...' ringis ku dalam diam.

Saat aku melihat wajah Ernald. Dia terlihat sangat takjub sekaligus bangga saat melihat apa yang terjadi di depan matanya.

Saat aku melihat ke arah tengah lingkaran sihir di depanku, aku melihat sepuluh sosok manusia yang berbaris rapi sambil memegang ataupun memakai senjata sucinya masing-masing.

Zen, adalah pahlawan  panah. Briant, pahlawan pedang. Gama, pahlawan dagger. Rose, pahlawan tombak. Gian, pahlawan perisai. Touya, pahlawan Toya (tongkat). Satou, pahlawan ghauntlet (sarung tangan besi). Lumia, dijuluki pahlawan sihir atau juga bisa dibilang penyihir suci. Sonia, seseorang yang menggunakan sepatu suci. Dan yang paling menarik perhatian ialah Cyli, dia telah membentangkan sesuatu yang lebar di belakangnya, itu adalah sayap. Dia mendapatkan gelar sebagai malaikat suci.

"Zen yang baru telah bangkit, dan siap mengabdi pada dunia ini" seiring ucapannya, Zen pu berlutut dengan dalam di depan Ernald. Begitu juga dengan yang lainnya, sambil mengucapkan nama mereka.

"Briant, juga"  "Gama"  "Rose"  "Giant"  "Touya"  "Satou"  "Lumia"  "Sonia"  "dan juga Cyli. Maka dari itu, mohon bimbingannya, Ernald-sama"

Keren. Sepertinya mereka sudah merencanakan ini sebelumnya, aku jadi iri terhadap mereka.

Oh iya akan ku beri tau, Gama adalah seorang yang memiliki bertubuh sedikit lebih pendek dari pada yang lainnya. Cirikhas anak ini adalah tubuhya yang ramping, serta rambut yang berwarna hitam keungu-unguan itu.

Rose, seperti namanya, dia memiliki ciri-ciri berambut merah yang cukup panjang, dan memiliki tubuh yang sangat seksi walaupun tertutup almamater abu-abunya.

Giant, pria yang memiliki tubuh lebih besar dan berotot dari pada yang lainnya. Dia benar-benar cocok sebagai Tanker

Sedangkan Touya, memiliki rambut dan semangat yang cukup membara. Namun, dari wajahnya yang tampan itu, terselip sedikit kesadisan dari matanya.

Satou, tubuhnya juga terlihat berotot. Namun benar-benar tidak sebanding dengan Giant

Lumia, memiliki bentuk tubuh yang sempurna dan rambut ungu panjang yang indah.

Sonia, dia yang lebih terlihat seperti anak SMA biasa, dengan rambut putih pendek (sedagu) dan memiliki sepasang pita berbentuk hati di bagian kanan rambutnya.

Tidak lama kemudian, mereka pun bangkit dari posisi mereka dan saling melihat satu sama lain. Wajah mereka terlihat sangat berseri-seri, apa lagi para pria nya. Mereka terus saja melihat senjata yang ada di tangan mereka masing-masing.

Aku baru sadar, kalau perisai kecil yang bergerigi itu bukanlah sebuah perisai. Tapi, itu adalah benda yang menempel di punggung pahlawan, dan menciptakan sepasang sayap yang tercipta dari mana sang pengguna. Ngomong-ngomong, Cyli sudah memasukkan sayapnya dan sedang melepaskan alat di punggungnya, untuk ia lihat.

"P-permisi"

Dengan pelan aku menarik-narik baju Ernald. Dan... sepertinya aku mengacaukan suasana hatinya.

Soalnya, pas menoleh ke arahku. Pria tua ini masih saja terlihat tidak senang.

"Ada apa tuan ?"

Tanya Ernald padaku. Suara Ernald juga mendapat sedikit perhatian dari para pahlawan terpilih itu (selain aku, cih).

"Ernald-sama, apakah tidak ada senjata untukku ?"  Ucapku dengan sedikit rasa malu.

Kemudian, Ernald menghadapkan tubuhnya ke arahku.

"Mohon maaf yang sebesar-besarnya, Ardi..."

Ardi?

"...untuk senjata suci sekelas seperti mereka, sudah tidak ada lagi"

Mendengar itu, aku merasa sedikit kecewa. Bagaimana tidak, mereka mendapatkan item legent, sedangkan aku ?

Tapi, kalimat lanjutan Ernald sedikit memberiku harapan.

"Tapi, jika kau tidak keberatan. Kau..."

Kau ?

"...dapat bebas memilih senjata suci yang ada di dalam peti itu"  Tunjuk Ernald ke arah pojok kiri di ruangan ini.

Entah sejak kapan peti harta itu ada di sana. Padahal sebelumnya aku tidak melihatnya. Tapi, yah bodo amatlah.

"Apa kau serius ?"

"Tentu saja, kau bebas memilihnya sesuka hatimu"

"Baiklah"

Aku langsung berjalan menuju peti harta itu dengan rasa senang yang berbalut harapan.

"Ardi, karena itu bukan senjata suci yang sangat kuat. Jadi kau boleh mengambil dua benda sekaligus"

Ucapan Ernald yang barusan semakin membuatku merasa terbang tinggi.

Tunggu dulu, dua ? Memangnya berapa banyak isi peti itu ?

Tapi ya.. sekali lagi, bodo ama~t.

Sesampainya aku di ujung ruangan, akupun melihat peti harta yang berwarna merah dan di hiasi dengan garis-garis emas yang indah itu dengan sangat jelas. Panjang peti ini sekitar satu meter lebih dan lebar sekitar 30-40 cm, peti itu juga memiliki tinggi sampai kelututku.

Saat aku ingin membukanya.

Hatiku pun terasa gugup, detak jantungku semakin tidak beraturan, dan nafasku juga tertahan sejenak.

"Inilah waktunya"

Ucapku sambil membuka peti yang tidak dikunci itu.

Dan...

Memang benar, 'semakin tinggi sebuah harapan, maka semakin sakit juga rasa jatuhnya (kecewanya)'. Pepatah is the best.

Bagaimana tidak, peti yang katanya menyimpan senjata suci tersebut hanya diisi dengan berbagai macam benda karatan yang tidak sedap dipandang.

Melihat itu, tubuhku langsung terkulai lemas. 'kembalikan aku' seketika itulah yang aku pikirkan.

Tapi apa boleh buat, aku pun kembali mengumpulkan semangat hidupku yang sudah melayang ke udara dengan sebuah hirupan nafas yang besar.

Satu persatu pedang bermata dua aku keluarkan. Dan di setiap senjata yang aku lihat memiliki sebuah catatan yang menerangkan kemampuan unik dari masing-masing senjata tersebut. 'thunder slash' 'giant beem' 'summon monster' (ini aku lihat di gantungan bulat yang menyimpan banyak kunci).

"Hah..." Desahku berat

Bukannya kekuatan senjata-senjata tidak hebat, malahan terdengar sangat hebat dan keren pula. Tapi, aku mencari sesuatu yang baru, sesuatu yang benar-benar menarik perhatian ku.

Masa di setiap kemunculan pahlawan, harus menggunakan pedang terus. Aku pengen sesuatu yang beda, sesuatu yang fresh gitu.

Sehingga ada susatu benda aneh yang secara tidak sengaja aku lihat. Benda itu memiliki bentuk bulat seperti kaca, dengan diameter sekitar 30 cm. Tapi kaca ini berbentuk cembung, yang memiliki tinggi sekita 1-2 cm dari permukaannya. Lantas aku mengambilnya, dan membaca kemampuannya di bagian datarnya, disana terdapat kertas yang menempel rapi, di sana tertulis.

{ 'keristal kesetiaan'. Sebuah benda yang terbuat dari berkumpulnya rasa setia sesosok mahluk kepada mahluk lainnya. Baik itu pet (peliharaan) ke majikannya, babu ke tuannya, dan sampai rasa setia seorang prajurit kepada rajanya.

Kemampuan:

1) menciptakan mini shield. [Efek= dapat memantulkan arah serangan yang non-fisik]

2) dapat melipat gandakan serangan tuannya.

Kemampuan spesial:

1) keristal ini akan bergerak dengan sendirinya tanpa arahan dari tuannya.

2) keristal ini akan dapat beraksi dengan cepat jika dia merasa nyawa tuannya sedang terancam.

3) kekuatan keristal akan semakin berlipat ganda, jika di sekitarnya [radius 30 m] terdapat sesosok mahluk yang sangat setia terhadap makhluk lainnya.

Catatan: non-fisik di sini maksudnya serangan yang bukan berasal dari elemen berbentuk. Contohnya: elemen tanah dan tumbuhan}

Sepertinya menarik. Aku kemudian menyisihkan keristal itu ke sisi satunya yang kosong. Karena sisi kananku sudah bertumpuk senjata yang tidak aku pilih.

Sepertinya aku harus mengambil satu benda lagi.

"Apakah dia sudah mendapatkan senjatanya ?"

Touya melihat dari kajauhan sambil menyandarkan tepi telapak tangan kiri ke alisnya. Dia sekilas terlihat seperti sedang hormat, tapi yang membedakannya badannya saja yang sedikit condong ke depan.

"Sepertinya begitu" jawaban singkat itu di keluarkan oleh Giant.

"Tuan Ernald, apa tidak apa-apa dia mengambil dua senjata suci sekaligus. Sedangkan, kami..."

Zen yang menghentikan ucapannya itupun pun langsung dijawab ringan oleh Ernald.

"Tenang saja wahai Zen-sama. Senjata disana memang senjata suci juga, tapi kekuatannya tidak akan pernah sebanding dengan kekuatan senjata suci yang kalian pegang saat ini. Apalagi senjata kalian akan memberikan efek unik saat kalian bangun besok. Jadi, tenang saja"

"Baiklah, jika kau bilang begitu. Tapi, kalau boleh tau. Apa efek unik dari senjata kami ?"

"Soal itu saya tidak tahu pasti. Yang saya tau, kalau pahlawan dapat menaikkan level dan dapat mengupgrade senjata kalian seiring perjalan kalian"

Mendengar itu wajah mereka kembali berseri-seri. Dan saling liat satu sama lain.

"Apa kalian memikirkan apa yang aku pikirkan ?"

Senyum di wajah merekapun tidak terelakkan.

"Aku dengar, aku dengar" ucapku sambil mengeluarkan nada kesal.

Bagaimana tidak, sistem leveling dan bisa mengupgrade senjata itu adalah sistem cheat bila kau datang ke isekai. Kalau itu semua benar, maka aku benar-benar tidak ada kesempatan untuk mengalahkan mereka dimasa depan.

Tapi ada hal menarik yang membuat otakku kembali bekerja. Untuk upgradetan senjata seperti pedang, tombak dan yang lain oke lah, karena sudah banyak yang ditunjukkan di manga-manga maupun anime. Tapi, untuk upgradetan sepatu dan sayap itu bagaimana ya ? Karena menurutku itu adalah suatu hal yang baru di dalam otakku.

Aku berharap banyak pada kalian, Cyli, dan Sonia. Terutama kau Sonia, karena aku sama sekali kepikiran bagaimana menggunakan sepatu itu dalam pertempuran.

Sepertinya aku sudah merogoh semua isi peti ini, karena yang tertinggal hanya sepasang dagger yang berwarna merah darah, seikat rantai emas, dan kalung yang memiliki tiga mata sebesar ujung jari.

Saat aku melihat kertas keterangannya.

{'Dagger amarah' sesuai namanya, kekuatan dagger ini akan semakin kuat jika pemiliknya mengeluarkan rasa bencinya terhadap sesuatu ataupun seseorang.

Skill:

1) dagger ini dapat dirubah ukurannya sesuai kehendak tuannya.

2) Dagger, dapat mensupport seluruh elemen, dan melipatgandakan kekuatan yang dikeluarkan oleh tuannya.

3) Dagger ini tidak akan pernah bisa patah

Peringatan!!:

Dagger ini harus di cuci paling tidaknya satu bulan sekali, dan mencucinya harus menggunakan darah segar dari hewan magic}

Hewan magic adalah hewan biasa yang dilengkapi oleh sihir. Hewan ini biasanya memiliki inti yang bisa di jual. Populasi hewan magic ini sangatlah banyak dibandingkan hewan normal lainnya.

Seperti senjata tidak cocok untukku, karena aku tu orangnya selalu santai, dan susah marah.

Terlebih lagi perawatannya itu loh, bikin capek aja.

{'Rantai ilahi'

Skill:

1) rantai ini dapat menyerap tenaga, mana, hingga darah lawannya.

2) rantai ini dapat degerakkan hanya dengan pikiran tuannya.

Unik skill:

Rantai ini dapat memanjang  sampai 1/3 jarak pandang tuannya

Peringatan!!:

Jika tidak dapat menguasai senjata ini secara penuh, maka senjata ini akan memakan pemiliknya secara perlahan-lahan}

Sepertinya senjatanya ini sangat kuat, terutama unik skillnya itu sangatlah hebat. Tapi, isi dari peringatannya juga sangat hebat. Tubuh dan nyawaku akan dalam bahaya jika tidak dapat menguasai senjata itu secara sepenuhnya.

Kenapa kedua senjata ini sangat haus darah ?

Apa tidak ada yang lebih simpel lagi ?

Saat aku kembali melihat peti harta itu, hanya terdapat satu benda lagi. Yaitu sebuah kalung.

{'kalung mana'.

Dengan menggunakan ini, pemiliknya akan dapat memanipulasi mananya sesuka hatinya.

Pasif unik: ini membantu pemulihan mana dan tenaga sang pemilik dengan cepat.

Skill unik:

Dapat menyerap mana di sekelilingnya sesuai warna mata kalung, dan dalam radius tertentu tentunya.

Saran :

Kuasai lah dirimu, dan rebut seluruh kekuatan yang ada di dekatmu}

Memanipulasi  mana ya, terdengar seru.

Bukan kah dengan ini aku dapat menyerap dan menjadi kan mana di sekelilingku menjadi milikku. Lalu, setelah itu. Aku dapat menggunakan mana itu sesuka hatiku.

Wow, terdengar sangat hebat.

"Baiklah, aku akan ambil ini"

Setelah memutuskannya, akupun dengan cepat mengemasi tumpukan sam- senjata suci ini kembali kedalam peti.

Sambil membawa itu ke hadapan Ernald, aku terus berfikir bagaimana cara mengkombinasikan kedua senjata ini.

Sesampainya di depan Ernald, aku mendapat seluruh perhatian para pahlawan beruntung di sana.

Sepertinya mereka sedikit kebingungan.

"Bukankah disana terdapat banyak macam barang. Kenapa dia malah memilih cermin dan kalung itu ?"

"Entahlah, memangnya kedua benda itu bisa digunakan di dalam pertempuran ?"

Rupanya itu yang mereka pikirkan. Mereka belum tau saja kekuatan dari kedua benda ini. Fufufu....

"Baiklah Ardi, mari kita lihat benda apa yang kau ambil ini. Hmm,..."

Ernald melihat kedua benda yang ada di tanganku.

"Apa kau tidak berminat mengambil pedang suci atau yang lainnya ?"

"Tidak, aku lebih tertarik dengan kekuatan kedua benda ini di bandingkan senjata yang lainnya"

"Begitu ya..."

"Baiklah Ernald-sama, selanjutnya apa yang perlu aku lakukan ?"

"Anda hanya perlu meneteskan darah anda di atas senjata tersebut"

Aku mulai bersemangat lagi mendengarnya.

"Kalau begitu, apa aku harus berdiri di atas lingkaran sihir di sana ?"

"Tidak perlu, kau bisa langsung melakukannya di sini"

"...tanpa lingkaran sihir ?"

"Ya"

"Tanpa perapalan mantra ?"

"Ya"

...

"Ha..h...." aku menghembuskan nafas dengan keras  "kau memang ahlinya membuatku kecewa Ernald"  ucapku sambil berbisik dan menoleh ke arah lain.

"??"

"Baiklah, apa ada benda yang bisa melukai tanganku ?"

Ernald kemudian mengeluarkan sebuah kunai hitam dari balik lengan bajunya yang lebar itu, dan langsung memberinya kepadaku.

"Kau bisa menggunakan ini, Ardi"

Bahkan untuk melukai jariku saja menggunakan kunai ini. Sungguh perlakuan yang jauh berbeda dari mereka semua.

"Baiklah"

Ucapku sambil mengambil kunai itu dari tangan Ernald.

Kunai adalah senjata rahasia yang biasa digunakan oleh para ninja. Senjata ini memiliki gagang sepanjang kepalan tangan, dan memiliki ujung yang berbentuk layang-layang.

Kemudian, aku pun duduk sila sambil meletakkan kedua benda itu di hadapanku.

'mari kita mulai'

Oh iya, kertas keterangan kedua benda itu sudah aku amankan di saku celanaku.

Selesai melukai jari telunjuk kananku, akupun menumpahkan darah ku ke atas 'keristal kesetiaaan'.

Aku tidak tau berapa jumlah pastinya darah yang keluar, tapi menurutku darah-darah ini seharusnya sudah cukup untuk pengaktifannya.

Akupun menarik jariku dan mengisap darah yang keluar tanpa seizin ku.

Selang beberapa detik dari tarikkan jariku. Saku kocek sebelah kananku sedikit mengeluarkan cahayanya. Tapi cahaya itu aku biarkan begitu saja, karena ada sesuatu yang lebih menarik di depanku.

Keristal itu terangkat sampai sedadaku, lalu menghadapkan sisi cembungnya kepadaku.

Sebuah kalimat terbentuk dari berkumpulnya partikel-partikel kecil diatas permukaan keristal itu. Di sana tertulis :aku bersumpah atas darah yang kau teteskan kepadaku, aku akan menjadi pelayan setiamu, tuanku.

Kemudian keristal itu memutari ku sambil mengeluarkan debu halus yang berwarna hijau kepadaku.

Usai itu, keristal itupun berhenti dan duduk diatas pangkuanku.

"Ini benar-benar menarik" ucapku dengan tersenyum lebar sambil mengelus lembut keristal itu.

Entah kenapa, sepertinya aku sudah puas setelah mendapatkan senjata ini.

Namun, masih ada sesuatu lagi yang harus aku kerjakan. Yaitu kalung itu...

Selagi aku membenari posisi kalung yang aku ambil. Mereka terus saja berdesus dibelakang ku.

"Apa itu benar-benar senjata, tapi kenapa tingkahnya seperti seekor pet ?"

"Aku juga ingin tahu itu"

"Sudahlah, jangan terlalu iri. Karena besok, adalah awal dari debut pahlawan kita. Mari kita biarkan saja dia bersenang-senang untuk hari ini"

Iya, iya. Aku tau kalian akan mendapatkan 'sistem' yang selama ini aku impikan. Tapi kalau mau ngomongin aku tu, jangan dekat-dekat juga kali. Bikin iri aja.

(Jarak antara aku dan mereka hanya sekitar 2,5 m. Jadi bakalan kedengaran jelas jika mereka ngomong)

Untuk ketiga kalinya, bodo ama~t.

Dan, saat aku ingin meneteskan darah ku lagi, aku baru menyadari kalau luka sayatan yang tadi sudah hilang total. Aku benar-benar terkejut melihat hal itu. Namun, karena tidak ingin menyebabkan keramaian. Akupun kembali melukai jari telunjukku, dan kembali melihat darahku yang meneteskan cukup deras.

Kenapa darahku menetes deras ? Ya itu karena aku jarang melakukan donor darah, sehingga darah di tubuhku jadi menumpuk.

Jadi, kalau aku menerima luka. Maka darah akan berbondong-bondong keluar sambil berkata 'akhirnya kita bebas'.

Setelah merasa cukup, akupun ingin menarik kembali jariku. Namun, entah kenapa instingku malah mengatakan kalau aku masih harus memberikan darahku ke kalung itu.

Ya karena aku  penasaran, akupun memilih untuk mengisi instingku, dan tetap membiarkan jariku mengeluarkan darahnya ke atas ketiga mata kalung itu.

Setiap tetesan darah yang mendarat, tidak pernah tumpah sedikit pun ke lantai. Seolah-olah ketiga mata kalung itu benar-benar sedang kehausan.

*Krak...

Ketika melihat sebuah retakan muncul di atas mata kalung. Akupun langsung menghentikan apa yang aku lakukan. Retakan itu semakin meluas seperti jaring laba-laba.

Tidak hanya aku, Ernald dan yang lainnya juga merasa aneh terhadap apa yang terjadi.

Ketiga mata kalung itu berwarna hitam, hijau, dan biru.

Dan mata pertama mulai pecah, dan mengeluarkan asap hitam. Dan kemudian, asap itu menusuk tubuhku tepat di bagian jantungnya. Aku yang tidak tahan pun langsung terpental kecil, lalu terbaring lemas.

Aku yang berusaha mencari tau apa yang terjadi pun melihat ke arah kalung itu, dan tidak lama kemudian pandanganku menjadi gelap.

***

'tuan, aku mohon. Jangan tinggalkan aku, aku mohon tuan'

Siapa dia ? Sesosok siluet wanita terlihat menyeretkan tubuhnya diatas lantai kasar yang sedang aku tinggalkan.

'sebenarnya, aku dapat melakukan apa yang kau pinta itu. Asalkan kau bisa menjamin keselamatan ku'

Sosok makhluk yang besar misterius terlihat menyusut dan menjadi sesosok manusia tua.

'tinggalkan pertarungan. Cepat tinggalkan'

'tapi, tuan pahlawan masih berada di sana'

'tinggalkan saja, mereka hanya alat-'

Aku melihat para prajurit berbondong-bondong meninggalkan perang yang terjadi antara manusia dan monster.

Banyak cuplikan berdatang secara acak diotakku. Semua informasi itu seakan mengacak-acak isi otakku.

Tunggu, apa itu aku. Tidak, rambut kami tidak terlihat sama. Rambutku berwarna hitam, sedangkan dia berwarna putih. Dan apa yang ada di tangannya. Sesosok wanita terkulai lemas diatas gendongannya.

Kenapa ? Kenapa aku merasa kesal ? Hatiku saat ini seakan hancur. Aku, aku, aku seakan ingin membunuh siapapun jika ada yang berani berbuat macam-macam pada gadis itu.

Sebuah aura panas yang menyelimutiku langsung meledak dan membuat suara ledakan yang besar.

***

"Apa itu ? Dari mana sumbernya ?"

Pria yang menggunakan full armor terlihat gelagapan.

"Itu berasal dari lantai paling atas tuan" ucap orang lain yang juga menggunakan armor sejenis.

"Mari kita kesana"

Kedua prajurit itupun berlari menuju sumber suara.

Aku yang baru saja terbangun, merasakan sakit yang luar biasa menyerang kepalaku. Sambil memegang kepalaku yang terasa berdenyut, akupun kemudian mengangkat bagi atas tubuhku, dan duduk diatas kasur putih yang besar.

Ke kiri, ke kanan. Aku melihat keadaan sekitar yang terlihat sangat berantakan.

Meja bulat, kursi, dan perabotan yang lainnya juga terlihat tergeletak di lantai dengan keadaan rusak.

Kemudian aku bangun dari atas tempat tidur, dan berjalan sempoyongan mengarah ke jendela terdekat.

Saat sampai di dekat jendela, dua pasang derap kaki besi mengisi lorong kosong dengan kebisingannya.

*Drap, darp, drap....

Sesampainya di depan pintu, salah satu dari dua orang tersebut langsung membuka pintu dengan keras sambil mengucapkan.

"Apa yang terjadi ?!"