Perang Melawan Telentium Ke-6 dan ke-7 atau Perang Pembalasan Dendam (demikian Suku Selatan menamakan peristiwa ini), lalu diikuti Perang Pembasmian Suku Selatan atau Perang Penghabisan (dinamakan oleh pihak Telentium) bermula sekitar 32 tahun yang lalu. Pada saat itu Kota Metropolis Senggala masih berdiri dan berjaya, sementara Fru Gar hanyalah sebuah kota biasa dan sepi di sebelah utaranya.
Alkisah Kerajaan Telentium saat itu diperintah oleh seorang Raja muda yang cerdas, banyak diharapkan, dan toleran: Janeek Reshva Urand. Perdamaian antara Telentium dengan Tiga Enklaf Suku Selatan berlanjut, dan kemakmuran rakyat tidak pernah terasa demikian tingginya. Bahkan perdagangan antara Suku Selatan dengan Kerajaan semakin meningkat pesat. Sementara Kerajaan Telentium di mata dunia mulai meningkat pamor dan kekuatannya, karena kekayaan, kejayaan, dan kemakmurannya.