Toto terpekur menatap wajah Gurunya yang pias bagaikan tak berdarah. Begitu pucat meski di tengah demam. Tabib-tabib mengatakan merupakan keajaiban bahwa Gurunya bisa selamat.
Toto melihatnya sebagai takdir. Takdir Divara yang selalu menyertai Gurunya. Takdir yang menjadi tanda akan terwujudnya cita-citanya. Ia rela hancur lebur kapan pun jua asal bisa mewujudkan cita-cita satu-satunya orang yang ia kasihi di dunia ini.
Perang pembasmian telah mempertemukan mereka lebih dari tiga puluh tahun silam. Ia yang terbebas dari siksa dan dera orangtua yang tidak mencintainya, tak memedulikannya.
Saat Kota Senggala hancur rata menjadi tanah, bahkan bangkai dan mayat pun sudah tidak tersedia lagi untuk dimakan…
Neraka hidup itu berakhir saat ia bertemu dengan sosok guru dan ayahnya... Sulran.
Toto dengan galau mengalihkan gambar-gambar kenangannya itu yang sekarang seringkali muncul mengganggu konsentrasinya.
Bukan saatnya ini! Ia harus terus berpikir! Ia harus…