Mereka berempat segera meninggalkan ruangan itu. Dada Mumut berdebar kencang saat melewati ruang sekretaris, dia takut mereka mengenalinya. Mumut berjalan menunduk disamping Bian yang memeluk pinggangnya. Pemandangan itu membuat rasa iri di antara para karyawan perempuan. Mereka bertanya-tanya siapa istri Bos dan kenapa tidak diperkenalkan ke pada mereka.
Via yang baru saja keluar dari toilet jadi bingung saat ditanya tentang istri presdir, "Kita tanya Mumut saja, mungkin dia sempat bertemu dengan istri Pak Bian." Jawabnya kalem.
"Kamu kayak gak tahu Mumut saja, Vi. Dia kan gak suka bergosip kayak kita jadi dia gak mungkin bakal cerita.
Via diam, Mumut memang gak suka bercerita tentang orang lain. Dulu saat para karyawan penasaran ketika Ristie keluar dari ruangan Bian sambil membanting pintu, dia hanya bilang aku tidak tahu. Tadi. Via memang belum melihat Mumut keluar dari ruangan Bian tapi dia tak terlalu memperhatikan karena sibuk, lagi pula gadis itu biasa keluar masuk ruangan itu jadi Via terlalu memperhatikannya.
Saat hendak memasuki lift, Mumut ingat dia belum berpamitan dengan Harti, dia berkata dengan panik pada Bian.
"Aku sudah menyuruh Via untuk menelpon Harti kalau siang ini kamu sdh ditugaskan di rumah. Barang-barangmu sudah diambil Randy tadi. Sudah ada di mobil."
Rania menatap pasangan di depannya dengan rasa iri dan penasaran, dia berbisik pada Randy, "Emang istri Bos jadi CS di kamtornya sendiri?"
Randy hanya terkekeh.
Mereka segera memasuki lift khusus para direksi dan berpisah di tempat parkir.
Setelah melakukan foto untuk paspor Mumut, mereka meluncur ke jalanan.
"Aku memutuskan ke maldives saja buat bulan madu kita besok," kata Bian sambil menggegam tangan kanan Mumut dengan tangan tangan kirinya. Matanya mengarah ke jalanan yang cukup ramai.
Mumut hanya tak berkata-kata, hanya menatap lelaki di sampingnya penuh rasa bahagia. Dia tak pernah menyangka Tuhan begitu baik padanya dengan mengirimkan lelaki ini untuk menjawab semua masalahnya, tanpa sadar Mumut meremas tangan Bian yang menggenggam tangannya. Bian tersenyum menatap tangan mereka yang bertaut kemudian kembali menatap ke jalan di depannya.
***
Bian dan Mumut memasuki sebuah ballroom di sebuah hotel yang terkenal malam itu, suasana di sekitar ballroom terlihat cukup ramai. Ballroom itu dihias dengan sangat mewah dengan bunga-bunga dan berbagai ornamen. Banyak pengusaha dan selebritis yang terlihat di sana, karena Ristie adalah seorang sosialita dan mempunyai banyak kenapa artis terkenal dan suami Ristie adalah pengusaha yang terkenal juga. Sejumlah wartawan juga tampak disana dan mewancarai undangan yang hadir.
Bian menggandeng tangan Mumut, memberinya rasa percaya diri. Banyak yang mengenali Bian sebagai pengusaha muda yang sukses dan juga sebagai mantan pengantin wanita. Saat para wartawan mengetahui kehadiran Bian mereka segera menyerbunya. Para wartawan itu segera berebut untuk bertanya kepada Bian, lelaki itu hanya tersenyum ke arah mereka tanpa mengatakan sebuah katapun, dia terus melangkah sambil memeluk pinggang Mumut ke arah pelaminan. Mumut terlihat malu-malu dipeluk Bian di depan banyak orang apalagi banyak wartawan di situ.
Ristie terlihat sangat cantik malam itu dengan gaun pengantin warna putih panjang dengan gaya bahu yang terbuka dan pengantin laki-laki mengenakan stelan jas hitam yang terlihat sangat tampan. Keduanya terlihat sangat serasi berdiri di pelaminan mereka menerima ucapan selamat dari para tamu undangan yang datang.
Akhirnya Bian dan Mumut sampai ke pelaminan, Mumut hanya tersenyum saat Ristie menatapnya dengan tatapan membunuh. Tampaknya Ristie masih belum rela Bian menikah dengan orang lain selain dirinya. Mumut hanya meringis menahan rasa sakit saat Ristie mencengkeram tangannya ketika Mumut menyalami Ristie untuk mengucapkan selamat. Saat Bian melihat wajah kesakitan istrinya dia mendorong tubuh Mumut dengan lembut dan menyodorkan tangannya pada Ristie. Mata Ristie langsung melembut saat melihat tangan Bian terarah kepadanya. Dia segera melepas cengkramannya pada tangan Mumut, bukan untuk menerima uluran tangan Bian tetapi untuk memeluk laki-laki yang bertahun-tahun menjadi kekasihnya.
Bian tertegun, berbagai perasaan campur aduk dalam dirinya, bagaimanapun rasa cintanya pada Ristie tak bisa menghilang begitu saja. Bian bisa merasakan dadanya yang berdebar lebih cepat. Dengan gerakan perlahan dipeluknya tubuh Ristie, menikmati kelembutannya kemudian dengan perlahan dilepasnya meski Ristie merasa enggan melepaskannya. Bian kemudian menyalami suami Ristie yang menatapanya dengan tatapan yang sulit ditebak setelah itu digandengnya Mumut menuruni panggung.
Bian menghela nafas panjang menatap Mumut yang telah meruntuhkan hatinya dan memeluknya dalam-dalam saat mereka sampai di bawah. Bertahun-tahun berpacaran dengan Ristie dia tak pernah berfikir untuk menikah, Bian ingin mengalir begitu saja menikmati masa muda mereka. Bian bahkan tak pernah menyangka dia akan menawarkan pernikahan kepada Mumut ketika gadis itu datang padanya, semuanya begitu cepat.