Waktu terasa cepat berlalu
Bagi yang tengah berpadu
Dengan hal yang disukanya
Itulah pengertian surga
Namun ada yang melampaui surga
Ketika waktu terlampaui dan berhenti
Sejuta tahun dapat dicuri dalam satu momen napas
Manusia yang melampaui surga maupun negara
Wander sedang mengulang jurus-jurus Rijeen di hadapan gurunya. Tiga bulan terakhir ini, ia melewati tahap latihan yang betul-betul baru. Pertama, ia diminta berlatih tanding melawan guru misteriusnya ini. Ia diminta mengamati lalu mencuri jurus-jurus yang dipakai oleh gurunya.
"Hanya dengan mengamati, engkau akan tahu mengenai penerapan, langkah, napas, dan kegunaannya. Mengenai cara mengerahkan tenaga dan napas, aku akan mengajarkannya," terang Jie Bi Shinjin. Setiap ada teknik baru yang berhasil diserap Wander, Jie Bi Shinjin akan langsung menerangkan cara melatih, gerakan napas, serta tekniknya secara terperinci.
Gaya mengajar yang lain dari biasa itu membuat Wander cepat menangkap dan mampu langsung merangkai jurus-jurus itu menjadi aliran yang mulus, alih-alih terpaku dengan satu demi satu pukulan atau jurus.
"Apa nama Rijeen ini Guru?"
Jie Bi Shinjin menatap Wander sesaat sebelum menjawab, "Rijeen ini tidak memiliki nama. Ini teknik yang hanya dimiliki olehku di dunia ini. Kamu telah mampu menghafal 56 jurus ini dan ribuan variasinya. Ini hanyalah gerakan dasar yang akan menyelamatkanmu ketika semuanya telah gagal. Kini, kamu bisa maju ke tahap berikutnya."
Anak ini benar-benar menyukai Rijeen. Fondasinya betul-betul kukuh. Hanya tiga bulan saja, ia mampu menguasai Rijeen unik ini.
Wander tercengang. Lima puluh enam jurus yang diajarkan ini saja sudah mencengangkan dirinya karena kerumitan sekaligus kekuatannya yang mengerikan. Apa lagi tahap berikutnya?
Jie Bi Shinjin kemudian berkata, "Berikutnya adalah menciptakan Rijeen-mu sendiri. Untuk itu, kita akan bepergian."
"Bepergian?"
"Ya. Kamu mungkin hanya akan pulang satu atau dua kali dalam setahun."
Wander kembali terpana. Ia kaget sekali. Seumur hidupnya dihabiskan di Fru Gar, kini mendadak gurunya akan membawanya pergi. Debar jantungnya berpacu antara kegirangan dan juga kegugupan dan cemas. Jie Bi Shinjin mengatakan bahwa ia boleh memberi tahu orang tuanya namun tidak boleh mengatakan mengenai identitasnya.
Wander mengira hal itu sangat sulit dilakukan namun di luar dugaan justru Likuun sangat mendukung. Ibunya dan Kokru akhirnya menyetujui, meski dengan berat hati.
Pada hari keberangkatan perdana mereka menaiki kereta pedati yang menunggu di luar gerbang. Setelah jauh dari pandangan mata siapa pun, Jie Bi Shinjin berkata kepada Wander, "Wuan, yang kamu butuhkan sekarang adalah waktu."
"Waktu?"
"Ya. Hidup manusia hanyalah beberapa puluh tahun saja. Sedikit yang dapat melampaui satu abad. Namun, sebagian besar orang tidak paham cara untuk hidup bahkan dua puluh tahun belaka."
"Bukankah manusia hidup melampaui 20 tahun, Shishou?"
"Ya. Tapi dalam satu hari saja, berapa lama mereka bangun? Dari waktu mereka bangun, berapa jam mereka sadar akan yang mereka kerjakan? Atau dari waktu kesadaran mereka, seberapa yang begitu dekat dengan momen kini, hingga waktu terasa melamban, dan berhenti?"
Jie Bi Shinjin melanjutkan selang keheningan yang terasa bagaikan selamanya. Wander langsung menangkap maksud gurunya itu.
"Yang paling kamu perlukan adalah waktu. Orang lain mungkin akan berlatih puluhan tahun lebih dulu dibanding dirimu. Mungkin mereka memiliki ratusan tahun silsilah teknik dan perguruan Rijeen di belakang mereka. Namun, jika engkau bisa berlatih sedekat mungkin dengan momen kini, jika engkau dapat memasuki semedi mendalam di mana waktu memanjang, maka bagi orang lain mungkin sehari, namun kamu akan merasakan seperti sepuluh hari. Hiduplah dalam momen kini, Wander. Momen Kini adalah sahabatmu, ia akan memperkuatmu dan menjadi sekutu kuatmu. Dalam momen kinilah ada benteng yang kuat untuk mengembangkan Sahabatmu dan kemampuanmu."
Jie Bi Shinjin tersenyum misterius kepadanya, "Ingat Wander. Kita berjuang melawan waktu di dunia ini untuk menuntaskan tugas dan janji kita."
"Janji?"
Gurunya saat itu tampak mengenang arus masa lalu yang sangat kuat hingga tenggelam beberapa lama di dalamnya. Ia akhirnya mengelah napas setelah beberapa menit. Matanya menatap Wander penuh arti, "Ya. Janji dan kewajiban kita."
Kemudian, gurunya itu mengajarkannya bagaimana cara untuk hidup sepenuh dan selambat mungkin dalam arus waktu yang tak mengenal ampun. Berbagai semadi keheningan dan latihan ekstrem ia berikan.
"Dalam pertarungan hidup dan mati antara pakar Rijeen, waktu bagaikan melambat hingga berhenti. Dalam kurun itu, ribuan variasi taktik dan jurus dapat dipertukarkan sebelum kilat selesai menyambar. Jika kamu dapat hidup dalam perlambatan itu setiap saat selama berlatih, maka kamu akan dapat menyelami makna Chi."
"Kalau lambat begitu apa bukannya akan membosankan, Shishou?"
"Kalau lambat karena dipaksakan, itu jelas menjemukan. Namun ini laksana gurun, Wuan. Hidup kita sehari-hari dengan aktivitasnya yang serba sibuk dan cepat, dipenuhi keinginan dan gerak, itu mengeringkan dan menyedot jiwa kita. Itu bagaikan gurun yang tandus dan kering. Orang tidak ingin berlama-lama tinggal di sana dan akan melaluinya secepat mungkin. Namun, kala hujan yang langka turun, gurun itu hanya membutuhkan sehari saja dan semua bunga, rumput, tumbuhan mekar. Hewan-hewan penghuninya yang bersembunyi dalam liang akan bermunculan dan membuat semua pemandangannya berubah. Saat itu, gurun menjadi hutan kehidupan dan tiada lagi membosankan. Ia mampu menyokong kehidupan dan jiwa."
Wander sangat mengingat perumpamaan itu. Kelak, ia baru mengetahui bahwa yang diajarkan kepadanya itu adalah harta karun kebijaksanaan yang hanya segelintir pakar Rijeen pahami...