Mereka sekarang berjalan menyusuri koridor Tenda Emas, membawa serta kedua tawanan mereka. Kesunyian yang membentang mencekam, memualkan bagi Wander. Rasanya seperti setiap saat pijakannya bisa amblas dan ia akan hancur berkeping-keping.
Sulran palsu masih melawan ketika diseret, tapi ia pun tunduk saat Damian menotok titik darah di bagian dadanya.
Segera penyaru itu lumpuh bagaikan gelondongan kayu.
Damian memilih justru saat itu untuk menjatuhkan pernyataan yang menceloskan hati, "Barjan dan Sulfa belum kembali juga." Matanya terlihat liar, nyalang.
Jantung Wander yang sudah berlari sekarang bagai menerjang tembus, "Eh?"
"Mengherankan memang kenapa mereka belum datang… Mungkinkah…"
Jie Bi Shinjin berkata kalem, tapi final, seperti lesakan paku dihantam oleh palu, "Mereka mengkhianati kita."
"Sudah kuduga! Bedebah-bedebah itu!" Yin Yuen, yang belum pernah terlihat panik setitikpun, mendadak terlihat begitu khawatir. Tangannya menyentuh Katana-nya dengan sebat.