Chereads / Menikahlah denganku / Chapter 17 - MD 17 - Bermalam Di Sini

Chapter 17 - MD 17 - Bermalam Di Sini

Hari masih pagi saat Mumut membuka matanya, awalnya dia agak bingung saat melihat sekelilingnya tapi saat melihat ibu terbaring di tempat tidur sebelahnya Mumut jadi ingat semuanya. Semalam sepulang dari rumah mamanya Bian, Mumut minta diantar ke sini untuk menemani ibunya.

Mumut sangat bersyukur karena Bian menyewa beberapa perawat professional untuk membantu merawat ibunnya. Mumut melihat jam dinding yang menunjukkan jam tiga lebih lima belas menit, dia melihat ibunya dan seorang perawat yang disewa Bian masih terlelap.

Perlahan Mumut bangkit dari tidurnya, dia tidak ingin perawat yang tidur di sampingnya terbangun. Mumut melangkah ke kamar mandi untuk berwudhu kemudian dia mengambil mukena di dalam tas dan mulai melakukan sholat setelah itu Mumut melanjutkannya dengan berdoa.

Mumut bersimpuh dengan khusyuk untuk kesembuhan ibunya dan permasalahan yang dihadapinya hingga terdengar adzan subuh.

Mumut segera berdiri untuk melakukan sholat subuh setelah adzan tak lagi terdengar. Setelah sholat subuh Mumut kembali bersimpuh dalam doanya. Mumut berhenti saat dia mendengar suara ibunya yang meminta minum.

Mumut segera berdiri dan melepas mukenanya namun saat dia berbalik dia melihat Muna, perawat yang disewa Bian sudah lebih dulu memberi ibu minum.

"Terimakasih, kak." Mumut tersenyum, dia mundur untuk melipat mukenanya dan memasukkannya ke dalam tas .

"Sama-sama, ini tugas aku kok. Jangan merasa sungkan," kata sang perawat.

"Terimakasih juga, nak." suara lemah ibu terdengar membuat Muna tersenyum.

***

Hari mulai terang, cahaya matahari mengintip ke dalam kamar rawat ibunya. Mumut membuka korden dan mematikan lampu di ruangan itu. Tiba-tiba Mumut segera ingat sesuatu, dia segera mengeluarkan ponselnya dan mencari sebuah kontak kemudian menekan tombol dial.

(Halo, kak Harti..) katanya begitu panggilannya terhubung.

(Iya, Mut. Ada yang bisa dibantu?)

(Mumut minta ijin hari ini ya, nunggu ibu,)

(Iya, nggak usah dipikir. Kemarin pak Randy bilang kalau kamu sudah meminta cuti seminggu mulai hari pada beliau dan beliau mengijinkan.) Harti mengambil nafas sebentar, ( Gimana kabar ibu, Mut?)

(Alhamdulillah, sudah dioperasi kemarin, sekarang dalam proses penyembuhan.)

(Syukurlah.. maaf belum sempat menengok.)

(Gak papa, kak. Mohon doanya saja,)

(Oke, Mut. Semoga ibu cepat sembuh, ya)

(Terimakasih.)

Mumut menutup panggilannya kepada Harti.

Mumut terdiam cukup lama. Dia tak berharap teman-temannya datang menjenguk ibunya karena kalau mereka tahu ibunya menginap di ruang rawat paviliun tentu akan menimbulkan kehebohan.

"Mut, kamu menginap di sini, ya?" sebuah suara mengagetkannya. Mumut menoleh dan melihat bu Wati sudah memasuki ruangan.

"Iya, bu." jawab Mumut sambil tersenyum.

"Tadi ibu nyari di bangsal kelas tiga nggak ada, ternyata ibumu ditempatkan di sini," bu Wati memandangi interior ruangan yang mewah. Dia tidak bisa menaksir berada harga yang harus dibayar perharinya di tempat ini.

Tak lama kemudian seorang dokter bersama seorang perawat memasuki ruangan itu. Dokter itu memeriksa ibu dengan seksama dan menanyakan keluhannya, ibu menjawab dengan lemah. Dokter itu mencatat sesuatu di status ibu kemudian menyerahkan status ibu pada perawat.

Saat itulah Bian dan Randy datang ke ruangan itu, mereka segera berbincang dengan dokter yang memeriksa ibu. Bian dan Randy mengangguk-angguk mendengar penjelasan dokter.

Bu Wati dan perawat yang mendampingi dokter takjub menatap dua laki-laki yg tegap dan tampan itu. Yang satu terlihat sangat dingin sementara satunya lagi terlihat sangat hangat karena senyum yang selalu bertengger di bibirnya.

"Siapa mereka, Mut?" Bu Wati tidak bisa menutupi rasa penasarannya. sementara si perawat bertanya pada Muna.

Mumut hanya tersenyum, ia tak tahu harus menjawab apa.