6 bulan lalu....
Di suatu malam yang semakin larut, jalanan kota semakin sepi. Seorang gadis muda dengan pakaian berantakan berjalan menyusuri trotoar. Gadis tersebut terus berjalan tanpa rasa takut, berbelok ke sebuah gang kecil. Di gang tersebut terdapat sebuah pemandangan yang biasa di sebut dengan surga dunia oleh orang orang yang kekurangan belaian kasih sayang.
Orang orang yang berada di gang tersebut mengabaikan gadis yang sedang lewat itu. Sebenarnya mereka bukan bukan mengabaikan, melainkan takut terhadap status gadis itu. Tidak ada yang berani mengusik ketenangan gadis itu.
Bila hal itu terjadi, mereka yang berada di tempat itu harus menanggung resiko lebih parah dari pada kematian. (°agak berlebihan sih, tapi itu kenyataan yang berlaku di tempat tersebut°).
.... ....
Di saat gadis itu sedang berjalan. Tidak jauh dari jarak pandangnya. Terlihat sebuah pemandangan yang sangat membuatnya kesal. Dalam hati "kenapa sih orang orang ini, entah itu wanita atau laki laki, akhir akhir ini suka sekali menindas orang yang lebih lemah?"
Biasanya bila gadis itu melihat kejadian ini di lain hari, gadis itu akan mengabaikannya.
Namun karena suasana hatinya saat ini sedang kesal banget. Dan juga karena ini dia juga di tindas habis habisan oleh orang orang di hari itu.(~catatan~ namun orang yang menindas gadis itu juga pakaiannya sama sama berantakan bahkan lebih parah dari dirinya). Gadis itu mendekat kearah sumber gaduh.)
Gadis itu tidak akan melewatkan kejadian hari ini.
"hai kawan!!" sapa gadis itu pada segerombolan pria bengis (bagi orang lain tapi tidak di mata gadis itu) yang sedang membuli seorang pemuda.
Di saat mendengar sapaan itu, mereka menoleh ke sumber suara. Mereka semua kaget, namun segera membalas sapaan dari gadis itu. "hai nona Tere!!"
"apa yang sedang kalian lakukan?" tanya Tere.
salah satu dari mereka mendekati gadis itu, lalu membisikkan sesuatu di telinganya.
Tere lalu menganggukkan kepalanya, tanda mengerti dari penjelasan mereka. Namun, "aku ingin pemuda itu, boleh ngga?"
mereka saling berpandangan, belum sempat menjawab permintaan itu. Gadis itu berkata "sepertinya aku perlu menelfon kakak ku untuk datang. Eh, tunggu dulu, kakak kan lagi sibuk, lebih baik aku telfon ayah saja"
Gadis itu berkata sambil menekan nomor lalu memanggilnya. Panggilan tersambung..
Wajah para pria itu mulai gugup dan takut. Jelas mereka takut kepada kakak dan ayah gadis itu, Sehingga mereka buru buru memberikan pemuda itu. "nona tidak perlu menelfon tuan besar, silahkan ambil saja, kami sudah cukup bermainnya"
pemuda yang sedang di bully mengumpat dalam hati ("emangnya aku mainan")
"hai tampan, apakah kau mau ikut denganku" tanya Tere pada pemuda itu, sambil berlalu pergi
"itu lebih baik daripada bersama mereka" jawab pemuda itu lalu berjalan mengikuti Tere ...
Tere dan pemuda itu berjalan berdampingan tapi, mereka berdua saling diam seribu kata.
Setelah sampai di ujung gang, dan menuju jalan raya. Tere menoleh ke pemuda yang berada di sebelahnya. "mari berpisah disini!!" lalu berjalan di trotoar meninggalkan pemuda itu.
Pemuda itu berteriak "namaku Daniel Sen, nona Tere".
Tere sempat berhenti sejenak, namun dia tetap berjalan. Daniel pun juga ikut bejalan.
Hingga sampai di tempat duduk umum, Tere berhenti lalu duduk. Daniel pun sama.
Malam itu benar benar sudah sepi, hanya beberapa mobil berlalu lalang di jalanan kota.
"tuan Daniel, apakah kamu tidak takut bila ku makan?" tanya Tere untuk memecah keheningan.
"apa aku tidak salah dengar nona Tere? bukankah seharusnya aku yang memberi peringatan kepada mu!!" Daniel menjawab sambil melepaskan jaketnya dan memberikan pada Tere. "pakailah ini, untuk menutupi tubuh mu itu" suara Daniel begitu dingin seolah memberi perintah yang tidak bisa ditolak.
"ini buat ku atau kau hanya meminjamkannya saja?"
"ambil saja bila kau mau!"
"terima kasih, kalau begitu saya permisi dulu tuan Daniel" Tere tanpa beban menerima jaket tersebut.
Saat Tere berdiri, dia kaget mendengar perkataan dari Daniel.
"apakah kau akan meninggalkan aku lagi?, mengapa kau tidak mengajakku? bukankah tadi kau bilang menginginkan diriku nona Tere?" tanya Daniel dengan suara manja.
Tere memutar kepalanya tidak percaya dengan pendengarannya. Dia tersenyum geli, "Tuan Daniel, aku tahu siapa dirimu, bukankah Anda adalah orang cerdas, mengapa kau berpura pura seperti itu!!"
"lalu siapa diriku?" tanya Daniel dengan serius.
"mungkin untuk kali ini saja aku menggunakan formalitas " Tere membungkukkan badannya, seperti memberi hormat kepada atasannya. "Selamat malam Bos Daniel dari perusahaan Sen Long, kuharap anda memaafkan mereka yang tadi sedang mengusik dirimu!!" Tere berkata dengan serius. Namun tiba tiba dia terkikik pelan