Drttt...drttt...drttt...
"Huahhh....". Mili menguap dan merasa terganggu dengan suara getar ponselnya yang berada tepat di samping bantal tidurnya. Ia menutup telinganya dengan selimut yang bergulung di badannya. Berharap bisa kembali tidur untuk menghilangkan rasa kantuknya.
Drttt...drttt...drttt...
"Huh..... Mana sih?!" Tangan Mili mencari-cari ponselnya yang bergetar, karena alarm di aplikasi ponselnya kembali aktif dan bergetar tepat pukul 6 pagi, membangunkan Mili yang baru mulai kembali terlelap setelah beberapa menit yang lalu berusaha untuk tidur kembali.
Setiap malam sebelum tidur, ia pasti menyetel waktu bangun paginya di alarm ponsel agar tidak terlambat bangun pagi. Hal ini baginya lebih mudah dibandingkan harus menggunakan jam waker.
Mili menyetel sebanyak dua kali waktu, karena kebiasaannya, pada saat alarm ponsel bergetar pertama kali, pasti akan dimatikannya tanpa ia harus bangun. Dan ia akan kembali tidur lagi sampai alarm ponselnya bergetar untuk yang kedua kalinya.
"Huahhh....". Sekali lagi ia menguap dengan panjang dan menutup mulutnya dengan telapak tangan kanannya. Matanya sedikit berair karena masih harus menahan rasa kantuk.
Namun ia harus segera bangun, karena waktu menunjukkan pukul 6 pagi. Ia harus bergegas agar tidak terlambat turun ke kantor. Apalagi ini adalah hari Senin, hari dimana semua pegawai pemerintahan harus turun lebih pagi untuk mengikuti apel pagi mingguan di halaman Kantor Gubernur.
Mili merupakan wanita cantik dan imut, dengan tinggi badan tidak sampai 160 cm yang memiliki warna kulit kuning langsat dan halus. Wajahnya bersih, sehingga ia sangat jarang menggunakan bedak dan pewarna bibir. Mili lebih senang terlihat alami dan sederhana dibandingkan dengan kebanyakan pegawai perempuan lainnya. Rambutnya yang hitam panjang sebahu selalu dibiarkannya terurai.
Ia merenggangkan tangan, kepala dan bagian badan lainnya agar lebih santai. Ia bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi yang berada di dalam kamar tidurnya.
Tak lama ia di dalam kamar mandi, ia keluar dan mengambil mungkenanya yang berada di atas bupet berwarna cokelat yang terletak di sebelah pintu kamarnya untuk melaksanakan sholat subuh.
Saat ia selesai memakai mungkenanya, ia sempat melirik jam dinding yang berada di dinding kamarnya, tepat di dinding di atas pintu kamarnya. Dalam hati ia berkata 'huh, kesiangan lagi'. Namun ia tersenyum karena kesengajaannya tersebut.
Mili sengaja menyetel alarm pukul 5.50 pagi agar ia bisa menikmati tidur dengan lama. Ia merupakan orang yang susah untuk bangun pagi. Oleh karena itu, menyetel alarm pagi adalah suatu keharusan dan kewajiban baginya, kalau ia tidak mau datang terlambat ke kantor. Dan harus sebanyak dua kali penyetelan alarm tersebut, agar Mili bisa bangun dengan sadar.
Selesai Mili melaksanakan sholat, ia membuat minuman panas di dapur. Mili sangat mengidolakan minuman good day rasa mocacinno. Ia juga memakan roti tawar ditambah dengan daging kornet sebagai sarapannya pagi ini.
Saat ini ia tinggal sendirian di rumah, karena kedua orang tuanya sedang berangkat ke luar negeri dalam rangka liburan sekaligus bulan madu untuk yang kesekian kalinya. Sedangkan abangnya, pergi keluar kota untuk perjalanan bisnis.
Ayah Mili, Andy, bekerja sebagai ahli konstruksi terkenal, dan ibunya, Halia, merupakan dokter spesialis penyakit dalam yang bekerja di rumah sakit umum di kotanya. Sedangkan abang Mili, Kala, merupakan pemilik perusahaan properti terbesar di kotanya.
Hingga saat ini, baik Mili maupun abangnya belum ada niatan untuk menikah. Dimana ibu mereka sangat mengharapkan kedua anak-anaknya bisa segera menikah agar bisa cepat memberikan cucu baginya.
Setelah selesai sarapan dan meminum habis kopinya, barulah Mili mandi dan bersiap-siap untuk turun kerja.
Karena jarak rumahnya ke tempat apel cukup jauh, maka Mili harus turun lebih pagi agar tidak terkena macet pagi hari. Biasanya lalu lintas pagi di hari Senin akan mengular, dikarenakan para pegawai, anak sekolahan, pekerja maupun warga, serentak keluar rumah untuk memulai aktivitas mereka.
"Kenapa harus bersamaan sih?! Pasti macetkan jadinya!!" Keluh Mili di atas sepeda motor maticnya.
Ia harus melewati empat lampu lalu lintas, yang disaat lampu berwarna merah akan nampak kendaraan yang bersambung-sambung seperti ular.
Dan di lampu lalu lintas yang ketiga, Mili harus berada jauh di belakang untuk mengantri. Saat lampu berwarna jingga, Mili siap-siap untuk tancap gas dan melenggang laju di antara banyaknya kendaraan lain yang juga sama-sama tidak mau kalah dan tidak mau terdampak lampu merah selanjutnya.
"Eits.." Hampir saja Mili menyenggol pengendara motor di sebelahnya karena sama-sama hendak melewati jalan sempit di antara dua buah mobil.
"Sialan." Gerutu Mili karena ia harus mengalah dengan si pengendara motor barusan.
Ia mengebut agar tidak terlambat sampai ke tempat apel. Karena kalau sudah terlambat, pagar ditutup, akan sangat sia-sia kedatangannya dari jauh dengan pengorbanan yang luar biasa di sepanjang perjalanan.
"Alhamdulillah ya Allah." Gumam Mili saat ia sampai di depan kantor Gubernur dan dilihatnya pagar kantor masih terbuka lebar dan orang-orang masih belum berbaris rapi di lapangan.
Mili memarkirkan motornya dengan baik di area parkir motor dan melepas helmnya yang berwarna merah marun, lalu menggantungnya dengan sangat hati-hati agar tidak terjatuh. Lalu ia berjalan menuju barisan kantor tempatnya bekerja.
Mili bekerja di kantor Dinas XX, tepatnya di bidang XX. Letak kantor tersebut terpisah dengan kantor Gubernur, tempatnya apel saat ini. Ia senang bisa berkantor disitu, karena banyak teman yang sudah dikenalnya, sehingga memudahkan Mili untuk beradaptasi.
Selesai apel pagi mingguan, para pegawai akan bubar dan kembali ke kantor masing-masing. Mili berjalan bersama kedua temannya yaitu Lulu dan Tika menuju area parkir, tempat mereka menitipkan kendaraan tercinta mereka.
"Apakah yang dibilang bapak tadi tu, nda dengar aku." Ucap Lulu kepada kedua temannya yang lain.
Tika mengangkat bahunya tanda ia pun sama tidak mendengarkan pemimpin apel berbicara, memberikan amanat pagi. Hal ini dikarenakan jarak barisan mereka yang agak jauh dari pemimpin apel, sehingga suara orang yang berbicara di depan, kurang terdengar.
Ditambah lagi, mereka bertiga asyik berceloteh sendiri di barisan, sehingga menambah alasan untuk mereka tidak mendengarkan arahan dari pemimpin apel.
"Nda urus aku." Sahut Mili sambil tertawa. Ia mengambil kunci motornya dan berjalan mengarah ke motornya. Sedangkan Lulu dan Tika berjalan ke lain arah, karena mereka memarkir motor agak masuk ke dalam.
Namun, motor Tika mengalami sedikit permasalahan. "Yah... nggak bisa keluar." Keluhnya saat dilihatnya motornya terhimpit dan diapit oleh motor lain yang si pemiliknya belum datang. Mau tidak mau, ia harus menunggu sampai pemilik beberapa motor itu datang dan membawa pergi kendaraan mereka.
"Aduh sialan!!" Umpat Tika lagi. Padahal setelah apel ini, ia mau bergegas turun ke kantor karena ada pekerjaan mendesak yang harus dikerjakannya.
Mili dan Lulu tertawa senang dan mengejek kesusahan Tika. "Tunggu kalian!". Geram Tika kepada kedua temannya yang tidak ada simpatinya sama sekali terhadap situasinya saat ini.
"Jadi??" Tanya Mili kepada Tika. Yang disambungnya "kami duluan ya?" Mili menahan senyum, karena khawatir Tika akan marah dan memaki mereka di tempat.
"Duluanlah!!" Jawab Tika. Wajahnya cemberut dan tampak kesal dengan keadaanya dan kedua temannya. Ia tidak bisa melarang kedua temannya untuk tidak pergi, karena ia tahu, masing-masing dari mereka ada pekerjaan penting hari ini. Akhirnya Mili dan Lulu pergi meninggalkan Tika di parkiran motor.