Seruni merasa ada yang menggenang di matanya dan hampir tumpah, dia mengangkat punggung tangannya untuk mengusap air matanya tapi jemari Bima lebih dulu menyentuhnya menghapus air matanya mengalir ke pipi putih Seruni dengan lembut membuat Seruni mendongak menatap wajah tampan di hadapannya dengan dada berdebar. Dia tak tahu kenapa sikap Bima selalu membuat hatinya terasa hangat dan seperti ada sesuatu yang memenuhi ruang kosong di hatinya.
Entah mengapa saat ini Bima tak lagi membuatnya takut dan terintimidasi seperti saat-saat awal interaksi mereka. Mungkin kalau Bima tidak mengancam untuk memecatnya dan memblokirnya sehingga tidak bisa bekerja di perusahaan manapun mungkin dia tak akan pernah menerima lamaran Bima karena bagi Seruni Bima adalah seorang yang kejam arogan.