Suasana sore yang indah di Akademi Havent, cahaya matahari yang tidak begitu panas. Sensasi lelah karena beraktifitas sungguh terasa oleh para Murid, tapi walau begitu tidak membuat mereka berhenti untuk belajar.
"Jangan lari kalian...!?" Ucap Liana sambil mengejar kedua orang didepanya.
"Wuaaaa..." Teriak Dan dan Ian.
{Cring.... Dhomm...brak.}
Tanah di taman tersebut hancur menjadi berantakan karena ulah Liana, ia berniat untuk mengenai Dan dan Ian tapi karena Skill ngeles-menghindar- mereka sangat baik jadi kebun disamping mereka yang menjadi sasaran dari Chain Liana. Tapi sepertinya bukan hanya itu saja, Liana membabi buta melakukan serangan demi serangan. Ledakan terjadi di perjalanan mereka.
"Ke-kenapa Liana menjadi begini...!?" Ujar Dan dipelariannya.
"Itu karena kau bilang ia Sangat Cantik, dasar.....!?" Jawab Ian, Dan sedikit heran dengan itu.
"Itu kan pujian...! tapi kenapa dia marah...!"
"Itu bukan Pujian, itu penghinaan...!!"
Na'as Liana mendengar perkataan Ian tadi dan itu membuatnya tambah marah, interval serangan menjadi lebih singkat dan cepat, Dan mencoba untuk melihat kebelakang ia melihat Liana sedikit menakutkan, bukan sedikit tapi memang menakutkan. Dan bergidik ngeri, Chain Liana mengenai tanah disamping Dan.
Dan kalang kabut karena tadi hampir saja, ia memegangi kepalanya takut apabila ada sesauatu yang meloncat atau terbang kearahnya.
"Hei.... Nenek Lampir..! Berhenti...!?" Teriak Ian, tapi bukannya berhenti Liana semakin menajdi.
"Ian...!" Teriak Dan sedikit kesal karena Ian hanya memperburuk suasana saja.
-Dikelas Xb-
"Kakak... ayo temani aku beli Bolu...!" Ucap Perempuan itu sambil menarik tangan sang laki-laki.
"Nailil apa kau tidak bisa beli sendiri, aku sedang malas untuk keluar...!" Ujarnya,
"Ayolah Kak Ozi, aku masih sedikit malu" Ucapnya, sang perempuan itu memiliki sepasang telinga yang runcing dan rambut pirang dikuncir kuda, ia mengenakan pakaian serba hijau khas Ras Archer.
"Lawanlah rasa malu itu Nailil..!" Ucap laki-laki yang dipanggil Kak Ozi oleh Nailil. Ozi memakai pakaian serba Hitam dengan bando hijau yang melintang didahinya memiliki telinga yang sama dengan Nailil tapi warna rambutnya adalah Hitam. Jika dilihat wajahnya dengan Nailil hampir sama yang membedakan hanya gaya rambut dan warnanya.
"Hahaha.. baiklah Nailil bagaimana jika aku yang temani..?" Tawar seorang dengan pakain yang selaras dengan Nailil tapi untuk Pria, fisiknya pun hampir sama dengan Nailil hanya saja ia memiliki rambut yang panjang sepinggang.
"Rian, tolong ya...! Aku sedang malas untuk keluar..!" Ujar Ozi kepada laki-laki disampingnya, Rian. Nailil berhenti menarik tangan Ozi, bisa dilihat raut muka cemberut di wajah Nailil.
"Baiklah, ayo Rian.! Akan kupastikan kau tidak kebagian Bolunya Kakak..!" Ucapnya lalu Nailil pun melangkah menuju kepintu Rian hanya tersenyum sambil mengangkat kedua bahunya kearah Ozi.
Ozi sendiri mengangkat salah satu ujung bibirnya keatas "Hehehe.." lalu menghela nafas panjang. Ia bersender dan kedua tanganya dibiarkan tergeletak lemas disampingnya, matanya menghadap kepapan tulis didepan, kosong tidak ada coretan atau tulisan disana. Telinga Ozi bergerak, menangkap frekuensi suara yang hingkap di telinganya.
'Ledakan...' pikirnya, bukan hanya itu saja, suara teriakan pun ikut terdengar. Dengan cepat ia memandang kearah jendela.
Mata hitamnya menangkap 3 Sosok yang sedang bermain kejar-kejaran, setidaknya itu yang dipirkannya. Suara ledakan itu berasal dari hantaman Chain ketanah yang dibawah oleh seorang perempuan yang mengejar 2 laki-laki didepanya.
"WHuaaAaaAaa...!!!!"
Suara teriakan dari kedua laki-laki itu terdengar kencang saat melewati ruangan Ozi dan mulai menghilang bersamaan dengan hilangnya ketiga sosok itu. Ozi heran dengan apa yang dilakukan mereka bertiga.
-15 menit kemudian-
"Hah...hah...hah..." Suara nafas dari mereka bertiga sangat terdengar jelas, setelah acara kejar-kejaran, mereka memutuskan untuk berhenti sejenak untuk istirahat. Ian mengangkat tangannya kedepan lalu tercipta Magifuin. Ian memasukan tangannya kedalam Magifuin itu dan mengeluarkan dua botol air.
"Ini.." Ian pun menyerahkan kepada Dan, ia pun menerimanya. Tapi Dan memberikan kepada Liana terlebih dahulu, Liana yang melihat itu langsung menerimanya, membuka tutup botolnya dan langsung meminum hampir setengah botol. Kemudian ia berikan lagi kepada Dan.
Dan melihat Ian sudah menghabiskan semua air yang ada dalam botolnya, dia pasti sangat kelelahan. Tanpa pikir panjang Dan langsung meminumnya, Liana yang tidak sengaja melihat Dan minum, merona.
"Hua.. segarnya.." Ujar Dan.
"Sialan... aku kira akan mati tadi" Ujar Ian.
"Hm... itu salahmu sendiri" timpal Liana.
Berdebatan kecil terjadi diantara Liana dan Ian, Dan yang duduk ditengah mereka hanya pasrah. Ia menyenderkan punggungnya ke senderan bangku lalu mendongak kan kepalanya keatas, langit yang begitu cerah terpampang jelas di atas, awan berlalu lalang mengikuti arah angin.
"Kalian berdua berhenti, bertengkar.." Lerai Dan, ia mencoba untuk menjauhkan mereka berdua. Tanpa diduga mereka menurut saja.
"Ngomong-ngomong kapan Bel pelajaran berikutnya bunyi..?" Tanya Dan.
"Bel..? Oh maksudmu itu, walau tidak jelas aku sebelumnya mendengarnya, Sekitar 10 menit yang lalu" Ujar Ian lalu ia bersender di bangku.
"Eh..!" Ucap Dan dan Liana bersamaan.
1...
2....
3...
"Waaa..." Dan dan Liana langsung berlari menuju kekalas, bahkan Ian yang tadi memejamkan matanya pun langsung bangun dan berlari didepan, langkah mereka semakin cepat, lorong demi lorong, koridor demi koridor mereka lewati. Tak hayal mereka membuat beberapa Murid yang sedang ada di Lorong koridor terkejut, didepan mereka terlihat seorang Perempuan yang sedang membawa kardus yang cukup besar dan ada satu lagi kardus berukuran kecil diatasnya.
Tapi karena pikiran Liana dan Ian sedang tergesa-gesa, mereka melewati perempuan itu dengan kecepatan yang cukup tinggi. Itu membuat perempuan itu terkejut, saat dilewati Liana ia kehilangan keseimbangan, akhirnya saat Ian yang lewat Ia terjatuh, kacamata yang ia kenakan terlepas dan melempar kardus yang ia bawa keatas.
Segala isinya keluar, karena gaya Gravitasi barang-barang itu jatuh dan ingin menimpa Perempuan itu. Ia pun menutup matanya bersiap menerima semua serangan itu.
"....."
Sekian detik ia tidak merasakan apa-apa, ia pun mencoba untuk membuka matanya dan melihat ada sosok laki-laki didepannya sambil membawa kardusnya.
"Eee..." ternyata itu Dan, posisinya terlihat lucu jika dilihat dari samping. Berdiri dengan hanya satu kaki, sedangkan kaki yang lainya terangkat kebelakang, dikepalanya ada kardus kecil, dan kedua tangannya sedang menahan kardus besar agar tidak menimpa Perempuan itu.
Perempuan itu langsung tersadar, ia berdiri dan merapikan pakaianya dan mengambil kacamatanya. Dan pun membenarkan posisi berdirinya.
"Kau tidak apa-apa, Nona..?" Tanya Dan.
"Aku tidak apa-apa, terimakasih Tuan"
"Tidak, tidak. Sebelumnya aku minta maaf atas kelakuan temanku tadi, kami sedang terburu-buru jadi..."
"Tidak apa-apa.."
Dan merasakan kardusnya cukup berat untuk dibawa oleh perempuan.
"Kau mau kemana dengan kardus ini..?" Tanya Dan.
"Aku mau ke perpustakaan" ucapnya.
"Sebagai tanda maafku, akan ku bawakan sampai kesana. Ayo..!"
Terlihat wajah perempuan itu terkejut, ia tidak ingin merepotkan Dan, tapi Dan tetap ingin membantunya. Tak ada pilihan lain perempuan itu pun menerima bantuan Dan, ia hanya membawa kardus yang kecil saja.
"Nama anda siapa Tuan baik hati..?" Tanyanya, Dan terkekeh pelan mendengar julukan yang diucapkan oleh perempuan disampingya.
"Namaku Dan, Dan Lighter" Si perempuan terkejut, ia memegangi gagang kacamtanya dan melihat Dan dari bawah sampai atas. Lalu kemudian ia tesenyum.
"Pantas saja rasanya tidak asing, Dan Lighter. Murid yang mendapatkan peringkat tiga saat ujian masuk Akademi" ujarnya. Dan kembali terkekeh pelan.
"Kalau begitu, Perkenalkan namaku Oca, Oca Magiwise. Aku kelas Xc, salam kenal Tuan baik hati Dan Lighter. Hihihi.."
Dan menjadi salah tingkah, ia menyuruh Oca agar berhenti menyebutnya seperti itu. Disepanjang jalan mereka asik berbincang sampai tidak terasa sudah berada didepan perpustakaan. Oca mengambil kuncinya lalu memasukan kelubang kunci, pintu perpustakaan pun dibukanya, Dan mengikuti Oca masuk.
"Ini mau taruh dimana...?"
"Disitu saja..?"
Dan pun menaruh ditempat yang ditunjuk Oca tadi "Terimakasih, Tuan Dan" Ucap Oca.
"Sudah kubilang berapa kali, panggil saja Dan" Ucap Dan salah tingkah setiap dipanggil Tuan. Ia pun melihat kearah jam diperpustakaan, ia teringat kenapa mereka terburu-buru, ia pun permisi kepada Oca dan dibalas senyuman olehnya. Tapi sebelum itu Oca memberikan sekantung makanan ringan kepada Dan, awalnya Dan menolak tapi akhrinya ia pun menerimanya karena jika tidak begitu ia akan ditahan oleh Oca, setelah itu Dan langsung berlari menuju kekelasnya.
Ditengah-tengah larinya, ada seorang Perempuan yang sedang berjalan dari arah sebaliknya. Dan terus maju melawati perempuan itu, Rambut Silvernya bergoyang diterpa angin yang mengikuti Dan, kemudian Perempuan itu berhenti dan melihat kebelakang.
"Dia...." Ucapnya sambil melihat Dan lalu sosok Dan pun hilang saat belok di persimpangan jalan.
Akhirnya Dan tiba didepan kelasnya, tangannya sedikit gemetar saat ingin membuka pintu terkadang ia menelan ludahny sendiri, keringat dipelipisnya mulai muncul, dan dengan keberanian ekstra tinggi Dan membuka pintunya.
"Kau datang juga Tuan Putih-Hitam...!" Ucap Shiro. Dan melihat kedua temanya itu sedang berdiri didepan papan tulis.
"Tuan Putih-Hitam silahkan ambil tempatmu.." Ujar Shiro.
Dan langsung menuju ke samping Liana, kini bisa dilihat 3 orang dari Ras Assassin sedang berdiri untuk menerima hadiah dari Shiro karena terlambat dihari pertamanya.
"Jadi..., apa alasan kalian terlambat..?" Tanya Shiro.
Sadar atau tidak secara bersama ketiga Assassin itu menelan ludah bersamaan. secara cepat, kepala mereka sudah melakukan simulasi untuk membuat alasan.
"Maaf Pak Shiro, tadi saat dijlalan kami melihat ada nenek-nenek kerepotan jadi sebagai Assassin yang baik kami membantunya lalu..."
Tangan Ian menyikut Liana, keringat dingin bercucuran dari pelipis Liana, ia terus berpikir untuk mencari alasan yang logis.
"Tak sengaja kami bertemu dengan kucing hitam, karena takut kena sial kami mengambil jalan memutar, hehehe" Lanjut Liana, Kaki Liana menyikut Dan. Dan sedikit terkejut, sekarang apa yang akan dikatakan Dan.
"Setelah menagambil jalan memutar tadi aku tak sengaja melihat murid yang kerepotan membawa kardus keperpustakaan, jadi aku menolongnya, makanya aku terlambat paling akhir, hehehe..." Ucap Dan, Liana dan Ian menghembus nafas lega.
"Sepertinya kalian mengalami petualangan yang panjang untuk sampai sini, baiklah karena kalian telah melakukannya dengan benar, aku akan memberikan kalian Hadiah..!?" Ucapnya sambil tersenyum. Secara bersamaan lagi mereka beriga menelan ludah, senyuman Shiro terlihat mengerikan dimata mereka.
"Huku...., Hadiah kalian adalah..?".
-Ditaman-
"Sial... padahal bukan aku yang mengancurkan taman tapi kenapa aku yang harus membersihkannya..!" Keluh Ian sambil menatap Liana, orang yang ditatap mendengus tidak suka.
"Kalian lah yang membuat itu terjadi" Balas Liana.
Hadiah yang diberikan Shiro adalah, harus membersihkan Taman yang berantakan akibat ulah mereka bertiga-sebenarnya ulah Liana-. Mau tak mau mereka harus menerimanya, berbeda dengan Ian dan Liana, Dan tampak asik membersihkan taman ia benar-benar menikmatinya, mengumpulkan bunga-bunga yang hancur dan sampah yang berserakan. Bahkan sesekali ia bersenandu.
"Lihatlah Dan nampak senang sekali..." Ucap Ian sambil memperhatikan Dan. Liana pun melihatnya, sekarang Dan sedang menanam bunga yang masih bisa ditanam.
"Dia benar-benar polos" tanggapnya. Dan berdiri dan mencoba merenggangkan tubuhnya yang dari tadi membungkuk lalu menghampiri Ian dan Liana.
"Bagaimana jika istirahat dulu..?" Usul Dan.
"Baiklah"
"Ide bagus" Ucap Ian dan Liana.
Mereka pun duduk disalah satu bangku terdekat tapi sebelum itu Dan membasuh tanganya, semilir angin sore terasa, matahari pun tidak sepanas tadi, suasana ditaman begitu tenang walau masih bisa mendengar suara dari murid yang kelasnya dekat dengan taman tersebut.
"Kalian mau..?" Tawar Dan sambil membuka bingkisan yang diberikan oleh Oca tadi. Saat melihat isinya ternya adalah Kue Kering.
"Kue....!" Ucap Dan sambil memakan satu Kue, Ian pun langsung mengambilnya lalu Dan menawarkannya ke Liana tapi sepertinya ia sedikit ragu.
"Kenapa Liana..? Kau tidak suka..?" Tanya Dan.
"Bukan itu, tanganku kotor..."
Dan lalu mengambikan satu lalu memberikan ke Liana-mencoba untuk menyuapi-
"Kalau begitu aku bantu, cobalah Kue nya enak loh..." Ucap Dan.
Liana tersipu malu melihat tindakan Dan, sedikit demi sedikit mulutnya terbuka dan ingin memakanya tapi dengan cepat ia langsung mengambil Kue tersebut dan memakannya.
"Enak bukan..." Ucap Dan tersenyum, Liana hanya mengangguk dengan rona merah dipipinya. Orang disamping Dan hanya senyum-senyum sendiri-Ian-. Mereka pun menikmati waktu istirahat sore sambil memakan Kue kering yang tak terasa sudah habis.
{Crang....}
Terdengar suara seperti kaca yang pecah, mereka bertiga melihat sekeliling tapi tidak ada kaca yang pecah atau benda yang menimpulkan suara tersebut. Dan merasakan ada sesuatu diatasnya, saat melihat keatas ia terkejut. Ada semacam selubung yang mengitari seluruh Akademi, tapi sedikit demi sedikit selubung itu menghilang, beberapa detik kemudian dilangit ada sesuatu yang mengkilap Dan bisa merasakan pancaran Energi dengan konsentrasi yang besar pada benda seperti kaca itu. Tapi sama halnya dengan yang tadi, sedikit demi sedikit kaca itu menghilang. Dan, Liana dan Ian terpengaga melihatnya, mereka merasakan akan ada hal yang buruk.
"Graaaa..."
Mereka mendegar sesuatu di balik pepohonan yang cukup lebat didepannya, setelah suara tadi sekelompok makhluk dengan tubuh hitam berdatangan, Insting Assassin mereka bereaksi, mereka bertiga memasang Kuda-kuda.
"Apa-apan ini....!?" Ucap Ian dengan kringat dipelipisnya, jarak mereka semakin dekat tapi tak disangka yang bertubuh kecil langsung menerjang mereka.
"Graaaa..."
Tapi berasil ditendang Ian, semkain lama semkin banyak dan pada akhirnya mereka terkepung. Serangan demi seranga terus dilancarkan oleh Makhluk-makhluk itu. Dan sedikit kewalahan menghadapinya begitu pula dengan Ian dan Liana sampai mereka tersudut ditengah.
"Bagaimana ini...?" Ucap Dan. Ian tiba-tiba menghentakan tangannya kebawah lalu dengan cepat Api berkobar di sekitar mereka, lalu membuat prisai Api.
"Jika ingin keluar dari sini kita harus bertarung..!!" Ucap Ian, lalu tanganya terbungkus oleh Api dan setelah Apinya menghilang Tangan Ian sudah terpakai perlindung tangan dan sarung tangan bermotif kilatan Api berwarna Merah.
"H-blade yang bagus Ian" Ucap Dan. Yang dipuji tersenyum lalu Ian membuat ancang-ancang, tangan kanannya didadanya dan tangan kirinya dipunggungnya, dari punggung pelindung tanganya keluar benda pipih tajam seperti ujung kunai.
"Menunduk" Ucap Ian, Liana dan Dan mengerti maksudnya lalu menunduk.
"Heyaa..." Ian melompat lalu memuatar tubuhnya 360 drajat, Api yang mengelilingi mereka menyebar kesegala arah dengan cepat, sampai jarak 10 meter tidak ada makhluk hitam yang mengepung mereka.
"Hebat..." takjub Dan, tapi itu hanya sementara. Dengan cepat Makhluk Hitam yang lain mengrumungi mereka lagi. Lalu tiba-tiba bangunan Akademi seolah-olah terbungkus oleh benda seperti kaca, Liana yang melihat itu langsung paham.
"Kekai..!" Ucapnya.
Mereka dikepung lagi, serangan pun berdatangan kearah Liana tapi dengan mudah dihindarinya. Makhluk-makhluk itu memiliki bentuk tubuh yang berbeda-beda ada yang besar dan juga kecil, dibagian tubuhnya ada yang memiliki benda tajam layaknya senjata.
Dan mengeluarkan Magifuin kecil didepannya lalu muncul sebuah Dagger yang masih terbungkus oleh sarungnya, dan mengambilnya lalu diletakan dipinggul belakangnya. Didepan Dan tiba-tiba salah satu Makhluk yang memiliki kuku yang tajam menerjang Dan sambil menghunuskan kuku pedangnya.
Tapi dengan gerakan yang cepat Dan mengambil Daggernya lalu menebas perut dari Makhluk tersebut. Beberapa detik kemudian Makhluk itu hilang bersamaan dengan asap hitam.
"Dagger yang bagus" Ucap Ian sambil menghindari setiap serangan,
"Ian, Dan menunduk...!" Teriak Liana tiba-tiba, Dan dan Ian yang melihat Liana mencoba untuk memutar Chain-nya agak terkejut.
"Hiyaaa...." Dan yang masih menunduk menurunkan kepalanya lagi agar tidak kena Chain Liana, sedangkan Ian yang tidak sempat menunduk akhirnya melompati Chain-nya.
{Bhum...bhum...}
Satu demi satu Makhluk hitam disekeliling mereka hilang terkena serangan Chain Liana. Ian mendarat dengan tepat sesaat Liana sudah menghentikan serangannya.
"Woi Liana apa kau mencoba membunuh ku Hah...!" Jengkel Ian,
"Itu salah mu sendiri tidak menunduk...!" Balas Liana
Mereka pun mulai saling melempar ejekan, Dan yang melihat itu hanya tersenyum saja.
'Bagaimana caranya kami bisa kabur dari sini, atau mencari tempat aman..' Dan melihat kearah Bangunan Akademi, banyak monster yang berkumpul disana tapi tertahan, mereka tidak bisa menerobos Pelindung-kekai- yang mengelilingi Akademi. Dari situ Dan mendapatkan sesuatu.
-Digedung Akademi, Kelas Xb-
7 menit yang lalu terdengar suara seperti sirine dan juga peringatan menghimbau agar semua murid berada di kelasnya masing-masing sampai pemberitahuan lembih lanjut. Semua murid kelas Xb bertanya-tanya sebenarnya apa yang sedang terjadi.
"Kak Ozi..." Panggil Nailil, Ozi menoleh kearahnya.
"Aku merasakan ada aura jahat disekitar Akademi" Ucapnya dengan ekspresi gelisah. Ozi mengkerutkan dahinya lalu kembali tersenyum dan mengelus kepala Nailil.
"Tidak apa-apa, kita aman disini" Ucapnya mencoba untuk menenangkan Nailil, walaupun begitu Ozi terus kepirikan tentang aura jahat itu, setelah Sirine berbunyi ia juga mendengar suara derak langkah kaki dikoridor depan kelasnya.
'Sebanarnya apa yang terjadi...?' Pandangannya melihat kearah luar jendela, langit sore yang menyejukan seperti biasanya. Lalu disampingnya, Rian yang dari tadi diam menatap kearah Ozi.
"Apa kau menemukan sesuatu Rian..?"
"Cobalah konsentrasi dan rasakan disekelilingmu" Pintah Rian. Ozi pun melakukannya, saat membuka matanya ia pun sedikit terkejut, ia merasakan seluruh kelas ini dilapisi oleh Sihir tipis. Ozi melihat semua murid dikelasnya, ada beberapa yang mengetahuinya dan juga ada beberapa yang belum sadar atau tidak sadar.
"Jika dilihat dari Sihir yang digunakan, sepertinya ini adalah kekai..." Ujar Rian. Tanpa pikir panjang Ozi berdiri lalu melewati Rian dengan permisi. Semua murid dikelas itu menatap Ozi semua.
'Kekai..? Untuk apa! Memang apa yang harus dilindungi sampai harus membuat Kekai...?' Pikirnya. Beberapa detik kemudian ia menyadari ada sesuatu yang salah dibalik jendela itu. Jika dilihat baik-baik memang tidak ada yang terjadi, semuanya biasa saja
'Kemana perginya 3 orang itu, aku lihat sebelum sirine berbunyi mereka duduk dibangku..! dan lagi kenapa tamanya kembali rapi secepat itu..!?'
Tangan Ozi seperti sedang menggenggam sesuatu lalu tercipta sebuah anak panah yang diselimuti cahaya hijau. Ozi berniat menghantam kaca didepannya dengan ujung Anak panah, semua murid terkejut dengan tingkah Ozi, tak terkecuali dengan Murid yang sudah sadar ada Sihir disekeliling mereka. Jendela kaca itu retak setalah Ozi menghantamkan anak panahnya lalu ia pun memutar anak panah tersebut, retakan kacanya semakin melebar, merambat kesegala arah lalu..
{Crang...}
"Ah... i-itu..." Tubuh Ozi gemetar saat melihat apa yang dilihatnya setelah kaca itu hancur, tapi rupanya yang hancur bukan kacanya tapi melainkan Kekai-nya. Keringat dipelipis Ozi bercucuran, pemandangan Taman yang indah tadi digantikan oleh segrombolan makhluk mengerikan berbadan Hitam dan memiliki taring, dan yang lebih mengejutkan lagi adalah ada 3 orang yang terjebak didalam gerombolan Makhluk hitam itu.
"Mereka dalam bahaya...!?" Ucap Ozi tanpa pikir panjang ia pun langsung berlari keluar dari kelas, Nailil dan Rian memanggil namanya sebelum hilang saat melewati pintu.
-kembali ke tempat Dan-
"Sial... dari mana mereka berasal...!!! Tidak ada habisnya..!!" Jerit Ian sambil melawan para Makhluk hitam itu
"Liana, Ian sebaiknya kita masuk kedalam Akademi saja..!" Usul Dan, sambil menghindari serangan demi serangan.
"Haaaah... Kau kira mudah menerobos kerumunan ini, mereka seperti tidak ada hentinya...!!" Balas Ian,
"Ditambah ada Kekai yang melindungi Akademi, kita tidak bisa masuk begitu saja..!!"
{Bhum.....bhummm}
Satu persatu Makhluk Hitam itu lenyap terkena serangan Dan, Ian dan Liana tapi itu tidak mengurangi jumlah mereka. Kondisi mereka saat ini cukup sulit, dibeberapa tempat ditubuh Dan terkena serangan, nafasnya terengah-engah tak karuan. Ntah datang dari mana sebuah benda tajam menerjang kearah wajah Dan, dengan cepat Dan menangkisnya dengan Daggernya, tapi karena bentuknya melengkung seperti bulan sabit dan terkena ujung benda tajam itu, pipi Dan mengeluarkan darah karenanya.
"Tidak ada pilihan lain kita harus masuk ke Akademi, jika tidak..." Dan menelan ludahnya, akibat pertarungan dengan Zeres tadi Chikara-nya belum pulih sepenuhnya.
"Tapi bagaimana caranya kita menerobos kerumunan Makhluk Hitam ini..?" Ucap Ian yang sudah berada disamping Dan. Liana muncul disamping mereka berdua lalu memasang kuda-kudanya.
"Itu hal yang mudah..!" Tangan Liana terbungkus oleh pusaran Angin lalu membentuk sebuah Pelindung dan sarung tangan seperti Ian tapi hanya saja motif dan bentuknya agak berbeda. Ukiran-ukiran di pelindung Liana bercahaya hijau dan seketika tubuhnya terbungkus oleh angin.
"Tetap dibelakangku...!" Liana berlari menerobos Kerumunan Makhluk Hitam menuju kearah bangunan Akademi, Ian dan Dan mengikutinya dari belakang.
"Walau kita bisa kesana tapi bagaimana caranya untuk masuk ke Akademi..!!?" Tanya Ian, Angin yang membungkus Liana bagaikan bor, mengalahkan semua Makhluk hitam dihadapannya.
Liana menyiapkan Tinjunya, dari punggung pelindung tangan Liana muncul sebuah pisau pipih, tidak seperti Ian pisau Liana seperti pedang bermata dua hanya saja tanpa gagang dan panjangnya 30 cm dari pelindung tangan.
{Bwush...}
Liana meninju keudara kosong didepannya dan seketika Angin yang membungkusnya menerjang kedepan membuat sebuah jalan dan tempat kosong untuk mereka berhenti.
"Ha..ha..ha.. apa selanjutnya..?" Ucap Liana kelelahan. Mereka bertiga berhenti didepan Kekai Akademi, karena hanya sampai sini saja mereka bisa pergi. Dan menyentuh dinding tak kasat mata itu, dia mencoba untuk masuk tapi sepertinya tidak bisa dilewati.
"Cih... aku kira bisa dilewati untuk Murid seperti kita.!!" Ucap Dan, para Makhluk Hitam itu mulai mendekat.
"Sudah kubilang!!! Walau bisa kesini tapi bagaimana caranya masuk" Ujar Ian.
Para Makhluk Hitam itu semakin mendekat, Ian dan Liana berancang-ancang lagi bersiap menghadapi mereka, keringat bercucuran, rasa gelisah dan tak beradaya menjadi satu. Tapi walau begitu sorot mata mereka masih tetap tajam bagaikan Api yang berkobar.
"Graaaaa..."
.
.
.
"Rasa Kesal, Marah, Lelah berkumpul menjadi satu, apa yang harus Aku Lakukan Sekarang"
~Bersambung~