Hari itu berjalan demikian kacau. Diorin mendapat teguran dari Gubernur dan para tentara akibat keterlambatannya. Tapi ia diperlakukan biasa, tidak dicurigai. Akan tetapinya hatinya gelisah seharian karena ia tidak mengerti kenapa ia belum digantung akibat pengkhianatan.
Malam itu, ia melipatgandakan penjagaan di semua sudut dan sisi. Ia juga tegang seperti senar nyaris putus semalaman, tapi setelah berjam-jam ia mendadak merasa lelah dan tertidur. Ketika ia bangun, tenggorokannya bagaikan menyala lagi, dan segera ia merasa perutnya bagaikan merosot ketika ia merasakan sensasi dejavu! Seperti kemarin!
Ia segera turun, hanya untuk menyaksikan para pengawalnya semuanya tertidur serampangan. Saat itu, ia menyadari bahwa ia tidak lagi bisa mengendalikan situasi… ia sudah dipermainkan sepenuhnya! Dan rasa ketidakberdayaannya itu membuatnya begitu marah, hingga ia berteriak demikian frustrasi!