Chereads / YangTerpilih (YTP) / Chapter 8 - Rasa Yang Tak Biasa (revisi)

Chapter 8 - Rasa Yang Tak Biasa (revisi)

Surabaya, dini hari . . .

Mereka sudah sampai di kota Surabaya, Arsya mengantarkan Yumna ke kos. Merasa tugas dan amanah mamanya sudah selesai, Arsya kembali ke stasiun untuk melanjutkan perjalanan dengan kereta pagi ke Malang.

🔹🔹🔹

Pagi itu setelah mengantarkan Yumna ke kos, Arsya kembali lagi ke Stasiun untuk melanjutkan perjalanan ke Malang. Di kereta Arsya tertidur dengan pulas dan sesekali terbangun melihat pemandangan sepanjang perjalanan.

Tidak lama kemudian kereta pun tiba di Stasiun Malang.

Beberapa minggu kemudian. . .

Hari weekend Arsya mendapat shift malam bersama dengan beberapa dokter dan staff lainnya. Malam itu mereka begitu sibuk karena banyak pasien di ruang IGD.

Keesokan paginya dia dan beberapa teman sesama dokter yang berjaga malam sudah bersiap untuk berganti shift dengan dokter jaga pagi. Itu artinya hari ini mereka free seharian dari tugas jaga di RS.

Arsya pun menuju ke ruangannya setelah berjaga dan melakukan operasi dadakan pasien yang kecelakaan dini hari tadi selama 2 jam.

Terlihat sosok gadis cantik sudah menunggu di ruang kerja Arsya.

Melihat kedatangan Arsya gadis itu pun segera berlari dan memeluknya.

"Aa... "

"Kamu kok bisa sampai sini sepagi ini? kenapa tidak tunggu Aa di apartement saja?"

Sambil menggelengkan kepalanya dan melihat dengan tatapan cinta

"Aku sudah rindu sama Aa" jawab gadis itu

"Ya sudah terserah kamu saja, Aa lapar dan ngantuk ayo kita sarapan dulu lalu Aa mau pulang"

Gadis itu pun menyetujui dan segera meminta kunci mobil Arsya. Arsya pun memberikan kunci mobilnya kepada gadis itu dan mereka langsung melaju ke tempat langganan.

"Loh mas Arsya dan mb Salsa, lama tidak berkunjung?" tanya pelayan di warung langanan mereka

"Iya mas, dia kan di Jakarta baru saja datang tiba-tiba udah minta ke sini" jawab Arsya dengan singkat

"Hehe, habisnya kangen. Aa tidak mau ke Jakarta ya sudah aku yang ke Malang. Lagian aku kangen banget lama tidak makan di sini"

Mereka memesan menu sarapan dan waktu berlalu sambil berbincang temu kangen.

Selesai itu Arsya pergi ke apartemennya.

Karena hari itu Arsya libur setelah shift malam, Arsya dan gadis itu berkeliling kota Malang.

Hari pun sudah menjelang sore, mereka beristirahat dan sekalian makan malam di luar.

***

Sore itu di Stasiun Malang . . .

Kereta dari Surabaya sudah tiba, Yumna turun dari kereta dan berjalan keluar. Di depan pintu seperti biasanya terdengar suara-suara untuk menawarkan jasa mereka.

Yumna mencari seseorang namun tidak ada.

"Hm mungkin mas Arsya lupa, lagian siapa aku ini minta di jemput sama dia" gumam Yumna karena melihat kanan kiri tidak menemukan sosok yang di cari.

Karena tidak menemukan sosok yang di cari, dia pun menghubungi kakak perempuannya untuk menjemput di Stasiun.

Setelah kurang lebih 20 menit menunggu, Listi tiba di Stasiun.

"Mba kenapa lama banget si?" rengek Yumna dengan manja. Sebenarnya itu dia lakukan untuk menutupi kekesalannya karena Arsya tidak menjemputnya, dan nomornya tidak bisa di hubungi.

"Kamu saja baru kasih tau mbak, ya mbak baru jemput". Kakak Yumna membela diri

"Oke, baiklah ayo cepat kita pulang. Tapi sebelum pulang kita makan dulu ya kak, aku lapar tadi belum makan siang. Di kereta rasanya kenyang juga."

Mobil mereka melaju dan beberapa saat kemudian berhenti di restoran yang terkenal di kota Malang.

Yumna dan Listi turun dan menuju ke meja yang terlihat nyaman. Seorang pelayan menghampiri mereka untuk memberikan buku menu dan mencatat pesanan.

"Di tinggal dulu aja mba, kami pilih dulu ya takutnya lama. Nanti kalau sudah, saya panggil" berbicara dengan pelayan yang berdiri di samping Listi

Setelah cukup lama memilih menu, mereka memanggil pelayan lagi. Namun saat Yumna memanggil seorang pelayan, pandangannya tertuju pada sosok yang tidak asing. Dia sedang tertawa bahagia bersama seorang gadis cantik. Mereka duduk tidak jauh dari Yumna dan Listi.

'Bukannya itu mas Arsya? jadi karena ini mas Arsya lupa padahal bilang mau jemput? siapa gadis itu? terlihat sangat akrab?' batin Yumna, diiringi wajah murung dan tiba-tiba diam. Listi yang paham dengan perubahan Yumna berkeliling mencari penyebabnya.

"Kamu kenapa dek?" tanya Listi dengan penasaran

"Emm tidak apa-apa kak, hanya tiba-tiba kenyang sudah pengen sampai rumah" jawab Yumna dengan intonasi sedih yang di rasakan oleh Listi.

Sambil memakan pesanannya, hatinya bergejolak dan merasakan sakit.

'Ya Allah kenapa ini? kenapa hatiku sakit sekali? kenapa aku harus sesakit ini melihat mas Arsya bersama dengan gadis lain?' batin Yumna.

Di ikuti tatapan menyelidik Listi melihat adiknya dari tadi hanya diam dan mengaduk-aduk makanannya.

Tatapannya kini tertuju kepada lelaki dan gadis di meja 94.

"Dia kan yang pernah ke rumah dek anter kamu ke Stasiun bukan?" Listi dengan polosnya bertanya kepada Yumna dan membuat dia kehilangan selera makannya.

"Iya kak, hm aku makannya udah kak. Tak tunggu di mobil ya kak" Yumna berdiri dan berjalan menuju mobil

"Kenyang dari mana? makanan saja masih utuh? tunggu dek"

sambil mengomel Listi terburu-buru ke kasir dan mengejar adiknya ke mobil.

Sepanjang perjalanan Yumna hanya diam, dan sesekali hanya menjawab singkat pertanyaan Listi.

"Maafkan mbak dek"

"Maaf buat apa mbak?"

"Itu. . . mbak tau, kamu cemburu melihat Arsya dan gadis itu?"

"Enggak kok kak" Yumna berusaha menutupi perasaannya. Padahal dalam hati, Yumna ingin sekali menangis. Setelah sekian lama tidak merasakan jatuh cinta, sekarang harus kembali patah sebelum benar-benar utuh.

Beberapa menit kemudian, mereka tiba di rumah dan sudah di sambut kedua orang tuanya. Yumna langsung turun, bersalaman dan memeluk mereka. Yumna masih dalam pelukan bunda dan menangis sambil memeluk dengan erat.

Bunda yang menyadari ada sesuatu dengan anak kesayangannya langsung membalas pelukannya dengan erat sambil menepuk punggungnya.

**

Sedangkan di seberang sana Arsya mengambil hp nya dan segera mengisi daya hp nya. Arsya pun pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Selesai itu, Arsya membuka hp yang sudah terlihat banyak pesan masuk dan panggilan dari grup, rekan sesama dokter, dan Yumna.

"Aduh iya, hari ini kan Yumna pulang" Arsya kaget melihat pesan begitu banyak dari Yumna.

"Dia pasti marah"

Langsung segera Arsya membuat panggilan, dan benar saja tidak ada jawaban. Setelah mencoba beberapa kali terdengar suara di seberang sana

"Assalamu'alaikum" Suara Yumna terdengar halus namun tidak bersemangat

"Yumna sudah sampai rumah? maaf saya lupa"

"Alhamdulillah sudah, tidak apa-apa mungkin mas Arsya sibuk Yumna tahu. Lagian sudah ada mba Listi yang jemput" Yumna berpura-pura tegar

"Syukurlah kalau begitu, tapi kok suara kamu terdengar tidak biasa? kamu sakit? kalau sakit besok ke RS saja" bujuk Arsya

"Tidak kok mas, Yumna hanya sedikit ngantuk. Ya sudah Yumna tidur dulu ya mas Arsya juga istirahat besok kerja to?"

Merasa heran karena tidak biasanya Yumna bersikap demikian, Arsya pun menutup telepon dan mengucapkan selamat malam.

Sebenarnya Yumna tidak benar-benar ngantuk, hanya saja tidak ingin berbicara terlalu lama dengan Arsya. Dia tidak tahu kenapa dan bagaimana hatinya bisa sesakit ini.

"Apakah aku jatuh cinta padanya? Ya Allah, baru saja Yumna merasakan bahagia kenapa harus merasakan patah lagi?" Gumam Yumna dengan deraian air mata. Dia pun berbaring, kemudia terlelap dalam tidurnya.