Di depan Alkala Cassan, mereka duduk bersila, saling menghadap.
Latihan Wander segera dimulai.
Kurt berbicara dengan tenang, "Mari kita bicarakan hal-hal praktis terlebih dahulu, supaya hidup dan latihan kita bisa berjalan dengan lancar. Sekarang ini, di seluruh wisma ini hanya ada kita berdua. Kamu akan bertanggung jawab mengurus seluruh isi wisma. Dari mengepel, menyapu, menjahit dan menambal baju, mencuci, dan membantuku mengurus taman. Kamu pernah mengerjakan urusan rumah?"
Wander mengangguk, "Kakak mengajarkanku. Jadi biasanya aku membantu sedikit-sedikit di rumah."
"Bagus. Setidaknya kamu tidak akan kesulitan pada awalnya. Kamu akan tidur kamar di lantai pertama wisma, pintu ketiga sayap barat dari tangga utama. Kamarku ada di lantai kedua, di sayap timur, pintu terakhir. Setiap pagi kita akan bangun dari jam empat subuh dan tidur jam sembilan malam. Jika kamu punya waktu luang kamu boleh menjelajahi seisi rumah, itu bisa jadi petualangan kecil-kecilan bagimu."
Wander tampak sangat berminat.
"Sekarang, kita bicara soal latihan. Aku akan mengajarkanmu bagaimana cara bernapas, cara bergerak, dan cara tidur untuk mengumpulkan Tenaga, Kelenturan, dan Kecepatan. Bernapas merupakan bagian terpenting dari latihan ini. Dari mulai kamu bangun sampai kamu bangun lagi, kamu harus selalu bernapas dengan cara yang kuajarkan. Buat kemawasan napas bagian dari kehidupanmu. Jadi, kamu akan bisa berlatih dua puluh empat jam sehari, di manapun, dan kamu akan maju pesat di jalan Rijeen."
"Baik, Guru."
"Selain bernapas, bergerak, tidur, dan berbagai urusan rumah tangga; kamu juga harus belajar menulis dan keterampilan lainnya yang berguna. Akan tetapi jangan pernah melupakan napas bahkan ketika kamu melakukan hal yang lain. Buat belajar, berlatih, dan kegiatan lainnya menyatu dalam napas."
Mendengar kata 'napas' disebut berulang kali, Wander sudah mengerti akan inti dan beratnya latihan itu. Ia meneguhkan dirinya, bersiap-siap untuk berlatih keras.
"Yang terakhir, setiap hari, kamu akan mandi berkali-kali. Tiga kali sehari, dan wajib," Wander langsung memberengut mendengarnya. Bukannya ia tidak suka mandi, tapi ia tidak terbiasa dengan mandi lebih dari sekali sehari.
Kurt tertawa melihat ekspresi wajah muridnya, "Kamu punya hak untuk cemberut, tapi kelak kamu akan tahu betapa bergunanya hal ini untukmu."
Kurt lalu mengajarinya bagaimana cara bernapas untuk mengumpulkan energi. Ia menjelaskan teorinya dahulu, "Tujuan utama latihan napas ini adalah menyerap energi dari alam dan mengumpulkannya dalam tubuh dan jiwamu. Aku tidak akan menjelaskan banyak, kamu akan mengerti sendiri," Lalu setelah itu, Kurt langsung mengajarkan Wander metode bernapas. Setelah melatihnya beberapa kali, Wander sudah bisa menirunya cukup baik, terutama dipandu oleh gerakan dada dan napas Kurt.
Kurt berkata lagi, "Yang terpenting dalam latihan ini bukan hanya bernapasnya tapi juga kegigihan dan kemampuan terus mempertahankan visualisasi. Bayangkan setiap napas yang diambil seperti sebuah benih cahaya yang masuk ke dalam dirimu, perlahan, melewati hidung, kerongkongan, sampai ke paru-paru; di sini benih itu perlahan mengembang menjadi bunga. Begitu indah, kelopaknya terbuka sempurna, dan memancarkan cahaya; lalu bunga ini terbawa aliran yang lembut ke seluruh dada, ulu hati, perut, lalu ke Pusat Khici. Di sini."
Ia menunjuk ke sebuah titik tiga jari di bawah pusar Wander, "Di sini, tepat di tengahnya, bunga itu bersinar semakin terang, sampai menyebar menjadi ribuan cahaya kecil-kecil, menyebar ke seluruh pembuluh darah, setiap pori-pori, dari kepala sampai ke jari kaki. Sebelum kamu mengembuskan sinar itu ke alam lagi ketika kau membuang napas. Lakukan perlahan-lahan dengan satu benih saja dulu, lalu dua, lalu sebanyak mungkin kalau kau sudah mulai bisa melakukannya. Setiap kali kehilangan fokus, kembali dari satu lagi, kembali dari awal dengan sabar dan perlahan, jangan menyalahkan napas atau diri sama sekali. Latihan ini bukan untuk menambah kesombongan atau buat mengutuk diri, tapi untuk menjadi satu dengan alam. Jadilah rendah hati, rajin, dan sabar. Kamu mungkin akan merasa ngantuk, lelah, atau bosan… tapi perasaan itu pun akan berlalu kalau engkau gigih dan sabar. Alam akan memberikanmu cukup kesabaran jika kamu juga sabar dengan dirimu sendiri."
Berikutnya, Wander belajar bagaimana bersemadi untuk mengumpulkan tenaga dengan lebih terpusat, menyantaikan tubuh, serta menguatkan batin dan fokus. Ia melatih napas tadi sambil bersila selama dua jam terus menerus, sampai Kurt menyuruhnya berhenti. Ketika bocah itu membuka matanya, ia baru menyadari bahwa kakinya terasa seperti dihujani ribuan jarum kecil. Latihan itu ternyata begitu asyiknya hingga anehnya membuatnya tidak sadar dan ingin terus berlatih, sampai ia lupa waktu.
Kurt tertawa gembira melihat muridnya itu, "Bagaimana rasanya?"
Wander menjawab dengan takjub, "L-luar biasa, Guru. Aw!" Ia menjerit ketika Kurt memijat kakinya. Kurt tersenyum, meski matanya bersinar bagaikan sepasang api yang menyala.
"Bagus. Jaga ketekunan dan kerendahan hati. Mau enak atau tidak, terus berlatih. Jangan kalah dengan kemalasan atau kelewat berbangga."
Namun terlintas rasa takjub di mata Kurt saat melihat Wander kembali memejamkan mata dan bersemadi, seolah itu hal yang telah ia lakukan bertahun-tahun.
Lembaran hidup Wander yang betul-betul baru terbuka. Hidup penuh dengan pengabdian total seluruh jiwa dan raganya pada latihan dan kerja keras. Kehidupannya berat dan melelahkan, penuh disiplin, penuh tekanan, tapi setiap hari ia menemukan sesuatu yang baru untuk ia pelajari, baik tentang dirinya sendiri maupun dari Gurunya.
Setiap subuh, ia dibangunkan dan langsung menuju kamar mandi. Tiga kali mandi merupakan bagian yang tak berubah dari latihan setiap harinya. Tujuannya tidak hanya membersihkan tubuh atau menyegarkan, tapi merupakan metode pengobatan dan latihan yang unik. Kegiatan mandi itu dilakukan dalam dua bak mandi yang berdekatan tapi saling terpisah, di mana Kurt dan Wander akan berendam sambil bersila di masing-masing bak, sementara kedua tangan mereka saling menempel.
Ada tiga jenis latihan mandi ini, yang dilakukan dengan acak. Yang pertama adalah mandi Dingin, di mana bak Wander diisi air dingin sementara punya Gurunya diisi air panas. Lalu yang kedua adalah mandi Panas, di mana Wander mendapat air panas, sementara Gurunya air dingin. Yang ketiga adalah mandi Obat, di mana Wander berendam dalam air panas berwarna coklat atau hitam pekat dipenuhi dengan ranting-ranting, daun obat yang melayang dan beraroma aneh, di mana Kurt berendam dalam air dingin yang bersih.
Setelah satu jam bermeditasi dalam air, mereka mengeringkan badan, lalu pergi ke taman untuk berlatih fisik. Lari, lompat, dan bergerak. Kurt dengan disiplin mengajarkan Wander bagaimana mempertahankan kesadaran di pusat gravitasi tubuhnya, mulai dari gerakan badan sampai ke jari-jari kaki untuk mempertahankan keseimbangan dan keluwesan.
Gurunya mengajarkan gerakan yang diambil dari tarian yang awalnya lambat, cepat dan dinamis di tengahnya, lalu begitu lambat dan anggun di akhirnya–yang memerlukan detail gerakan yang begitu teliti dan konsentrasi penuh untuk dilakukan.
Setiap usai melakukan semua gerak fisik dan 'tarian' tadi ditambah napas, Wander tentu sudah akan bercucuran dengan keringat bahkan meski ia baru mandi Dingin pada musim dingin.