Sesampainya Mili di kantor, ia langsung masuk ke ruangannya dan menyiapkan pekerjaannya.
Di ruangan itu hanya ada Janu seorang. Janu sudah siap di mejanya untuk mengerjakan pekerjaannya. Komputer layar datarnya sudah menyala dan ia tengah sibuk mengutak-atiknya.
Janu merupakan pegawai honorer di ruangan itu. Namun karena rajin dan aktifnya dia, dia bisa disetarakan dengan pegawai yang ada. Janu juga mempunyai tugas di bidang mereka.
Mili menyalakan laptopnya sambil membersihkan dan menata mejanya agar terlihat lebih rapi.
Sebenarnya mejanya dan meja yang lainnya termasuk lemari selalu dibersihkan oleh Agus. Agus merupakan cleaning service di kantornya. Namun karena kebiasaan Mili, ia akan merapikan lagi meja maupun lemarinya agar kelihatan sangat rapi dan ia yakin rapi.
Seiring berjalannya waktu, teman-teman seruangan Mili pun datang dan langsung bekerja sesuai dengan tugas mereka. Meskipun tetap terdengar suara riuh dan saling melempar canda di antara mereka.
Saat Mili asyik dan fokus dengan pekerjaannya, tiba-tiba ada yang datang dan bertanya kepadanya.
"Tadi kamu apel kah?" Suara yang sudah sangat dikenal Mili, saat ini berdiri di dalam ruangan mereka.
Mili menoleh kepada yang punya suara. "Apel dong. Kamu, kenapa nda apel? Kebiasaan!!" Sahut Mili dengan tersenyum.
Vico berjalan mendekat ke meja Mili dan ia duduk di hadapan Mili yang dipisahkan oleh sebuah meja kerja.
"Aih malas aku. Nda ada gunanya juga apel. Buang-buang waktu aja." Jawab Vico santai, tapi sukses membuat Mili jengkel karena sikapnya yang suka meremehkan sesuatu. Vico menyalakan televisi layar datar yang digantung di dinding ruangan itu.
"Hmmm, yelah tu...!" Helaan nafas Mili yang mengisyaratkan ia malas dan bosan memperpanjang pembicaraannya dengan Vico.
Vico hanya melihat sekilas kepada Mili yang saat ini telah kembali fokus ke laptopnya, lalu ia sendiri kembali melihat televisi dengan tontonan berita terkini.
"Nda ada kerjaan pak?" Tanya Tarmin kepada Vico, memecah keheningan di ruangan itu.
"Ada." Jawab Vico singkat. Ia bangkit dari duduknya dan berjalan keluar ruangan tanpa bicara sepatah katapun.
Mili dan Vico berbeda ruangan kerja. Namun keduanya akan saling cari-mencari apabila dalam sehari itu belum ada bertemu.
"Awww, langsung pergi pula bapaknya. Padahal baru saya mau mulai ngajak cerita." Tarmin menjelaskan, namun ditanggapi senyuman oleh Mili, Baim dan Janu yang ada di ruangan itu.
"Biarkan aja pak. Bagus lagi. Kalau dia disini, saya nda fokus kerja." Mili menimpali sebelum berkutat kembali pada laptopnya.
Di ruangan itu, Mili bersama tiga orang temannya sedang serius menyelesaikan laporan mereka. Karena ada tenggat waktu untuk penyelesaian pekerjaan mereka. Dan saat ini mereka harus segera menyelesaikannya.
"Reza mana ya?" Tanya Baim memecah kebosanannya dan keheningan ruangan. Mili hanya mengangkat bahunya sedangkan Janu menggelengkan kepalanya di balik layar komputer datarnya.
"Pak Tarmin tau Reza kemana?" Tanya Baim kepada Tarmin karena hanya dia yang tidak merespon pertanyaan Baim tadi.
"Nah, nda tau saya mas. Coba sebentar saya hubungi dia dulu. Tanya, kenapa dia belum turun." Jawab Tarmin yang saat itu juga merogoh ponselnya di kantong celananya dan menghuhungi Reza lewat ponselnya.
Beberapa kali di telepon, tapi belum juga ada jawaban. Akhirnya Tarmin menyudahi panggilan teleponnya. "Mungkin di jalan." Katanya ragu. Ia mengedarkan pandangannya kesemua orang, namun tidak ada yang menanggapi.
'Huh' Batinnya. Tarmin menghela nafas berat.
Tak lama setelah mereka membicarakannya, tampak Reza di ruangan. Terlihat ia seperti sedang terburu-buru.
"Darimana kamu Za?" Tanya Baim yang melihat Reza sedikit berantakan. "Kayak habis kena angin topan." Sambung Baim. Ia tertawa terbahak-bahak. Yang lainnya pun ikut tertawa dan menimpali kecuali Mili. Ia hanya tersenyum melihat keadaan Reza.
Reza merapikan rambut dan pakaiannya, sebelum ia duduk di tempatnya. Setelah ia selesai dengan aktivitasnya merapikan, barulah ia menjawab beberapa pertanyaan dari temannya tadi.
"Aku bangun kesiangan. Tadi malam aku dapat job. Musti selesai hari ini. Jadi aku begadang sampai subuh." Reza menjelaskan sambil melihat satu-satu wajah teman-temannya, terutama Mili.
Ia takut Mili akan marah dengan keterlambatannya hari ini. Karena kali ini, ia lupa memberi kabar tentang keterlambatannya turun ke kantor.
Mili merupakan kepala seksi di ruangan itu. Yang artinya Mili adalah atasan mereka langsung yang harus dihormati sesuai dengan standar operasional prosedur atau SOPnya pemerintahan.
Namun dikarenakan umur mereka semua tidak terlampau berbeda jauh, Mili membuat suasana kantor itu seperti pertemanan biasa. Bukan antara atasan dan bawahan. Hanya saja, Mili mengharapkan mereka harus bisa disiplin dan serius dalam bekerja.
"Kok nda kasi kabar!" Tanya Mili tanpa menoleh ke arah Reza. Ia masih saja berkutat pada laptopnya yang luar biasa itu.
Luar biasa, karena menyimpan seluruh file pekerjaan Mili dari yang penting, semi penting sampai dengan yang tidak penting sekalipun.
"Hah? Anu... Lupa aku." Jawab Reza hati-hati. Ia tidak mau mengatakan kalau ia sengaja tidak memberi kabar kepada Mili karena takut akan dimarahi Mili di saat itu juga.
Mili menoleh melihat Reza. "Hah?? Kok enak!!" Tanyanya sedikit sewot dan membuat teman-teman yang lain di ruangan itu menahan tawa untuk tidak keceplosan dan berpura-pura bekerja dengan pekerjaan mereka. Padahal mereka memasang baik-baik telinga mereka, mendengarkan omelan yang akan dilontarkan oleh Mili kepada Reza.
Seperti biasa, mereka akan bahagia apabila ada salah satu dari mereka yang mengalami kesialan.
*****
Tok tok tok.
Beberapa kepala menoleh ke arah pengetok pintu. Mili masuk dengan senyum-senyum. Senyuman yang biasa ia berikan agar teman-teman diruangan itu selalu merasa ceria saat melihatnya.
Mili merupakan manusia yang ceria, yang selalu berpikiran positif dan menjalani hidup ini dengan indah.
Namun kali ini usahanya untuk membawa suasana di ruangan itu menjadi ceria, kandas tanpa ampun. Karena semua orang termasuk Tika sedang sibuk dan berkutat dengan laporan-laporan dan berkas-berkas keuangan yang bertebaran dimana-mana.
"Bentar ya?" Komentar Tika pertama. Ia tengah asyik menyusun beberapa berkas keuangan untuk disimpan di dalam lemari.
Tika bekerja di bagian keuangan kantor. Di saat-saat seperti ini, biasanya kerjaan di bagian keuangan akan bertumpuk, yang membuat warganya lembur setiap harinya.
Dan seperti biasa pula, Mili, Tika dan Lulu akan makan siang bersama pada saat jam istirahat di kantin kantor mereka.
Namun siang ini, mereka akan terlambat makan siang dikarenakan Tika yang sedang sibuk berkutat dengan berkas-berkasnya.
Mili memain-mainkan ponselnya sambil menghubungi Lulu melalui whatsapp untuk segera mendatanginya ke ruangan Tika.
Lulu juga tidak seruangan dengan mereka. Lulu ditempatkan di bagian tata usaha kantor. Kerjaannya lebih banyak mengurusi tentang pegawai yang ada di kantor.
Tak lama setelah Mili mengirimkan pesan dan di baca oleh Lulu, Lulu telah tiba di ruangannya saat ini berada. Jadilah formasi mereka lengkap untuk membuat keributan versi mini di ruangan tersebut.
Namun sebelum sempat Mili dan Lulu bercengkrama ria, Tika sudah berdiri di hadapan mereka berdua dan bergegas mengajak mereka keluar menuju kantin. Ia tidak mau dipelototin oleh teman seruangannya yang lain karena aksi keributan mereka.
Saat di kantin, mereka bertemu dengan Tino dan Mansur yang sudah menikmati makan siang mereka dengan khidmat dan nikmat.
Mili, Tika dan Lulu langsung memesan makanan dan minuman dingin dengan bule kantin. Mereka duduk berhadap-hadapan dan satu meja dengan Tino dan Mansur.