"Wah... lelah nya..."
Dan menempelkan wajahnya ke atas meja, setelah Battle Training mereka ber-4 langsung menuju kekantin.
Zeres dilarikan ke ruang kesehatan karena pingsan terkena serangan terakhir Dan tadi, sedangkan Dan sendiri ia hanya mengalami luka ringan karena serangan Es Zeres.
Mereka duduk di bagian tengah kantin, Dan bisa merasakan semua Murid yang berada disini menatap kearah mereka semua. Dan pun menghela nafas panjang.
Dan mengangkat kepalanya "Apa kalian tidak memesan sesua...!!!!" Ucap Dan,
Dan melihat didepan Ian, Liana dan Rei sudah ada makanan. "Sejak kapan...?" Gumam Dan.
"Pesanlah sesukamu Dan, tapi jangan berlebihan..." ucap Ian, Dan tersenyum lalu teringat Ian tadi berjanji akan mentraktirnya. Lalu Dan pun memesan makanan ke kasirnya.
Beberapa detik kemudian Dan pun kembali ketempatnya.
"Selamat makan.." ucap Dan, lalu ia pun memakan makanannya. Disela-sela itu Dan mendegar bisikan dari para Murid yang lain. Ia merasakan bahwa semua Murid di kantin memperhatikan dirinya dan juga 3 teman nya
"Lihatlah 4 murid itu..." ucap Murid lain.
"Mereka adalah Murid dengan Nilai ujian masuk terbaik untuk tahun ini..."
"Kau benar..."
Dan melihat Ian, Liana dan Rei, dari respon temanya itu seakan mereka tidak mendengar apapun, walaupun Dan tahu bahwa mereka semua menyimaknya. 'Resiko jadi Murid berprestasi, ditambah berteman dengan Murid penting' pikir Dan
"Benarkah...?" Tanya salah satu Murid yang baru tahu.
"Kau baru tahu...!! Sering-seringlah membaca berita atau informasih di mading, Dasar... kau"
"Sudahlah, biar aku jelaskan..!! kau lihat 4 murid yang sedang makan di sana" Ucapnya sambil menunjuk kearah Dan, Ian, Liana dan Rei.
"Mereka menempati peringkat Pertama sampai Keempat saat ujian masuk tahun ini" murid yang belum mengetahui itu mengangguk.
"Diperingkat pertama, Ian Dragreven. Pangeran dari Kerajaan Raventell"
"Ditempat Kedua, Liana Tatsumaki. Tuan Putri dari Kerajaan Arashimerah"
"Ditempat ketiga, Dan Lighter. aku tidak tahu biodatanya tapi sepertinya ia hanya orang biasa saja"
"Dan ditempat keempat, Rei Leighton. Bangsawan dari kerajaan Warrior"
Semua murid yang mendengar penjelasan itu hanya berkata "Oh" saja.
Sedangkan Dan yang mendengarnya hanya mengehela nafas pajang yang kesekian kalinya. Tak berapa lama Dan selesai makan, begitu pula yang lainya.
Dan merasakan susana di sekitarnya agak sedikit canggung, ia pikir apa karena kekenyangan atau masih lapar.
"Baiklah.., langsung saja kutanyakan padamu Dan" Ujar Ian tiba-tiba. Dan sedikit tersentak karena sedang minum tadi.
"Tanya apa...?"
"Kekuatan yang gunakan saat melawan Zeres tadi, apa itu..?" Tanya langsung Liana, Ian yang tadi berencana ingin bertanya itu menatap Liana tidak suka.
"Maksudmu ini...!" balas Dan sambil mengeluarkan aura Hitam ditanganya. Ian dan Liana terkejut, Mereka melihat sebuah aura Hitam di tangan Dan, berkobar seperti api membungkus tanganya.
Sedangkan Rei, ia merasakan aura itu. Sebelumnya ia pikir itu adalah sebuah Element bayangan biasa tapi yang ia rasakan sekarang dari Aura Hitam itu lebih dari itu.
"I-ini..." Ujar Rei dengan pelipisnya yang berkeringat.
"Aku kira awalnya itu adalah bayangan tapi.." ujar Ian
"Hahaha maaf mengecewakan, ini adalah Kegelapan" Ucapa Dan.
Liana, Ian dan Rei menelan ludahnya saat mendengar langsung dari mulut Dan, bahwa kekuatan yang ia gunakan adalah kegelapan. Aura Hitam itupun menghilang saat Dan mengepal tangannya.
Lalu Dan pun menlanjutkan makannya, tapi disisi lain Ian dan yang lainya masih tidak percaya dengan penjelasan Dan tadi. 'Cahaya dan Kegelapan....! Yang benar saja..!' Pikir Ian.
"Yang benar saja...!!" Ucap Liana dengan nada tinggi sambil menggebrak meja, Dan, Ian dan Rei terkejut dengan tindakan Liana tadi. Dan pun sampai tersedak, ia berusaha untuk mengeluarkan makanan yang tersangkut di tenggorokannya.
"Uhuk..ahkk.." Ian juga membantu Dan dengan menepuk punggungnya.
"Ada apa denganmu Liana, kau mengejutkan kami...!" Ucap Ian sambil masih membantu Dan. Liana yang melihat itu hanya acuh saja, tapi masih bisa dilihat dia sedikit merasa malu. Akhirnya Dan berhasil menelan makanannya tanpa sengaja.
"Aku masih tidak habis pikir, kenapa kau bisa memiliki Element yang sangat berlawanan Dan Lighter..?" ucap Liana.
Dan memandang Ian dan Rei, mereka juga sepertinya ingin mengetahuinya. Dan berpikir, ia meletakan tanganya di dagunya.
"Hm.... aku sendiri tidak tau, memangnya kenapa...?" Tanya Dan balik.
"Kenapa tidak tau...bukanya.." sebelum Liana menyelesaikan perkatanya, Ian langsung memotongnya " Sudah Liana, apa kau tidak mendengar jawaban Dan tadi" Ucap Ian. Liana pun terdiam walau ia sendiri masih belum puas dengan jawaban Dan.
"Maaf Liana.., bukanya aku tidak mau menjawabnya aku memang tidak mengetahuinya, tapi kata orang tua ku ini adalah sebuah berkah yang di berikan kepadaku dan aku harus menggunakannya dengan baik dan bijak" Jelas Dan panjang lebar, semua jadi terdiam mendengar penjelasan Dan tadi.
"Ya kalau memang seperti itu mau bagaimana lagi" Ujar Ian sambil tersenyum.
"Tapi memang kenapa, sepertinya kalian..." ucap Dan
"Tidak, kami hanya heran saja, kau tau sangat jarang sekali orang yang memiliki Element yang berlawanan seperti itu, ditambah itu adalah Cahaya dan Kegelapan" ujar Ian,
"Memang kenapa...?" Tanya Dan lagi
"Kau bodoh atau tidak tau Dan, memangnya kau tidak merasakan apa-apa didalam tubuhmu" Ucap Liana, Dan menggelengkan kepalanya saja, Liana pun hanya menghela nafas panjang.
"Hahaha kau lucu juga Dan, Cahaya dan Kegelapan bagaikan dua kutub yang berlawanan, positif dan negatif.." Jelas Rei.
"Jika kau mempertemukan mereka, maka akan terjadi saling tolak menolak tapi jika kau tetap paksakan maka...."
"Dhuaarr..." lanjut Ian sambil memparagakan ledakan dengan tanganya. Dan hanya terdiam dan berpikir karena selama ini ia tidak merasakan sesuatu yang buruk terhadap tubuhnya itu tapi kemudian ia pun menyadari sesuatu.
"Jadi itu sebabnya... kenapa aku hanya bisa menggunakan salah satu dari mereka" ucap Dan.
"Apa maksudmu Dan...?" Tanya Ian.
"Jika aku menggunakan Cahaya aku tidak bisa menggunakan Kegelapan begitu pula sebaliknya" jawab Dan
"Oh.. jadi begitu, eh tapi.. bukannya berarti itu adalah kelemahanmu Dan, apa kau tidak apa-apa menjelaskannya kepada kami..?" Ujar Ian, sedangkan Dan hanya tersenyum saja dan berkata
"Tidak apa-apa, semua orang pasti mempunyai kelemahan tersendiri, setidaknya kalian tidak tau bahwa aku punya cara untuk mengatasi kelemahanku hihihihi..." Jawab Dan sambil tersenyum. Ian tersentak dengan jawaban Dan tadi 'Dia...'
"Tapi pertarunganmu dengan Zeres tadi menarik perhatian semua Murid disini, termasuk aku sendiri" Ujar Rei sambil tersenyum.
"Hahahaha... kau bukan hanya memenangkan Pertarungannya tapi juga memenangkan debatnya, aku yakin si Zeros itu.."
"Zeres.." timpal Rei setelah mendengar Ian salah mengucapkan nama Zeres.
"Zeres itu pasti malu setengah mati... hahahaha..." lanjut Ian.
"Hei... jaga sikapmu Pangeran" ujar Rei dengan maksud meledek sambil menasehati. Ian pun meresponnya dengan emosi, Dan terkiki geli melihat Ian dan Rei, sedangkan Liana menatap Dan dengan serius.
Dan tak sengaja melirik kearah Liana, dan itu membuat Liana menjadi salah tingkah, ia menutupinya dengan pura-pura minum (gak pura-pura amat)
{Teng...teng...teng..}
Bel berbunyi itu menandakan Jam pelajaran kedua akan segera dimulai, Dan, Ian, Liana dan Rei langaung menuju kekelas setelah membayar makanan di kasir.
Bukan hanya mereka berempat tapi semua Murid pun bergegas menuju kekelas masing-masing.
"Selamat siang semua, bertemu lagi denganku... semoga kalian tidak bosan" Ucap Shiro. dan direspon oleh murid perempuan dengan senanganya.
"Baiklah aku akan membahas tentang Element untuk hari ini, Apa kalian tau apa itu Element...?" Tanya Shiro sambil tersenyum "Putri Liana.."
Liana yang mendengar namanya dipanggil dengan imbuan 'Putri' mendecih tidak suka.
"Element adalah kekuatan untuk mengendalikan Alam atau sebutannya Roh Alam, setiap orang memiliki Element masing masing sejak lahir, ada 5 Element dasar yaitu Api, Air, Tanah, Angin dan Petir" jelas Liana.
"Yap... seperti yang dijelaskan Putri... ekhm... maksudku Liana, kalian semua disini pasti memiliki salah satu dari kelima Element dasar tersebut, orang yang bisa mengendalikan Element disebut Elementer " jelas Shiro.
"Sifat, aura dan kepribadian kalian juga bisa digambarkan melalui Element yang kalian miliki, contohnya Nona disana, aku tebak Elementnya Air. Karena ia begitu tenang tapi menghanyutkan" Canda Shiro, semua Murid tertawa, kecuali beberapa.
"Oke.. tadi hanya bercanda saja,selanjutnya saya ingin kalian semua maju satu bersatu dan mengambil kertas yang ada didalam kotak ini, lalu alirkan Chikara kalian ke kertasnya" lanjut Shiro.
Lalu terdengar suara ketukan pintu, Shiro pun menyuruhnya untuk masuk, setelah pintu dibuka terlihat sosok Murid beramput biru muda dengan pakaian Khas Kerajaan Assassin, dia adalah Zeres.
"Maaf Pak Guru aku terlambat.." Ucapnya, Shiro pun memaafkanya lalu ia menyuruh Zeres untuk maju duluan, Zeres yang tidak tau apa-apa hanya menurut saja, sikapnya sekarang sudah tenang dan terkendali walau raut mukanya datar tidak peduli.
Zeres melakukan apa yang diperintahkan oleh Shiro, mengambil secarik kertas lalu ia pun menyalurkan Chikaranya, secara tiba-tiba kertas itu terbelah menjadi dua kemudian basah seperti tersiram air lalu berubah menjadi Es. Semua muris terkagum-kagum melihatnya.
"Dua Element, masih termasuk hal yang wajar dimiliki oleh Elementer, tapi yang membuatnya langkah adalah seperti ini, baiklah Zeres terimakasih"Ujar Shiro lalu mencatatnya. Tidak menunggu waktu lama Zeres langsung ketempat duduknya. Lalu Shiro pun menunjuk Murid disamping Zeres untuk maju, terus seperti itu sampai akhirnya giliran Rei.
Rei mengalirkan Chikara nya lalu kertasnya pun menjadi kusut.
"Petir.." Ujar Shiro. Rei pun kembali ketempat duduknya, sekarang giliran Ian yang maju.
"Pak guru Element ku Api" Ucap Ian langsung. Sebenarnya kertas itu hanya sebagai media untuk mengethui Element seseorang, Ian yang sudah tahu (Males) langsung memberitahukanya kepada Shiro.
"Benarkah... aku tidak percaya" Ucap Shiro sambil menyerahkan secarik kertas kepada Ian. Terdengar decihan yang pelan dari Ian saat mengambil kertasnya. Tanpa aba-aba kertas itu pun langsung terbakar. 'Dia membakarnya' pikir Dan
"Baiklah aku percaya, silahkan kembali ketempatmu pangeran.." ujar Shiro. Urat dijidat Ian terlihat, kalau saja ia bukan didalam kelas bisa dipastikan Ian akan meledakan Apinya. Dengan perasaan yang jengkel Ian pun kembali ketempatnya.
Dan yang melihat itu hanya terkekeh pelan, lalu Dan pun maju. Ia mengambil kertasnya dan mengalirkn Chikaranya, dengan cepat kertasnya terbelah menjadi 2, disisi kanan berubah menjadi hitam legam dan sedangkan sisi lainya masih putih tapi mengeluarkan seberkas Cahaya.
Shiro terkejut melihatnya.
"I-ini.... tidak bisa dipercaya" ucap Shiro. Semua murid memandang Shiro dengan heran.
"Apa disini ada yang bisa menebak Element yang dimiliki Dan?" Tanya Shiro, semua murid menatap satu sama lain, Shiro yang merasakan bahwa tidak ada satu pun yang tau berniat untuk menjelasknya tapi...
"Inti dari Element, Cahaya dan Kegelapan" Ian langsung menjawabya.
"Tepat sekali..." semua murid kelas Xa terkejut kecuali Liana, Ian, Rei dan Zeres.
"Inti dari Element.....?" Ucap Dan tidak tau.
"Jarang sekali ada orang yang memiliki Element ini atau bisa dikatakan tidak ada, Dewi Havestal adalah satu-satunya yang bisa menggunakan Inti Element ini untuk membuat Element dasar, jika kau memang mengendalikan Inti Element kau memiliki peluang untuk bisa mengendalikan semua Element, Dan Lighter.." Dan menatap tidak percaya kepada Shiro, ia baru pertama kali mendengarnya, selama ini yang ia tahu hanya mengendalikan kedua Kekuatan itu.
"Aku yakin kau bisa menggapai Impianmu, menjadi seorang Healther. Tapi kau juga memiliki resiko menjadi Destroyer jika salah menggunakan kekuatan itu" ujar Shiro.
Dan menelan ludahnya sendiri, ia pun dipersilahkan untuk duduk kembali. Dan bisa mendengar bisikan dari murid lain tentangnya.
Lalu giliran Liana yang maju, kertas yang dipegang Liana terpotong menjadi dua lalu seketika berubah menjadi basah lalu hilang bagaikan debu.
"Woh.. para bangsawan benar-benar hebat, kau memiliki 3 Element Nona Liana.." Tanpa disuruh Liana kembali ketempatnya.
Lalu dilanjutkan Murid disamping Liana, terus sampai Murid yang terakhir, Shiro pun nampaknya sudah puas dengan hasil yang ia peroleh.
"Baiklah, dengan begini aku sudah mengetahui Element kalian semua, ingat teruslah berlatih supaya Hadiah yang diberikan kepada kalian tidak sia-sia" ucap Shiro dan dibalas oleh semua murid. Lalu tak berselang lama Bel istirahat kedua berbunyi. Shiro pun menyudahi pelajaranya lalu sosoknya menghilang setelah melewati pintu. Semua murid kelas Xa berhamburan keluar untuk sekedar berkeliling atau pergi kekantin, tapi ada juga yang masih dikelas.
Dan melihat kearah Zeres yang sedang menyandarkan kepalanya ketangan kanannya. Dan berdiri lalu menghampirinya.
Walau Matanya tertutup Zeres bisa mengetahui orang yang sedang berada didepanya. "Cih... untuk apa kau kesini, apa kau belum cukup menghinaku" ucap ketus Zeres.
Dan hanya tersenyum sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "A-aku tidak pernah berpikiran seperti itu, bagaimana keadaanmu..? Apa masih ada yang sakit..?" Tanya Dan ragu-ragu. Zeres mengangkat satu alisnya.
"Apa kau kesini hanya untuk menanyakan keadaanku..?" Tanya balik Zeres.
"Ya..hehehe. sebelumnya perkenalkan Namaku Dan Lighter" ucap Dan sambil menyulurkan tangannya ke Zeres.
"Sudah terlambat jika ingin berkenalan.." Ucap Zeres masih ketus "Aku Zeres Kashin, bangsawan dari kerajaan Assassin" lanjutnya tapi tidak menjabat tangan Dan.
Rei yang tiba-tiba muncul disampin Zeres memegangi tangan Zeres agar mau berjabat tangan dengan Dan.
"Kenalan macam apa itu tidak berjabat tangan.." celetuk Rei.
"Hei apa yang..." Zeres nampak terkejut, Rei mengarahkan tangan Zeres kearah Dan lalu akhirnya mereka pun berjabat tangan.
Dan tersenyum kearah Zeres. Sesaat Zeres merasa tubuhnya terasa nyaman lalu seketika Chikaranya langsung pulih serta rasa sakit dikepalanya menghilang.
"Maaf Tuan Zeres karenaku kau jadi.."
"Tuan, siapa yang kau panggil tuan, namaku Zeres dan lagi untuk apa meminta maaf untuk pertarungan seperti tadi, lagian serangan seperti itu tidak akan membuatku terluka" Ucap Zeres panjang lebar. Dan tersenyum senang saat mendengarnya.
"Kalau begitu perkenalkan namaku Rei Leighton" Ucap Rei yang langsung menyambar tangan Zeres untuk berjabat tangan. Zeres merasa heran dengan tingkah Rei.
"Apa kau lapar Zeres..?, kalau iya aku akan menemanimu kekantin... ayo cepat..!" Tanpa mendengar jawaban dari Zeres, Rei langsung membawa -menarik- Zeres. "Kau mau ikut Dan..?" Tawar Rei. Tapi dibalas gelengkan kepala oleh Dan.
"Tu-tunggu dulu..." Sosok Rei dan Zeres pun tidak terlihat lagi saat melewati pintu. Dan yang melihat adegan itu hanya terkekeh pelan. Lalu dengan santai Dan pun keluar dari kelas.
Ian dan Liana masih berada di dalam kelas, mereka masih di tempat duduk masing masing. Ian meletakan kepalanya diatas meja sambil menghadap kearah jendela, sedangkan Liana hanya duduk dengan tangan dilipat kedada, selama beberapa menit tidak ada pembicaraan apapun, mereka terdiam sampai akhirnya Ian memulai pembicaraan.
"Liana apa perkataanmu saat perkenalan..." Ian menjeda ucapannya.
"Serius untuk membantu Dan, menggapai impiannya..?" Lanjutnya
Liana memproses pertanyaan Ian tadi. Seperti yang ia pikirkan saat itu, ia berkata seperti itu untuk membalas semua perkataan yang mengarah kepada Dan atau Rasnya -Assassin-
"Sudah kuduga kau berkata seperti itu hanya untuk memenuhi hasratmu saja.." tebak Ian.
"Memang kenapa, bukankah kau juga sama..?" Balas Liana.
"Awalnya memang begitu. Tapi..." jeda Ian "Aku sudah memutuskan untuk ku jadikan sebagai tujuanku sementara" lanjutnya, lalu Ian pun berdiri dan berniat untuk keluar dari kelas. Liana hanya melihat saja dengan tatapa serius.
Ian berjalan di koridor Akademi, ramai Murid yang berlalu lalang atau mengobrol di depan kelas, tapi Ian tidak memperdulikan nya walaupun ada yang berteriak atau menyapanya.
Langkah Ian terhenti lalu menghela nafas panjang
"Sampai kapan kau mau mengikutiku Putri Liana..?" Ucap Ian. Liana yang berada dibelakang terkejut.
"Me-mengikutimu, ja-jangan salah paham dulu! Kebetulan kau sedang berada didepanku saja" balas Liana mencoba untuk mengelak tapi sayanganya wajah Liana tidak bilang begitu.
Ian memandang keluar jendela, pemandangan taman Akademi Havent terlihat sangat jelas, dekorasi tamannya juga sangat apik. Banyak murid yang memilih taman sebagai tempat untuk istirahat.
"Bagaimana menurutmu tentang Dan....?" Tanya Ian sambil bersender di jendela.
Liana pun ikut bersender di dekat jendela. "Assassin yang polos, merepotkan dan ceroboh. Tapi dia adalah Assassin yang baik, ceria dan juga..." pipi Liana sedikit memerah membayangkan Dan.
"Tampan" Celetuk Ian dan itu membuat Liana tambah memerah.
"A-apa yang kau katakan..." gagap Liana. Ian terkekeh geli melihat sifat Liana yang seperti anak kecil itu.
"Pemikiranku sama denganmu Liana, bisa dibilang dia Assassin pertama yang memandang ku bukan sebagai pangeran" ujar Ian.
"Mungkin karena dia bodoh..." Ucap Liana. Ian terkekeh mendengar ucapan Liana.
"Hm.... mungkin kau benar, tapi aku lebih suka orang seperti itu daripada para bangsawan bodoh itu" ucap Ian
"Hahaha... ingat kau salah satu bangsawan bodoh itu" celetuk Liana. Mereka berdua pun tertawa,
"Ian sebenarnya kau mau kemana?" Tanya Liana. Ian menggerakan bola matanya keatas, ia nampak sedang berpikir.
"Ntah... aku hanya ingin jalan-jalan saja, dan kau kenapa mengikutiku?" tanya balim Ian.
"Aku kira kau mau mencari Da.. hmp" Liana menutup mulutnya dengan kedua tangannya, hampir saja ia keceplosan. Ian menatapnya dengan senyuman anehnya, wajah Liana memerah padam.
Suasana kembali hening, Ian memandang keluar jendela. Angin meniup pohon dengan lembutnya, sejenak mata Ian menangkap sesuatu dibalik dedaunan yang rimbun disalah satu pohon. Dia melihat ada seseorang yang sedang duduk didahan pohon.
"Itu Dan..!" Ucap Ian tiba-tiba. Liana tersadar dari lamunannya, ia sedikit terkejut lalu melihat apa yang Ian lihat, memang benar itu adalah Dan. Ia sedang duduk didahan pohon yang cukup rindang, diam tak bergeming sepertinya sedang melamun.
Ian tiba-tiba menghilang bersamaan dengan bulu-bulu gagak, sedangkan ditempat Dan, ia sendiri sedang bermain dengan kakinya yang tergantung kesana kemari. Lalau dari samping Ian muncul bersamaan dengan bulu Gagak.
"Yo..."
Dan terkejut, jantungnya memompa lebih cepat. Hampir saja ia kehilangan keseimbangan karena kemunculan Ian yang mendadak itu, tapi bukan hanya itu saja di samping Dan lagi tanpa diduga muncul sosok Perempuan berambut Merah, Liana. Itu membuat Dan tambah terkejut, pada akhirnya ia kehilangan keseimbangan, Dan terjungkal kebelakang.
Ian dan Liana panik, Liana mencoba untuk menghapai tangan Dan. Tapi naas untuknya, ia terpeleset setelah berhasil memegangi Dan. Ia pun ikut terjatuh juga. Keduanya jatuh dari atas pohon, tapi dengan reflek yang bagus Dan menarik Liana kepelukannya lalu sebelum sampai ke tanah, Dan menghilang diikuti oleh Cahaya.
Liana perlahan membuka matanya dan melihat kondisi Dan, ia kira Dan pingsan. Liana mencoba untuk membangunkan Dan.
"Dan... Bangun Dan...!" Ujar Liana sambil menggoyang-goyangkan tubuh Dan.
Dan perlahan membuka matanya bersamaan dengan itu Ian pun datang, "Dan kau tidak apa-apa?" Katanya. "A-a-khu..ti-thidak bhisa.." Ucap Dan seperti orang yang kehabisan nafas sambil menunjuk tangan Liana yang sedang menekan dada Dan sebagai tumpuannya. Liana yang mengetahui itu langsung menyingkirkan tanganya.
"Maaf..Dan..!" Dan pun bisa bernafas dengan lancar lagi, Ian yang melihat posisi Dan dan Liana saat ini bisa dibilang cukup ekstrim untuk dilakukan diluar. Kenpa tidak, Liana masih belum sadar ia sedang duduk diatas Dan yang masih terjatuh -posisi tidur terlentang-
"Ekhm.... Apa kalian tidak mau berdiri, sepertinya nyaman sekali.. hihihi.." Celetuk Ian, Liana baru tersadar posisinya, wajahnya memerah dengan cepat. Dengan sigap Liana berdiri dan tanpa sengaja ia menepuk perut dengan keras. Dan meringis kesakitan sambil memegangi perutnya.
"Sepertinya yang akan melahirkan adalah Dan... hahahahaha..." Ucap Ian yang tidak henti-henti menggoda Liana. Orang yang digoda pun tambah merah wajahnya, sudah seperti kepiting rebus. Sesaat Liana baru menyadari tempat mereka jatuh dengan pohonnya agak jauh.
"Tadi apa yang terjadi...?" Tanya Liana. Ian berhenti tertawa dan memandang kearah Liana. "Kau tidak ingat..? Kau tidak merasakannya?" Kata Ian kembali. Liana menggelengkan kepalanya.
"Tadi sebelum kalian jatuh, dengan sekejap kalian menghilang seperti ditelan Cahaya lalu muncul ditempat ini bersamaan dengan Cahaya" Kata Ian menurut pandangananya. "Atau lebih lengkapanya lagi tanya saja ke orangnya.." lanjutnya sambil melirik kearah Dan.
Dan kini sedang duduk sila sambil memegangi perutnya, ia merasa dipandang oleh dua orang beda gender ini. "Teknik dasar Skill Assassin, Shunsin" ucap Dan,
"Ka-kau bisa Shunsin Dan..?" Ucap Liana langsung.
"Tentu saja..! pertanyaanmu itu seperti meledek Liana" Jawab Dan.
Ian pun berpikir seperti itu, yang membuatnya tambah terkejut adalah Dan menggunakan Element Cahayannya sebagai media Shunsin, Ian berani taruhan tidak ada Shunsin yang secepat Dan. Kemudian Ian pun membantu Dan untuk berdiri.
"Apa bangsawan hobi sekali mengerjai seseorang...?" Sindir Dan yang merasa ia dikerjai oleh dua orang bangsawan beda gender ini. Ian dan Liana menatap satu sama lain lalu tertawa.
"Hahaha... maaf Dan aku tidak bermaksud untk mengerjaimu, kebetulan aku melihatmu berada didahan pohon itu jadi aku berniat untuk menghampirimu" jelas Ian. "Tapi awalnya aku kira cuma aku saja tapi tak kusakangka Putri ini menghampirimu juga hahahaha... mungkin dia yang ingin mengerjaimu hahahaaha.." lanjutnya dan diakhiri dengan tawanya. Liana memerah lagi, kali ini malu ditambah marah karena diledek Ian terus dari tadi, dalam hatinya ia berniat untuk menghajar si pangeran itu.
"Memang kalian tidak ada kegiatan lain...?" Tanya Dan. Ian berhenti tertawa lalu menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Ya sebenarnya..." Ian tidak tahu harus berkata apa, jika saja ia tidak melihat Dan tadi ia tidak tau harus melakukan apa lagi untuk mengisi waktu istirahanya.
"Lebih baik kita cari tempat untuk berteduh dulu..." usul Liana, dengan cepat Ian dan Dan pun setuju, mereka bertiga menelusuri area sekitar Taman, Matahari sudah tergelincir kebarat tapi panasnya masih terasa menyengat. Sesekali mereka bercakap-cakap dan sesekali mereka terlihat acuh terutama Ian dan Liana saat bertemu atau berpapasan dengan Murid bangsawan yang lain. Salah satu dari mereka ada yang menghina Dan, andai saja Dan tidak menahan Ian sudah dipastikan Bangsawan itu akan dibakar hidup-hidup oleh Ian.
"Bagaimana kalau kita berteduh didahan itu, kelihatanya cukup kuat untuk kita bertiga?" Tunjuk Ian kesalah satuh pohon yang memiliki dahan yang besar.
"Baiklah..."
"Boleh juga.." ucap Dan dan Liana.
"Ja... kalau begitu antar kami kesana Dan" Ucap Ian,
"Baiklah, pegangan Tuan dan Nona Assassin..." Dan memegangi pundak Ian dan Liana lalu dengan sekejap mereka bertiga sudah ada di dahan pohon itu. Ian merasa takjub, sensasi Shunsin Cahaya Dan benar-benar membuat tubuhnya merinding. 'Cepat sekali...' Pikir Ian.
Dan duduk didahan sedangkan Ian bersandar di batang pohonnya. Dan melihat ke Gedung Akademinya, jika ia membayangkan lagi betapa beruntungnya ia bisa bersekolah di Akademi Havent ini. Ia masih tidak percaya bahwa dirinya diterima disini ditambah ia langsung mendapatkan teman dari kalangan Bangsawan.
"Ian, Liana. Boleh aku tanya sesuatu..!" Pintah Dan. "Tanya apa..?" Tanya Ian.
"Apa kalian tidak apa-apa dekat denganku..?" Ian dan Liana menatap satu sama lain, sejujurnya Dan sendiri merasa tidak enak jika terus berdekatan dengan mereka. Dengan alasan berbedaan status.
"Apa maksudmu Dan...? Jangan bilang karena berbedaan status.." sebelum Ian menyelesaikan perkataannya Dan menjawabnya dengan mengangguk.
"Memang kenapa Dan, apa itu mengganggumu..?" Kali ini Liana yang bertanya.
"Ya sejujurnya tidak juga.., tapi jika aku lihat sepertinya banyak sekali yang tidak suka jika aku dekat dengan kalian, aku pikir lebih baik..." Liana sedikit Geram dan langsung menarik kerah baju Dan sehingga ia harus berdiri.
"Dengar kan aku Pangeran Kegelapan dan Cahaya, apa hanya karena celotehan dari orang lain kau mau meninggalkan kami..?" Ucap Liana dengan nada yang tinggi sambil masih mencengkram karah baju Dan.
Dan terdiam tak bergeming, ia manatap Mata Liana yang menatap tajam kearahnya. Jika dilihat lebih dekat mata Liana bagaikan berlian langit biru yang sangat indah menurut Dan saat ini.
"Bukan itu maksudku, tapi..." Ucap Dan ragu-ragu.
"Apa..! Kau mau bilang aku hanya orang biasa sedangkan kami adalah Bangsawan, apa hanya karena itu kau ingin menjauh dari kami..!" Ucap Liana langsung dengan sedikit geram. Dan menelan ludahnya, ia tidak tau harus berkata apa lagi.
"Bukankah kau yang bilangkan, kita adalah Assassin. Kita berasal dari nenek moyang yang sama, Bangsawan hanya lah sebuah gelar untuk orang yang memiliki harta yang melimbah tapi tetap saja mereka masih dipanggil sebagai manusia kan, sebagai seorang Assassin. Jadi untuk apa kau ragu berteman dengan kami, kau pun bisa mendapatkan gelar bangsawan dan aku pun bisa mendapatkan gelar orang biasa-Miskin-..." jelas Liana panjang lebar, suasana menjadi hening bahkan sampai suara kicauan burung pun terdengar. Bagian wajah Dan tertutup rambutnya, lalu kemudian Dan memegangi tangan Liana yang mencengkram kerah bajunya, dengan perlahan Dan melepaskan cengkraman Liana.
"Maafkan aku Liana, aku seharunya tidak bertanya seperti tadi. Jika dibandingkan aku lebih suka dekat dengan kalian, awalanya aku tidak memperdulikan tentang berbedaan Status, tapi saat bertemu dengan orang-orang seperti Zeres aku berpikir dua kali. Aku tau siapa aku dan posisiku, ini bagaikan padi ditumpukan emas. Hari ini aku berurusan dengan Zeres, ntah apa yang akan ku lalui jika dekat dengan kalian terus dan kalian juga sama kan, kalian akan mendapatkan masalah jika terus dekat denganku, setidaknya begitu pemikiranku saat ini" ujar Dan dengan wajah melihat kebawah.
Ian yang sedari tadi diam menghela nafas panjang, ia masih bersender di batang pohon sambil melipat kedua tangannya kedada.
"Setiap orang memiliki pandangan yang berbeda, kau tidak akan terus bertemu dengan orang-orang yang pemikirannya sama denganmu. Jika tidak seperti itu, tidak akan ada warna dalam hidup ini. Dari dulu sampai sekarang pun sama, pasti ada berbedaan. Jadi untuk apa kau bingung Dan, tetaplah dengan keyakinanmu, pendirianmu dengan begitu kau bisa menghadapi perbedaan itu bahkan aku bisa membuat solusi yang baik untuk kedua atau lebih banyak pihak, kalau aku sendiri sama sepertimu Dan, aku tidak pandang bulu kepada semua orang. Kalau menurutku dia adalah orang yang baik aku senang bisa dekat dengannya walaupun dia berasal dari kalangan bawah ataupun atas begitu pula sebaliknya. Ya... jika boleh jujur aku lebih suka bergaul denganmu daripada teman kelas yang lain. Aku yakin Liana pun begitu..." Ucap Ian, Dan sendiri tidak percaya dengan apa yang dikatakan Ian. Memangnya ia memiliki apa sehingga mereka senang dengannya. Dan pun tersenyum, ntah kenapa ada perasaan yang lega didalam hatinya.
"Kau benar Ian, padahal jawabannya simpel tapi aku tidak menyadarinya. Terimakasih Ian, Liana... jadi mulai sekarang kita berteman...?" Ucap Dan.
"Bodoh kau Dan, baru menyadarinya..!" Ujar Liana.
"Hahaha... bukan sekarang tapi memang kita sudah mulai berteman sejak perkenalan tadi pagi kan" Ujar Ian, angin menerpa Dan, itu membuat rambutnya terangkat dan menampakan mata Dan yang berwarna hijau muda bagaikan daun.
"Senang bisa berteman dengan kalian Ian, Liana...." Ian tersenyum, sedangkan Liana sedikit terpana saat Dan menatap dirinya, efek dari hembusan angin tadi membuat Dan terlihat mempesona menurut dirinya.
"Eekhm.... mau sampai kapan kalian berpegangan tangan.." Celetuk Ian, Dan baru menyadari sesuatu ternyata dari tadi ia belum melepas tangan Liana, bahkan Liana sendiri pun baru menyadarinya. Dengan cepat Dan melepaskan genggamanya.
"Maaf Liana..!" Ucap Dan dengan wajahnya sedikti memerah.
"Ti-tidak apa-apa.." Jawab Liana dengan gagap dan tak kalah merahnya dengan Dan. Mereka berdua tersenyum setelah adegan malu-malu kucing tadi, Dan yang melihat senyuman Liana ditambah hembusan angin yang tiba tiba lewat ntah dari mana menerpa helaian rambut merah Liana membuatnya terpesona, matanya sedikit membulat seakan mau melihat dari semua sisi penglihatannya.
"Ternyata Liana kalau sedang tersenyum, Cantik juga.... hihihi" ujar Dan secara sepontan, tapi itu suksek membuat Liana menjadi kepiting rebus dengan asap yang mengepul di atas kepalanya. Kalau saja diperhatikan secara teliti, terdengar sedikit suara cekikikan tapi sedang ditahan agar tidak keluar. Benar saja Ian sedang menahan tawanya melihat ekspresi Liana.
Liana ntah kenapa mulai geram, ia mengepalkan tangannya dengan sangat erat. Beberapa detik kemudian muncul sebuah Magifuin -Segel lingkaran Sihir- lalu dari situ keluar sebuah Chain-Rantai- berwarna hijau dengan ujung rantainya seperti Pisau pipih. Dan merasakan firasat tidak enak dari Liana, begitupula dengan Ian. Dengan cepat Liana melempar ujung Chainnya kearah Dan, tapi dengan reflek Dan menunduk menhindari Chain Liana dan sekarang ia malah menuju kearah Ian.
{Tak..brakk..}
Chain Liana menembus batang pohon jarak antara kepala Ian hanya beda beberapa Centi, jika saja Ian tidak menggerakan kepalanya kesamping sudah dipastikan akan langsung berlubang. Wajah Ian sedikit berkeringat, ia ngeri sendiri melihat Chain Liana disampingnya jika benar benar mengenai kepalanya.
"Ha... ha.... ha.." Dan dan Ian bisa mendengar suara nafas Liana, sepertinya ini tidak akan cepat selesai menurut mereka berdua. Liana menatap Mereka tajam, bulu guduk Ian dan Dan berdiri itu adalah peringatan untuk mereka supaya kabur dari sana, jika tidak maka...
Dengan cepat Mereka berdua langsung turun dari pohon dan berlari menjauhi Liana, tapi tidak ada ceritnya Predator meninggalkan mangsa empuk didepan mereka. Liana mencabut Chainnya yang menancap dipohon lalu langsung mengejar Ian dan Dan. "Jangan pergi kalian.....!" Teriak Liana
"WUAAAA..." Teriak Dan dan Ian bersamaan, dengan cepat Liana sudah berhasil mengejar mereka berdua. Aksi kejar-kejaran pun dimulai, hari itu tampang sangat panjang bagi mereka bertiga.
(Ditempat lain)
Terlihat sesosok laki-laki berambut pirang dengan gaya rambutnya cukup unik, ia sedang duduk sambil memandang keluar jendela, lalu beberapa saat kemudian ia mendengar suara Teriakan dan kegaduhan dari bawah dan pada saat melihat kesumber suara, matanya sedikit membualat, melihat sosok Laki-laki yang sedang dikejar oleh Perempuan dengan membawa rantai ditangannya.
"Dia.... Dan...!"
~Bersambung~