Chereads / Menikahlah denganku / Chapter 33 - MD 33 - Sekarang Tanggal Berapa

Chapter 33 - MD 33 - Sekarang Tanggal Berapa

Mohon maaf ada kesalahan teknis tadi, karena nulisnya dihape jadi pas ngesave tadi mungkin author lupa menekan tombol back jadi pas masuk tas jadinya kesenggol dech tombol publish. Jadi author sendiri malah gak ngeh kalo chapternya sudah ter publish karena bahkan belum sempat kasih judul pada chapter itu, Pada saat hendak melanjutkan ceritanya author batu tahu kalau sudah terbit karena sudah tidak ada di draft. Kebiasaan author adalah bikin ceritanya dulu baru pada saat mau publish baru kasih judul.

Sekali lagi maaf. Nikmati Lanjutannya di sini ya 😏😏

Jangan lupa ya kasih batu kuasanya agar peringkat novel ini makin naik. Thanks and Love all of you.

***

Pak Arya terkekeh, "Maklum pengantin, bu."

Sementara itu di sofa di ruang keluarga. Bian dan Mumut yang tak menyadari keberadaan bi Atik tadi masih berada dalam dalam posisi mereka.

Mumut hanya mengangguk malu saat Bian membisikkan sesuatu di telinganya. Sebagai seorang istri sudah menjadi kewajiban baginya untuk membuat suaminya bahagia meski dia sendiri belum merasa yakin dengan apa yang terjadi.

Keduanya berjalan bergandengan menaiki tangga menuju kamar mereka. Setelah menutup pintu, Bian segera menghujani Mumut dengan ciuman yang lebih mendalam dan Mumut mulai bisa membalas ciumannya.

Nafas keduanya semakin memburu dan Bian merasa sudah tidak bisa menahan dirinya lagi saat Mumut merasa ada sesuatu yang keluar dari bagian pribadinya.

"Sekarang tanggal berapa?" bisik Mumut ke telinga Bian.

Bian menghentikan tindakannya pada Mumut, Dia menatap istrinya yang sudah terbuka bagian atas tubuhnya.

"Kenapa?"

"Sepertinya aku haid," jawab Mumut merasa bersalah.

"Oh," Suara Bian terdengar kecewa.

"Di cek dulu, siapa tahu bukan haid," goda Bian kemudian kembali mengecup bibir Mumut.

"Uh!" Mumut melepaskan bibirnya dari bibir Bian dan bergegas ke kamar mandi. Dia segera memeriksa celana dalamnya dan menemukan ada bercak darah di sana.

"Beneran menstruasi, ya?"

Mumut terkejut karena Bian sudah ada di belakangnya, karena tergesa dia lupa mengunci kamar mandi tadi. Mumut tersenyum kecut kepada Bian.

"Kenapa kamu masuk ke sini?"

"Aku mau kencing," jawab Bian cuek dan langsung menuju ke urinoir yang ada di depan Mumut.

"Ih!" Mumut memalingkan wajahnya dari Bian.

"Kenapa malu?" Bian berbisik ke telinga Mumut setelah selesai membersihkan dirinya.

Bian memeluk Mumut dari belakang dan mencium bagian belakang telinga Mumut, membuat gadis itu merasa geli.

Mumut segera melepaskan dirinya dari Bian dan berlari keluar kamar mandi sambil tertawa. Dia kemudian membuka pintu lemari yang berisi pakaian dan berharap menemukan ada pembalut di sana, semoga saja Bi Atik sudah mempersiapkankan. setelah beberapa waktu mencari di lemari Bian yang luas, bahkan lebih luas dari kamarnya di kontrakan, Mumut kemudian keluar dari ruangan itu dan menemukan Bian baru saja keluar dari kamar mandi. Tampaknya dia baru saja mandi, rambutnya masih terlihat basah dan tubuh bagian atasnya terlihat jelas tanpa ada sehelai benangpun yang menutupinya. Wangi harum segar tercium dari tubuh Bian, Mumut dengan malu-malu menatap dada bidang Bian dan membuat pipinya kembali memerah. Bian meraihnya dan memeluknya sambil tersenyum. Bian dapat merasakan kelelakiannya kembali bangkit saat memeluk Mumut. Bian melepaskan pelukannya sembari bertanya apa Mumut sudah memakai pembalut.

"Aku lupa hari ini tanggal delapan jadi aku belum mempersiapkannya," Mumut tersenyum malu. "Ada, sih. Di lokerku di pantry kantor tapi beberapa hari ini kan aku tidak ke sana,"

Tadi Mumut sempat berfikir untuk pinjam pada bi Atik tapi dia kemudian ingat kalau bi Atik sudah menopause¹) jadi tak mungkin punya persiapan pembalut.

"Ayo kita beli!" Kata Bian sambil mengenakan kaos berwarna hitam yang sangat pas dengan tubuhnya sehingga tubuh indahnya terlihat sempurna tapi terlihat lebih santai.

Mumut menatap lelaki tampan di depannya tanpa berkedip, ia terpesona melihat suaminya.

Bian tertawa, dia memencet hidung Mumut membuat gadis itu bertambah malu.

Bian mengulurkan kerudung pada Mumut yang segera dipakai oleh gadis itu. Setelah Mumut selesai berdandan, keduanya segera bergegas keluar dari dari kamar dan menuju lantai bawah. Bian memerintahkan Pak Arya untuk menyiapkan mobil karena mereka hendak ke mall terdekat.

"Siap, Den," jawab Pak Arya sambil senyum-senyum melihat rambut Bian yang basah.

Bian merutuk dalam hati melihat melihat senyum Pak Arya, dia tersenyum kecut. Ini semua gara-gara tamu bulanan Mumut yang datang pada saat yang tidak tepat jadi dia harus menunda malam pertamanya.

Bian segera menggandeng Mumut ke teras setelah mobil siap di depan teras. Pak Arya menyerahkan kunci mobil kepada Bian kemudian menatap Bian yang membukakan pintu penumpang untuk Mumut dan memutar lewat depan mobil menuju pintu kemudi. Bian kemudian masuk kebelakang kemudi, sebelum menjalankan mobil dia menatap Mumut dan melihat gadis itu belum memakai sabuk pengaman karena itu dia menunduk untuk memasangkannya. Sebelum mobilnya bergerak Bian menyempatkan diri mencium kening Mumut yang membuat Mumut mencubitnya karena malu pada Pak Arya yang masih memperhatikan mereka. Bian terkekeh senang.

Pak Arya masih menatap mobil itu samapi menghilang dari pandangan saat mobil itu membelok ke jalan raya. Entah mengapa dia merasa bahagia melihat keduanya. Mumut sangat berbeda dengan Ristie jadi meski baru sebentar melihatnya Pak Arya Mumut sangat cocok dengan Bian, gadis itu tidak egois seperti Ristie, Mumut juga menghormati dia dan Bi Atik juga para pelayan lain di rumah ini. Udara malam yang dingin memaksa Pak Arya untuk masuk ke dalam rumah dan menemui istrinya yang masih berada di dapur. Bau harum kopi menyambutnya saat dia memasuki ruangan itu.